motogpnews

Awal diberlakukan segala limitisasi terhadap kecanggihan perangkat Kuda Besi menuai berbagai macam pendapat pro dan kontra. Salah satu nya adalah pengharaman pencangkokan prosessor pintar seperti traction control pada motor. Tanpa Alat ini kelihaian rider sangat dibutuhkan untuk dapat menjinakkan motor. Tapi Hasilnya Gelaran menjadi sangat kompetitif kerena rider dan team akan selalu mengupdate segala cara agar bisa meminimalisasi erorr di pengendalian traksi.

Saya yakin perbedaan tiap motor pada MotoGP 2009 ini tidak signifikan. Bila pada GP Catalunya kemarin terlihat Dynamic Duo Fiat Yamaha asik sendiri didepan apakah ni berarti YZR M1 adalah motor paling kenceng? Nggak juga masalah top speed, di lap-lap awal Stoner dengan Ducati GP9 nya masih bisa mengikuti ritme permainan Lorenzo dan Valentino, bahkan mencatat top speed of the Race di lap ke 2. Ini artinya secara Performa M1 dan Gp9 masih beda-beda tipis. Nah, IMHO, disinilah peran tim sangat besar. Mungkin Fiat Yamaha Team memberikan resep yang lebih manjur pada kedua ridernya untuk penentuan titik pengereman ditikungan dan titik pembukaan gas pada tikungan tersebut . . .termasuk nilai patokan berapa km/jam dan pada berapa kitiran Nilai Raungan  mesin (RPM) kedua hal ini harus dilakukan

Pada Awal lap Stoner dapat mengikuti ritme kedua rider Fiat Yamaha, akan tetapi ketika mulai tertinggal, stoner mulai kehilangan momentum untuk mempelajari dimana titik pengereman dan titik pembukaan gas ala Fiat Yamaha ini. So gap antara Stoner dengan Dynamc Duo Fiat yamaha pun sedikit demi sedikit mulai terbentang seiring dengan bertambahnya lap. Ditambah lagi menurut stoner dia tidak 100% fit pada balap kemarin.

* foto :Motorcycleusa.com,  crash.net/

29 COMMENTS

  1. Ooooooo….begitu……
    puantesan……Ducati ngacir sendirian dari dulu…
    wah seri berikutnya bakalan lebih seri…

    Analisa yg bagus Mas Taufik…
    thanks…

  2. mungkin traction control boleh dipake terbatas saat wet race,
    kali aja bisa ngurangin jumlah rider yang ndelosor…
    kalau bentar-bentar masuk pitstop kayaknya sih kurang seru 🙂

  3. lah kalo gitu enaknya bgmn bro? ,… pengen pembalap jadi robot saja tinggal betot gas ….. yang penting gas pol teyusss gitu …., ato milih full control by rider ,…. seperti di wsbk & Wss bro setiap racer nya ganas2 asik dilihat nempel teyusss .

  4. @10aditya..
    Iya mas..ntar lama-lama pembalapnya semakin kecil biar bobotnya ringan,bisa top speed…
    kalo ndak ada bisa-bisa gantinya nanti malah mo***t…
    kalo ndak bisa lagi…yo wiss…pakai remote control..hahahahahahahaha….
    setuju full control by rider…

    peace

  5. motor kenceng mekanik yg hebat klo bisa bawa motor kenceng ridernya hebat klo dah pake traction control mekanik hebat rider jadi robot

  6. kalo becak bisa pake ini ga ya…
    halah ga penting

    @nick
    iya nih panas..
    enaknya minum nutrisari…
    corong nutrisari : On

  7. Menurut gw…!! Yamaha gak akan sukses seperti ini.. jika valentino rossi tidak mengambil resiko pindah dari honda ke yamaha… karena rossi ingin membantu yamaha,,,,!!!
    Jadi saran gw,, jgn lupakan Valentino Rossi ,, YAMAHA,,,!!! dan jg jgn terlalu membesar-besarkan Lorenzo…. karna dia gak berpengaruh atas prestasi Yamaha selama ini,,,,
    ————————————-
    @ all
    sorry semua,,, gak nyambung ya…!!!
    ——————————————-
    Semua.. mo liat preview suzuki latte ama suzuki jelly , ayo ke blog gw,, http://bit.ly/vQnNv

