lumba

Bro sekalian, ketemu kembali di artikel religi ala Jumat yang tertunda setelah beberapa banyak bulan hehehe, kali ini kita akan mencoba mengupas sesuatu hal yang sering kita bicarakan menyangkut sifat dan tindak tanduk manusia yakni Akhlaq . . . akhlaq atau akhlak itu apa sih sebenarnya ? Jujur artikel ini terinspirasi dari ucapan ustads AA Gym yang tmcblog coba bawakan dengan style ala tmcblog

Akhlak itu pada dasarnya adalah tingkah laku baik fisik berupa perbuatan, perkataan, tanggapan, bahkan sampai pemikiran seseorang. namun Bagaimana mengukur akhlak seseorang ? menurut AA Gym yang menukil pendapat Imam Al Ghazali, AKhlak seseorang itu bisa diukur dari respons cepatnya terhadap kejadian yang menimpa dirinya atau pun terjadi di hadapannya . . . ingat respons cepat.

Tanpa mengecilkan dan menganggap personal yang hadir di pengajian itu tidak berakhlak mulia, namun jangan mudah menilai dan melihat akhlak seseorang ketika duduk disebuah halaqah/ taklim/pengajian . ..  atau ketika sedang berada di hadapat calon mertua, di hadapan Presiden atau orang orang yang terhormat . ..  biasanya ada saja godaan dan bisikan setan yang membuat ia berkecenderungan menjaga Image ( JAim) supaya ‘terlihat’ berakhlak mulia . ..  lho jadi gimana dong menilainya?  . ..  ya itu dia . . . respons cepatnya terhadap suatu kejadian . . .

Misalnya di jalan seorang biker mendapati ban belakangnya tertusuk Paku . ..  lihat kira kira apa yang akan keluar dari mulutnya . ..  apakah sumpah serapah baik yang cuma kecil atau bahkan sampai keluar semua penghuni kebun binatang . . . ataukah ucapan istighfar, atau bahkan ucapan out of the box misalnya ” Alhamdulillah, jadi pagi pagi olah raga dengan nyopot ban” atau ” Alhamdulillah, jadi pagi pagi olah raga dengan ndorong motor sampai tukang tambal ban ” itu hanya satu contoh .  . contoh lain

Lagi enak enak nyetir lalu ada yang tiba tiba nyalip dengan membahayakan plus dengan kecepatan yang tinggi tanpa memberikan sinyal terlebih dahulu . . . apa respons mas bro . . . kekagetan plus sumpah serapah apakah mengucapkan misalnya ” subhanallah, mungkin si bapak sedang terburu buru karena istrinya dirumah sudah mules mules pembukaan 4 mau melahirkan ” . . .

atau apakah isi komentar dalam artikel blog dalam menanggapi suatu artikel bisa juga jadi parameter pengukuran akhlaq? silahkan didiskusikan 😀

Tapi jelas mas bro . . .  respons cepat di atas terutama yang baik baik, nggak bisa di sengaja dilatih . . . itu semua keluar dari hati . . . kalau hatinya (QALBU) bagus maka, respons bagus akan keluar secara alamiah dan sebaliknya . ..  nggak percaya? boleh dicoba kayaknya nih yaa

nahhh jadi githu . . . artkel ini sendiri sebenarnya sebagai pengingat untuk diri tmcblog sendiri . . . karena jangan mudah menilai akhlak seorang dari tulisannya . . . Nulis artikel tematis “ngaji di Blog” tidak bisa jadi ukuran utama menilai diri saya/tmcblog berakhlak baik, wong nulis dibaca sekian ribu orang, tentu tendensi tulisannya nggak mau yang keliatan jelek thooo? . . . tmcblog harus selalu mengevaluasi akhlaq sendiri dan itu terlihat kala nanti keluar respons cepatnya di saat menemui kejadian . . . Mari kita sama sama memohon ampun kepada yang maha kuasa, beristifghfar buat yang muslim semoga bermanfaat bagi kita semua

Taufik of BuitenZorg

64 COMMENTS

  1. Inspiratif sekali kang taufik artikel nya,,,, saya sangat setuju dengan respon cepat mengucapkan alhamdulillah … (dilanjut penerus), saya juga fans nya aa gym waktu jaman kuliah, sekarang udah jarang mendengarkan lagi.
    🙁
    Kangen artikel penyejuk hati.
    Makasih udah bikin tulisan ini ya.
    Sukses terus kang!

  2. Kalo khusus hari jum’at di buat artikel religi boleh juga mas, nambah urat-urat akhlaq yang baik supaya kita semua ngerti dunia ini bukan segalanya, jadi ada filter-nya juga buat peredam ataupun balance buat kita semua ,meskipun para pengunjung blog ini bagian dr fb dan sales marktng…walaupun beda tp ttp bisa rukun dan slg mnghormati..

