TMCblog.com – Bro sekalian, Musim demi Musim para teknisi Departemen racing dari Pabrikan pabrikan sepeda motor terkemuka di dunia berlomba membangun Motor spek MotoGP terbaik dibawah bayang bayang regulasi yang kian musim kian diperketat. Nah Kontributor asal Spanyol untuk TMCblog Manuel Pecino duduk diantara 6 petinggi Departemen racing dari 6 Pabrikan Yang berlaga di MotoGP 2017 Kouichi Tsuji (Yamaha), Tetsuhiro Kuwata (Honda), Gigi Dall’Igna (Ducati), Ken Kawauchi (Suzuki), Romano Albesiano (Aprilia) dan Sebastian Risse (KTM) menanyakan 5 Pertanyaan yang sama diantara mereka mengenai mau dibawa kemana MotoGP kedepan . . . Kepo dong ? cekidot deh sob  . ..

Pertanyaan Pertama : Kemana arah pengembangan Aerodinamika setelah pembekuan ( outer ) winglet ?

Kouichi Tsuji ( Yamaha ) : Para teknisi sedang mencari keuntungan dari Aerodinamika. Dan ketika mereka mengetahuinya mereka akan menambah aspek keuntungan tersebut. Itu yang terjadi pada tahun 2016 yang lalu. Saat ini ? Riset berlanjut dengan tujuan sederhana : memperoleh hambatan yang kecil dan kemudahan manuver

Tetsuhiro Kuwata ( Honda ) : Dengan Downforce yang minim, performa kami terperngaruhi. Semua sekarang sedang berfkir mencari solusi untuk memperoleh support dari aerodinamika. Sulit banget tanpa menambah Winglet, Namun sebagai Engineers kami kesini untuk mencari solusi, Kami butuh tantangan dan aerodinamika adalah tantangan yang besar.

Gigi Dall Igna ( Ducati ) : Tanpa Winglet tidaklah mudah. Mustahil kami akan memperoleh efek ( downforce) yang sama. Kami sekarang sedang mencari kembali keseimbangan yang kami pernah miliki, Namun jelas Motor kami makin nggak stabil. kami sedang mencari Komprominya. hampir pasti kami akan menggunakan Fairing 2016 tanpa winglet dan model (fairing) yang kami pakai di Test Sepang.

Ken Kawauchi ( Suzuki ) : Kami tahu bahwa winglet membawa bantuan aerodinamika dan kami sedang mencari jalan menemukan downforce yang hilang itu dengan cara lain. Tentunya akan sulit membuat apa yang telah di berikan oleh winglet, Namun kami harus bekerja keras memaksimalkan regulasi apa saja yang diperbolehkan untuk kami kerjakan. Hilangnya winglet tidak mempengaruhi kelincahan dan manuver dari Motor Suzuki

Romano Albesiano ( Aprilia ) : SUdah banyak yang dikatakan soal Winglet, tentu tidak ada yang menyangkal apa yang diberikan winglet dalam hal stabilitas. Kami lebih mencoba untuk mempertahankannya, Namun menurut saya efektifitas winglet tidak bisa digeneralisasikan. Buktinya ketika Aleix mencoba motor kami tanpa winglet, ia cepat memperoleh waktu yang baik. Sekarang beberapa Pabrikan mencari cara mengembalikan downforce dengan desain baru fairing, sedangkan pabrikan lain tidak menjadikan hal ini sebuah prioritas

Sebastian Risse ( KTM ) : Disisi kami, kami nggak pernah menggunakan Winglet. kami mempelajarinya, namun ketika tahu akan dilarang, kami tidak mempelajarinya lebih lanjut. Saya sendiri kepo ingin tahu seperti apa lawan kami membangun kompensasi dari hilangnya downforce ini. Semua orang sepertinya punya ide ide, namun siapa yang mau ambil resiko dengan membangun fairing revolusioner tanpa mengetahui akankah itu bekerja di sirkuit ini atau di sirkuit itu ? Nggak ada satupun yang bisa berkerja ” step by step ” disini karena setahun kami hanya memperoleh  kali update Fairing, siapapun nggak berani mengambil resiko margin of error terlalu besar.

Pertanyaan Kedua : Apa Prioritas pengembangan mesin anda dalam Hal Power yang dihasilkan ?