  8. Nice artikel Bro Taufiq, menurut Gue sih karena chasis yamaha lebih bagus, sehingga ban juga gak cepet aus karena chartering dan geseran co-axial yang terjadi akibat sistem traksi kontrol elektronik sudah dibatasi penggunaannya di musim balap tahun ini, daya cengkram ban bagus dari awal hingga akhir lomba, tidak mengalami penurunan yang terlalu berarti seperti pada motor kompetitor.

    oh iya di blog Gue lagi rame masalah kawasaki….kalau ada waktu mampir juga Bro biar bahas Ninja 250 lebih mantap karena kehadiran seorang pakar Ninja.

    Uhuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuy!!!

  9. ngomongin soal traction kontrol pengaruh apa nggak sama performa pembalap saya mau ngajukan pendapat nih…
    Saya mau bagi dulu pembalap yang generasi “manual” n generasi “otomatis” 😀
    o iya saya sebenarnya masih bingung juga baginya, era kontrol traksi sejak tahun berapa ya? Ya udah ini sementara pembagiannya:
    -“manual” : capirosi, rossi, edward, melandri?, hayden?, elias, gibernau, vermullen.
    -“otomatis”: pedrosa, stoner, lorenzo, kalio, dovisioso, canepa, takahasi, deangelis, Rdp?,Toseland?,

    Nah logikanya kalau pembalap yang “manual” merasa skillnya lebih bagus, harusnya kan lebih bagus performanya saat pakai motor berkontrol traksi, lawong dipermudah, yang sulit (manual) aja gape apalagi yang dimudahin dengan kontrol traksi? ya to

    Mungkin yang ada adalah masalah adaptasi dari rider2 “manual”, rider yang hebat juga tetep kelihatan kan, kayak rossi, mau pake manual atau kontrol traksi tetep sip performanya, berarti cepat beradaptasi. Kecuali kalau dibalik rider yang lahir di era kontrol traksi performanya bisa bagus ga kalau pakai manual? karena ga ada track recordnya jadi ya bisa bagus bisa jelek juga.

    Tapi saya setuju misal kontrol traksinya di bikin sama, tapi sama canggihnya hehehe, jadi biar berkembang teknologi motornya kan balap prototipe. misal yang tercanggih yamaha atau ducati, tim lain boleh beli atau mau kembangin sendiri terserah. teknologi ga boleh disembunyiin, tapi kalau mau setara ya itu tadi pilih beli apa berpikir keras desain sendiri 😀

    Kesimpulanya pakai kontrol traksi sama serunya dengan ga pakai kontrol traksi, wong dari dulu era doohan motogp yang paling sering fight ya cuma dua pembalap didepan aja (CMIIW). Yang gak adil itu kalau pembalap yang era manual ga pake kontrol traksi melawan pembalap muda pake kontrol traksi hehehe 😀

    maaf mas taufik kepanjangan, habis antusias nih pingin sharing.

  10. pertama-tama salam buat mas taufik selaku pemilik blog …maklum ini pertama kali saya comment disini walaupun sudah lama mengikuti blog yg “seru” ini. Mengenai penggunaan traction control pada motor2 di motoGP sebaiknya memang di-eliminir saja mengingat beberapa faktor
    :
    1. Pembalap yg berlaga di ajang ini adalah pembalap yg profesional, biarkan mereka keluarkan skill mereka habis-habisan di track untuk meraih juara sekaligus sebagai “hiburan” bagi penonton

    2. Penghematan biaya riset untuk sedikit mereduksi kemungkinan pabrikan yg mendadak bangkrut ditengah musim.

    3. Supaya 4 besar Klasemen tidak terpaku pada pembalap dari pabrikan yg besar, walaupun ini bukan faktor yg penting tp regulasi ini bisa membuat pembalap dr pabrikan satelit berpeluang membuat kejutan yg lebih sering

    tapi kl penggunaan TC lbh untuk safety pembalap saya kurang tahu juga ya pengaplikasiannya…..sori mas taufik baru pertama sudah berani ngoceh panjang…hehe…cmiiw ya….salam

Leave a Reply to N2x Cancel reply

Please enter your comment!
Please enter your name here