  3. lha…gimana mas Taufik dgn…bro2 yg suka nulis macem2 di kolom komentar..? mudah2an itu semua cuma candaan saja ( yg keterlaluan)…..:)

  4. Alhamdulillah …makasih bang haji…pencerahannya…..bener bener ane banget dah . ……hik hik hik….moga ane hari ini seterusnya…memperbaiki aklag ane yg nggk baik…

  5. akhirnya.. Muncul juga nih artikel. Kangen euy,setelah sekian lama.

    menurut saya,komentar buruk dari komentator dapat mencerminkan akhlaknya.
    Lha gimana coba,yang namanya menulis itu lebih sulit daripada ngomong,ditambah lagi tidak adanya identitas yg jelas pada komentator.
    Sehingga dapat disimpulkan… komentatator yg berkomentar jelek pasti akhlaknya juga jelek.
    Termasuk saya.
    Saya menyadari akhlak saya masih buruk wak.
    astaghfirullaah..
    Udah ah,ga mau ngumpat komentator lagi…

    Thanks a lot wak haji 🙂

  6. itu betoel adanya kang

    jadi terinspirasi waktu pernah hampir nyerempet pengamen jalanan yang dari sisi zahir terlihat pakaiannya awut-awutan, rambut gondrong, tapi begitu hampir keserempet motor ane eh dia secara “responsif” berucap “Astaghfirullah!”

    Luar biasa kejadian itu bener-bener bikin ane tersedarkan, memang betul bahwa untuk bisa seperti itu harus “dibiasakan” mengucapkan kalimat-kalimat baik (zikir)

  7. kali ini yg koment sadar semua wak haji. .
    Suasanay jd kekeluargaan s.e.s.u.a.t.u bgt
    tp. .sekarang? Ntar klo ada artikel fbh,fbhy,fbk,fbs,dan fb2.
    Ga tau nih?
    Cm usul, ,gmna klo stiap nulis artikel terakhiry dikasih kata2 mutiara atau apalah. . ,ben yg koment jd sejuk hatiy

  8. bener bang Taufik, salah satu cara mengukur sifat natural kita adalah dengan melakukan tindakan dengan spontan baik perbuatan maupun ucapan

  9. Alhamdulillah, sejuk sekali bacanya pak haji, mdh2an dalm 1 minggu minimal 1x ada artikel sprti ini,
    Jujur kalo d jalan emng lebih sering ngeluarin A,B,C,D klo ada pengguna jalan lain yang bermanufer mandadak or geber2 g karuan, baru setelahnya istigfar,

    Makasih pak haji buat artikelnya mudah2an akhlak kita semua semakin hari semakin baik, Aminn

    “Hargai pengguna Jalan lain di jalanan umum, utamakan keselamatan”

  10. Kalo ana tergantung mood kang aji. Kalo mood lagi oke/normal, disalip biker seruntulan mungkin masi bisa sabar, istighfar, ato mungkin berpikiran baek aja macem yang dicontohin. Tapi kalo mood lagi kaco, ada biker alay sruntulan cari masalah, masi sabar juga. Cuma nenangin dirinya lebih kearah “ngedoain” yang aga ga bener, macem : “udah deh Irfan, nanti biker macem gitu bakal kena seleksi alam sendiri” wkwkwkw

  11. Betul kang. Reaksi cepat. Ahlak seseorang ketahuan juga kalo di depan istri sendiri 😀

    Kasihan, kebeletnya di tengah jalan. Biar deh kita disalip, disuruh minggir lah. Biar, siapa tau istrinya mendadak hamil juga 😀

  12. Saya sangat setuju sekali. Tapi ada satu yg mohon saya dikasih pencerahan jika saya salah. Pada paragraf: “respons cepat di atas terutama yang baik baik, nggak bisa di sengaja dilatih . . . itu semua keluar dari hati . . . kalau hatinya (QALBU) bagus maka, respons bagus akan keluar secara alamiah dan sebaliknya”. Saya sendiri meyakini bahwa semua hal itu musti dilatih termasuk akhlak. Bukankah ketika kita sholat, puasa, bisa kita maknai sebagai melatih diri untuk selalu (secara terus menerus) ingat dan berserah padaNya? Qalbu secara alamiah (fitrah) dlm keadaan bagus dan terjaga (hati nurani). Seiring proses pendewasaan diri kita dihadapkan pada hasrat yg secara alamiah memang cenderung menghalalkan segala cara. Disinilah perlunya melatih diri untuk mengendalikan hasrat dengan qolbu yg dari sonoNya memang baik. Di dunia sufi jawa ada istilah “tirakat” atau “lakon”. Dalam konteks inilah mungkin bisa kita pahami. Pendek kata Qalbu / hati nurani secara niscaya adalah baik karna inilah modal dasar moralitas manusia. Tindakan baik harus dilatih termasuk respon cepat terhadap tindakan baik. Nuwun Pak Haji mohon maaf kalo salah n kepanjangan.

Leave a Reply to ilmu pengetahuan umum Cancel reply

Please enter your comment!
Please enter your name here