Kouichi Tsuji ( Yamaha ): Power adalah hal yang masih dipertanyakan. Namun kita harus bisa menggunakannya dan kami berusaha memepertahankan karakter terbaik dari mesin kami karena membantu kencangnya Motor. Bagi kami Mesin adalah sebuah komponen dari sasis

Tetsuhiro Kuwata ( Honda ) : Bahkan Jika nggak bisa dibuat mudah, pengembangan mesin adalah sesuatu yang mudah untuk di ukur, tentu kami menginginkan power sebesar mungkin. Mesin yang powerful adalah syarat untuk berakselerasi dan kencang di straight. Ini adalah salah satu cara terbaik untuk menciptakan laptime yang cepat. Tentunya Power haruslah bisa digunakan, oleh sebab itu kami memanagenya dengan baik mengunakan elektronik. Power tidak boleh mengalahkan Sasis . Itulah keseimbangan yang sedang kami cari saat ini.

Dell’Igna, Sepang MotoGP test, 4-6 February 2014

Gigi Dall Igna ( Ducati ) : Kami tidak pernah berhenti mengembangkan mesin. Tujuan Kami saat ini adalah  mempertahankan Power namun meningkatkan kemudahan pemakaian Motor

Ken Kawauchi ( Suzuki : Semenjak tahun lalu, Kami telah memperbaiki masalah di RPM rendah. Mesin kami mudah digunakan, dan ini adalah karakteristik yang tentunya ingin kami pertahankan. Di saat yang sama, Kami sedang mencari cara meningkatkan power di RPM menengah dan Tinggi. Semua ini adalah keseimbangan, Karena meningkatkan Power di RPM rendah akan menyebabkan Slide dan akan menyulitkan untuk Traction Control dimana semua ini tidak kami inginkan. Koneksi antara Power di RPM rendah dan Menengah adalah sangat penting.

Romano Albesiano ( Aprilia ) :Kami berusaha meningkatkan Kurva Torsi untuk menciptakan mesin Yang lengkap. Dalam kasus lain, kami tahu bahwa Power itu penting ketika sedang berjibaku dengan pebalap lain. Lebih cepat kau di Straight itu lebih baik.

Sebastian Risse ( KTM ) : Power ada. Soal Penggunaan Power itu sendiri, Kami memperoleh feedback dari beberapa pebalap yang mencobanya tahun lalu. Sekarang Kami memiliki 2 pebalap yang cuma ngerti yamaha semenjak mereka masuk ke MotoGP. M1 punya reputasi memiliki Kurva Power yang sangat Baik dan Mudah digunakan. Sekarang mereka ( Pol-Smith ) harus terbiasa menggunakan Mesin V4 yang karakternya berbeda. Di sisi kami, kami harus selalu melakukan Progress. Banyak kerja yang telah dilakukan semenjak November dan Kali pertama Pol Espargaro – Bradley Smith bersentuhan dengan handle Gas dan Kurva Torsi (dari RC16) . . Kami nggak buruk buruk banget.

Pertanyaan Ketiga : Semenjak Musim 2016, Kalian dituntut untuk menggunakan sistem Software management elektronik yang sama. Sudah dalam tahap mana penggunaan dan Pengembangan software ini untuk masing masing kalian ?

Kouichi Tsuji ( Yamaha ) : Dari sudut pandang performa, nggak ada perkembangan besar yang bisa diharapkan. Di sisilain, kami harus bisa mengerjakan lebih baik dalam koridor Safety

Tetsuhiro Kuwata ( Honda ) : Kami Ngak dalam posisi 100%. Dalam kasus tertentu kami berada dalam posisi 99%, Kami harus terus bekerja untuk membuatnya lebih baik

Gigi Dall Igna ( Ducati ) : kami nggak bisa mengembangkannya lebih lanjut, kami dalam keadaan yang sama rata sekarang

Ken Kawauchi ( Suzuki : Ini adalah Cerita yang tak pernah ada akhirnya. Saya bisa bilang kami baru bisa menggunakannya 70 sampai 80 %.

Romano Albesiano ( Aprilia ) : Untuk Saya, masih ada ruang untuk perbaikan. Kami masih jauh dalam mengerti segala kemungkinan ( dan potensi) dari software ini. Masih ada ribuan parameter untuk di perlajari. Menurut pendapat saya, akan butuh 5 Tahun untuk mempelajarinya

Sebastian Risse ( KTM ) : Software ini adalah Toolbox yang besar. Nggak semuanya bisa kami  pakai , ada juga yang tidak terpakai, ada juga yang hilang ( tidak tersedia ), Namun semuanya mengalami hal yang sama. Jadi yang kami lakukan hanyalah mengoptimalisasi parameter yang ada dan menempatkannya dengan prosedur yang benar untuk menghindari error. Walaupun Software ini Unik, Namun Sangat Kompleks. Mungkin lebih kompleks dari Kompleks yang dipakai masing masing dari Kami. Akhirnnya yang terbaik adalah melakukan Yang terbaik

pertanyaan ke empat : Dalam hal Sasis. Apakah Sudah menemukan Transisi yang OK dalam hal Keseimbangan setelah pindah dari Bridgestone ke Michellin ?

Kouichi Tsuji ( Yamaha ) : Beradaptasi dengan ban Motor adalah Proses yang tiada akhir semenjak tujuan dari pengembangannya adalah untuk mengoptimaslisasi penggunaan dan Performa ban di tiap sirkuit

Tetsuhiro Kuwata ( Honda ) : Masalah ini sudah jauh dari List masalah Kami. Saya pikir saat ini semua telah beradaptasi dengan perubahan Penggunaan ban. Dalam Kasus khusus, pebalap sudah nggak komplain lagi tentang karakter motor yang berhubungan dengan Ban

Gigi Dall Igna ( Ducati ) : Kami Selalu melakukan perbaikan di semua area. Saat ini kami berada dalam kondisi puas terhadap penggunaan sasis walaupun pembekuan penggunaan winglet membuat kami harus menemukan keseimbangan baru dalam mengatasi mesin yang tidak stabil.

Ken Kawauchi ( Suzuki : Perubahan merk ban tidak berpengaruh banyak ke kami. Semenjak kembalinya kami ke MotoGP, kami selalu memiliki Motor yang memiliki performa tinggi dalam hal kecepatan di tikungan, namun dengan sedikit masalah di ujung tikungan. Kami telah melakukan perbaikan masalah ini, namun tidak berhubungan dengan perubahan merk Ban

Romano Albesiano ( Aprilia ) : Perubahan merk ban dari Bridgestone ke Michelin lebih ke masalah feeling pebalap dari pada setingan motor. Kami memperoleh keseimbangan yang baik yang tidak terlalu berbeda dari yang kami gunakan sebelumnya ( saat menggunakan Bridgestone ).

Sebastian Risse ( KTM ) : kami selalu bekerja dengan Ban Michelin. Jadi kami tidak ada proses adaptasi ke Pabriakan ban baru, Motor kami sellau dikembangkan menggunakan ban ini. Tahun lalu kami selalu berkomunikasi dengan Michelin untuk mencari tahu kemana arah pengembangan mereka dan kemana kami harus bekerja. Nggak selalu mudah mengetest motor dengan ban yang tidak digunakan di MotoGP, Namun umumnya kami senang dengan situasi yang kami peroleh ini.

Pertanyaan Ke Lima : Dengan Regulasi teknis Yang kian ketat, apakah mungkin melakukan diferensiasi? Sebagai Engineers, apa Visimu ?

Kouichi Tsuji ( Yamaha ) : Masih ada banyak yang bisa dilakukan dengan regulasi ini, Lagipula keterbatasan kadang identik dengan penemuan ( hal baru ). Dalam Kasus ini, Kami puas dengan regulasi

Tetsuhiro Kuwata ( Honda ) : Pembatasan selalu menjadi tantangan buat Engineer. Tergantung kami untuk mencari  solusi mengenai pembatasan yang kami jalankan. INi adalah latihan yang menarik. tentu saja, Kami ingin kebebasan lebih untuk bisa berbuat lebih, namun kami harus realistis mengenai biayanya. Regulasi ini juga menghasilkan komitmen bagi Pabrikan baru yang tentu saja merupakan hal positif.

Gigi Dall Igna ( Ducati ) : Kami masih memiliki ruang untuk mengembangkan mesin. Walaupun regulasi dibatasi, Imajinasi dan Kreatifitas tetap jadi sesuatu yang penting bagi olahraga ini. Saya berharap nggak banyak dilakukan pembekuan diwaktu mendatang, seperti yang dillakukan sekarang terhadap aerodinamika. Namun begitu, adalah baik untuk bisa mengembangkan mesin tanpa anggaran operasional yang berlebihan

Ken Kawauchi ( Suzuki ) : Sebagai Engineer, saya ingin menyampaikan pendapat tentang regulasi , khususnya mengenai pembekuan mesin yang benar benar bikin relax sepanjang musim. Dan Juga harus kami akui ini juga membuat mungkin untuk mengotrol anggaran operasional. Namun ini tidak enak buat engineers yang nggak bisa melakukan pengembangan setelah Balapan pertama. walau begitu, kami tetap harus melanjutkan kerja pengembangan agar ( mesin tahun depan ) bisa siap di akhir musim berjalan, dan ini tidak mudah. Saya juga inginnya kami memiliki waktu lebih banyak untuk pengetesan untuk bisa membuat kerja mesin lebih baik lagi

Romano Albesiano ( Aprilia ) : Kami berkaca pada kisah part pelengkap winglet. Engineers Tidak pernah mengapresiasi larangan terhadap aturan teknis yang baru. walaupun begitu regulasi harus berada pada posisi kompromistis terhadap pengendalian anggaran dan kebebasan dalam mengeksplorasi cara cara baru. Kurasa Kerangka regulasi yang sekarang tidak terlalu buruk. Walaupun pembatasan itu hdir, namun masih ada ruang untuk inovasi.

Sebastian Risse ( KTM ) : Kami masih memiliki cukup banyak kebebsan. AKhirnnya pekerjaan ini masih tetap sama dimana  kami harus mempelajari peraturan dan menentukan batas sampai mana harus pergi. Kupikir pebatasan ini tidak merusak kreatifitas para engineers

Manuel Pecino

 

78 COMMENTS

    • Honda belum menunjukkan potensi sebenarnya,masih bisa dioptimalkan lagi mesinnya.dg mesin yg lebih kuat dan chasis kesukaan marquez diprediksi musim 2017 dg mudah jurdun.

      ????

    • Om, mesin V kalo balance dan bisa menang buat apa om, idealisme boleh tpi harus realistis, dan suzuki menyadari itu skg,
      Mesin V memang yg terbaik untuk balapan, tpi sasis gk bisa nampung kekuatannya, hasilnya ya klo gk liar ya ndolosor,
      Yamaha menyadari itu, mereka sadar gk kan mudan ngembangin sasis mesin V, disamping ada pertimbangan2 yang lain tentunya, dan akhirnya mereka metik hasilnya sekarang, M1 jadi motor paling balance skg

    • IMHO lagi disini
      HRC sebenernya telah berhasil bikin sasis yang cocok dengan mesin V + gaya balap marquez yang agresif, semua udah tau sasis 2014 adalah yang terbaik. tetapi dengan model ini hanya bisa ditaklukkan oleh pembalap dengan tipe agresif kayak marquez, stoner, iannone.
      M1 adalah motor yang paling netral dan paling balance, semua pembalap bisa menggunakannya…tetapi M1 akan punya efek negatif jangka panjang bagi pembalapnya..”pembalap yang terbiasa dengan motor mudah akan menumpulkan skill balapnya” Rossi, Lorenzo, Smith, Pol adalah contohnya…mereka semua struggle ketika pindah dari inline ke V.
      IMHO

    • IMHO lagi disini
      HRC sebenernya telah berhasil bikin sasis yang cocok dengan mesin V + gaya balap marquez yang agresif, semua udah tau sasis 2014 adalah yang terbaik. tetapi dengan model ini hanya bisa ditaklukkan oleh pembalap dengan tipe agresif kayak marquez, stoner, iannone.
      M1 adalah motor yang paling netral dan paling balance, semua pembalap bisa menggunakannya…tetapi M1 akan punya efek negatif jangka panjang bagi pembalapnya..”pembalap yang terbiasa dengan motor mudah akan menumpulkan skill balapnya” Rossi, Lorenzo, Smith, Pol adalah contohnya…mereka semua struggle ketika pindah dari inline ke V.
      bila pabrikan dengan sumberdaya terbatas bikin inline adalah jawabannya, kalo punya sumberdaya banyak mending ngembangin mesin V karena kelebihan potensinya…jangan dibalik

  1. Wak haji, ni pertanyaan saya,
    Kalo mesin inline lebih baik secara paket keseluruhan, kenapa masi ada tim yang mengembangkan mesin V untuk motor, sementea dgn mesin inline, secara paket lebih baik, secara pengembangan jg lebih simple, secara oprasional jg lebih murah.
    Ane gk habis pikir dengan honda, duc, ktm, aprillia, dengan mesin V nya, mereka masi aja ngambil jalan yg sulit
    Bukti nyata udah ada, yamaha sukses ngembangin inline 4 dengan paket komplit,
    Knpa gk ditiru ama pabrikan lain?
    Kalo masalah filosofi, mo sampe kapan dipertahanin filosofinya kalo zonk melulu,
    Contohnya suzuki, ane suka jalan pikiran mereka, dari mesin V mereka berubah haluan ngikut yamaha dengan inline, dan hasilnya udh kelihatan, tinggal di poles aja, udh jadi tu gxr jadi kontender motor terbaik gp, tpi kenapa dengan pabrikan lain yg masih mempertahankan mesin V, semetra secara paket keseluruhan gk sebaik mesin inline?

    • Comment:mesin V tetap terbaik untuk balap, masalah utama saat ini adalah kontrol ECU yang sederhana yang tidak bisa mengimbangi karakter mesin V. mesin inline lebih smooth dan dengan ECU sederhana sudah cukup untuk mengontrolnya.
      imho mesin inline M1 udah hampir mentok pengembangannya makanya pada ngebul dan setelah di mugello mereka membatasi rpm M1 dan hasilnya … hanya bisa menang di valencia race terakhir. lainnya mayoritas honda

    • mungkin kalo di dalam sepakbola mesin inline itu bermental normal, bertahan oke nyerang oke, tapi kalo mesin v4 itu ibarat total footbal yaitu gaya bermain yang sangat menyerang/agresif.

    • Mungkin mesin v emang ciri khasnya pabrikan ducati aprilia n ktm. Jd semacam idealismenya mereka pake mesin v. Liat aja superbike mereka pake mesin v semua. Jd motogp jg sekalian bt riset produk mereka. Yg aneh justru suzuki karena awal ikut motogp pake mesin v (gsvr) pdhl superbikenya (gsxr) pake mesin inline. Untungnya skrg udah insyaf. Klo honda jgn tanya lah. Duit ga terbatas jd suka2 mereka.
      Cmiiw..

    • Naa itu tau ada pembatasan ecu, knpa masi berkutat di mesin V yg nyata2nya sangat sulit di kntrol, honda nih yg gk jelas, udh tau ecu balik ke jaman purba, ee mesin cuma di ubah2 dikit.
      Nambah lagi ktm yg bru masuk, dh jelas ecu gk bisa mengkover power mesin v, tpi kekeh pke msin v,
      Honda menang krna faktor markes om, sisanya gk berkutik, harusnya honda tau masalah ini, dn berubah haluan develop mesin inline, toh jg nnti bisa diturunin ke mesin cbr nya, persis apa yg dilakuin yamaha,
      Masalah follower apa gk, ini adalah bisnis, dan yg terbaik itu yg bakalan menang, jdi gk usah malu2 lah, toh juga pabrikan lain gk lepas dari follower jg

    • Om, mesin V kalo balance dan bisa menang buat apa om, idealisme boleh tpi harus realistis, dan suzuki menyadari itu skg,
      Mesin V memang yg terbaik untuk balapan, tpi sasis gk bisa nampung kekuatannya, hasilnya ya klo gk liar ya ndolosor,
      Yamaha menyadari itu, mereka sadar gk kan mudan ngembangin sasis mesin V, disamping ada pertimbangan2 yang lain tentunya, dan akhirnya mereka metik hasilnya sekarang, M1 jadi motor paling balance skg

    • kalo mesin semua sama jadi kayak OMR dong (kayak moto2 yg banyak diprotes),nggak ada diferensiasi antar pabrikan,dan nggak ada inovasi di mesin konfigurasi selain inline,IMO

    • Om, moto 2 tu satu merk, mkanya di protes, yg ane bilang konf mesin,
      Semua pabrikan tentu ingin menang, tpi dgn kemungkinan2 seperti apa spya menang? Tntu dgn konf mesin yg tepat, sasis yg mampuni, dan software yg mendukung, untuk smua itu, cuma M1 yg bisa dapetin keseimbangan yg baik

    • Itulah bedanya mental org sono sm kita bro. Mereka percaya ga ada yg ga mungkin & berusaha keras menang dgn caranya mereka sendiri. Liat aja honda sampe merevolusi mesin dr forward rotating ke backward rotating trus dr scremer ke bigbang. Lagipula klo ganti ke inline bukannya malah riset dr nol lg? Cmiiw..

    • Ya udah, lo beli aja tim motogp yg make mesin v, trus kalo lo dah jadi bos tim motogp, lo ganti make mesin inline, beres kan?

    • Mesin V terbaik saat ini,buktinya yg sering juara 2016 mesin V.untung aja ecu honda dilarang,bila nggak kejadian musim 2014 bisa terulang.mesin inline dibuat over limit mleduk bro,mesin V terbukti lebih kuat durabilitasnya.

      ?????

    • Jangan kebalik. bukan honda yg mencari jalan sulit,tp regulasinya yg dplintir agar motogp tdk menjadi mudah untuk mesin v.kalau tdk drubah ya jelas honda dgn mesin v nya akan terus mendominasi.sudah jelas disebutkan pengembangan honda adalah mesin,jadi mereka memang selangkah lebih maju.

    • dilibas di trek lurus itu sakit hati bro, bukan urusan late braking loh ya, tapi murni kalah mesin.
      dan itu hanya terjadi ketika inline dibuntuti V.
      gak pernah inline yang mendahului V, gak pernah sesama inline, bahkan gak pernah sesama V.

      dan yang pasti, sirkuit modern makin banyak trek lurus nya,

  2. Jd honda yg paling siap ya Wak Haji?
    Yamaha msh punya PR soal ban yg kurang maksimal di lap2 akhir. Suzuki baru menggunakan 70-80% potensi dr elektronik. Ducati masih mencari keseimbangan tanpa winglet. Kyknya awal musim honda punya peluang menang paling besar.

  3. Mantap artikelnya wak haji.. Puas, jadi tau lebih dulu & update tentunya dgn adanya kontributor tmcblog sekelas Manuel Pecino..

  4. cak, bedanya mekanik, teknisi, sama engineer itu apa ya,.?
    kalo sepengetahuan saya yang mendesain mesin motor itu engineer, nah itu orang2 diatas itu levelnya engineer atau technician.??

    • Orang2 tsb diatas sudah selevel direktur, punya wawasan teknik dan manajemen balap yg mampu mengkoordinir, engineer, mekanik/teknisi (ini hampir samalah), dan pebalap utk mencapai tujuan: menang.

  5. Comment:seumpama bisa di bikin kompetisi laen slaen motogp, kira” bisa nggk tiap prototp pabrikan bikin motor tanpa batasan regulasi.. sekarang motogp cenderung bnyk aturan. shingga hampir imbang antara motogp dan WSBK

  6. tuh kan magneti marelli itu terlalu kuno untuk motor proto sekelas motogp,bahkan mungkin software motor wsbk sekarang malah lebih canggih dari MM

  7. mesin Inline Yamaha (dan Suzuki) belom mentok IMHO pengembangannya, dg catatan Yamaha mau balik lagi pakai engine Screamer lawasnya yang pakai teknologi genesis 5 valve per silindernya (sebelum Rossi gabung Yamaha) jika ingin mengail power yg lebih besar supaya lebih punya daya saing di sirkuit yg punya trek lurus panjang, akan tetapi selama masih ada Rossi kayaknya Yamaha bakalan tetep pake engine current karena Rossi menyukai engine ini, yg dibilangnya sebagai sweet engine. Mungkin bisa saja nanti pasca Rossi pensiun dan pengembangan MotoGP lebih diarahkan sama Vinales, bisa saja akan ada yg berubah keputusan dalam pemakaian jenis enginenya.

    • Kan yg pake 5valve mesinnya gagal om meskipun screamer…bahkan yamaha claim memakai mesin tersebut kesalahan terburuk yamaha…

    • IMHO Menurut ane pas nyoba R1 yg masih 5 valve, mesin 5 valve tidak digunakan bukan karena terlalu liar saja tetapi juga mesin 5 valve itu boros pemakaian bensin, kurva power berantakan apa lagi yg belum cross plank atau big bang kurva powernya kalau di ibaratkan rpm bawah tengah atas: dikipasin pake tangan, dikipasin tangan, topan atau kadang dikipasin tangan,topan,dikipasin tangan. Resiko ngempos power ban spin dan boros pemakaian ban lebih tinggi

  8. saya punya ide, untuk winglet, bisakah dibikin servo mechanism? Maksud saya , winglet akan aktif kalau pas dibutuhkan saja. Misal di track lurus nih…atau pas masuk keluar tikungan bisa adaptif sendiri sudut nya…apakah ada aturan nya?

    • Intinya tidak ada satupun motor yg paketnya sesuai untuk semua sirkuit, tergantung idealisme pabrikan. Yamaha, suzuki karakternya mirip, unggul di cornering, cocok untuk sirkuit2 jadul di eropa dan australia. Sedangkan untuk sirkuit modern biasanya punya straigt panjang dan tikungan lebar cocok buat mesin V.

    • Intinya tidak ada satupun motor yg paketnya sesuai untuk semua sirkuit, tergantung idealisme pabrikan. Yamaha, suzuki karakternya mirip, unggul di cornering, cocok untuk sirkuit2 jadul di eropa dan australia. Sedangkan untuk sirkuit modern biasanya punya straigt panjang dan tikungan lebar cocok buat mesin V.

  9. Pengembangan Software oleh sizuki baru 70%, power mesin masih PR, tapi sering podium? Wah sasisnya mantap banget berarti

  10. jimooMarch 9, 2017 at 12:09ohh jd yg pke mesin v d blg cr jln sulit? kok gk mlh cr jln mudah yaaa..mudah ngail power ya dg mesin v…scra power menang mesin v kok! data top speed kbnykn mash d pegang mesin v…dan lg knp supercar rt rt pk mesin v!! v6, v12. krna cr jkn mudah ngail power n torsi d bnding mesin inlinem1 lemah d topspeed dr dl..yg ngmbil jln sulit justru ymha..mesin gpp inferior..toh bisa ngmbangin sasisttp terbaik..dan kata siapa m1 slalu bisa ngmbngin sasis dg mulus..smua riset ta trial n error..bth proses…ingt musim 2006..chater parah d sasis m1..gr gr insinyurnya bkin sasis yg lbhtipis. .pngnnya lbh lentur mlh..bkin rossi zonk…sooo jngn blg mesin inline bkin sasis mudah…gk juga…itupnter2 pbriknnya sj gbungin mesin sasis..

    lu mau tau kenapa super car pake konfigurasi V atau W engine??
    lu pikir sendiri aja kalo dijadiin inline bakal kayak apa panjang dimensi mobil.
    gobl*k kok dipelihara

    • jangan pakai kata2 kasar bro, itu kan mobil beda halnya dengan motor emang mau bikin engine motor berapa silinder

    • Om odi jangan kasar komentnya…. ini tmpat komentnya para suhu terpelajar dan penuh wawasan dgn atitude yg baik. Imho

      Klo sdh bnyak yg kasar apalgi bc geje jadi kurang menghargai karya jurnalistik orang lain..

  11. baru kali ini saya baca coment orang2 yang saling menghargai dan berwawasan kasih jempol dulu buat para comentator.
    saya berpendapat untuk pabrikan2 di moto gp saya rasa tidak ada batas pengembangan mesin baik v atau inline, karena teknologi terus berkembang dan masih banyak para enginer yang kreatif pasti bakalan ada penemuan2 terbaru. yang menarik adalah bagaimana mreka bisa menemukan keseimbangan antara sasis dan mesin dengan ECU magneti mareli dan tentunya joki yang pintar yang bisa menambah daya saing.

  12. Alhamdulillah jadi seneng baca komennya sampai habis om… terima kasih suhu sekalian atas sharing ilmunya… mantap koment yg penuh wawasan.

  13. Bahas juga dong wak artikel om pecino yg tentang kebangkitan dani pedrosa di 2017,banyak kalimat inggris yg nggak ane ngerti soalnya 😛
    #SalamFansPedrosa

  14. “Kemaren mleduk masa mau nambah power,apa g rontok tuh mesin.V engine aman terkendali.”

    yg namanya Engine failure itu bisa saja terjadi bro.
    ini soal karakter engine Inline Screamer dan Inline Crossplane, dimana Screamer lebih punya Top End yg bagus, Crossplane punya Delivery Torq yg bagus. Tapi, aahh… percumah juga ane jelasin panjang lebar kalo ngga paham!

    *ujung2nya juga pembullyan!*

    • Bukan gag paham,,
      Yg komen dari atas sampai bawah paham,, termasuk si Metteo,,
      Tapi yg namanya Fans militan termasuk kamu *red susah buat menerima kenyataan kalo idolanya pernah melakukan mistake’ dan pasti akan meng back-up berita buruk itu,,
      Musim 2016 kemaren kamu dengar kan Mas_Bero explain dari Expert MotoGP Live Trans7 Matteo Guirinoni ,,??
      Bahwa motor Valentino Rossi yg mengalami engine failure di Mugello karena over rev limit,. karena Rossi terlalu maksa ngejar Lorenzo’ padahal You know lah, saat di Yamaha Lorenzo itu paling pintar jaga Pace kalo udah di-depan,, rapi ,,
      Matteo Guirinoni lho’ yg bilang,,, ato kamu merasa lebih Expert than Matteo Guirinoni,,??
      Intinya Mas-Bero,,.
      Berjiwa besar lah,,
      Menerima kenyataan,,
      Itu sifat ksatria,,
      Wong Petinggi YFR saja Mr. Kouchi mengakui soal power mereka masih kalah dengan motor yg memakai konfigurasi V , tetapi bagi Yamaha power is nothing without control,,
      Mr.Kouchi lho yg bilang,,
      Makanya Yamaha concern’nya ke frame / sasis,,,
      Paham ea,,,,

      Eeeekkkkeeeekkkk

  15. saran aja om wawancaqga kayak gini mending gak usah dibikin artikel, udh bisa ditebak isinya cuma opini umum…
    kecuali mereka menyinggung hal2 teknis misal di rpm 14000 keatas motor kami kurang bertenaga jd top speed agak lemah, distribusi bobot kami ubah dari 50:50 jadi 49:51 utk mengurangi understeer dll itu baru cocok dibuat artikel…

  16. saya masih penasaran sama honda ?
    honda belom 100% menemukan setingan yang pas sama softwarenya.
    rossi pas tes kemarin liat marquez cuma pura” pelan dan menyimpan kekuatan sesungguhnya.
    marquez sendiri bilang tahun lalu honda jadi yang terbaik dengan kondisi tes dan awal seri yang kurang. terus katanya sekarang honda memulai tes awal musim dengan baik.
    kalo disimak itu omongan rossi ada benernya juga sih.

  17. berarti ecu MM potensi pengembangannya masih sangat besar , tergantung pabrikan mana yg duluan dapat memecahkan dan memanfaatkan algoritma yg tersedia,, ibarat kita masing2 diberikan sebidang tanah kosong yg harus kita manfaatkan sebaik mungkin.

  18. Knapa milih mesin v daripada inline yg lbh mudah?
    Ini semua soal mental,mereka percaya dengan apa yg mereka kerjakan,mereka percaya ga ada yg ga mungkin,mereka ga kayak orang kita yg siap jiplak 99% demi mudahnya urusan
    Dan mereka akan lebih bangga lagi jika mesin yg mereka kembangkan juara dengan sumber daya mereka sendiri
    Ibarat pepatah “biarlah anjing menggonggong motorku tetep gaspol”

  19. Bukan gag paham,,Yg komen dari atas sampai bawah paham,, termasuk si Metteo,,Tapi yg namanya Fans militan termasuk kamu *red susah buat menerima kenyataan kalo idolanya pernah melakukan mistake’ dan pasti akan meng back-up berita buruk itu,,Musim 2016 kemaren kamu dengar kan Mas_Bero explain dari Expert MotoGP Live Trans7 Matteo Guirinoni,,??Bahwa motor Valentino Rossi yg mengalami engine failure di Mugello karena over rev limit,. karena Rossi terlalu maksa ngejar Lorenzo’ padahal You know lah, saat di Yamaha Lorenzo itu paling pintar jaga Pace kalo udah di-depan,, rapi ,,Matteo Guirinoni lho’ yg bilang,,, ato kamu merasa lebih Expert than Matteo Guirinoni,,??Intinya Mas-Bero,,.Berjiwa besar lah,,Menerima kenyataan,,Itu sifat ksatria,,Wong Petinggi YFR saja Mr. Kouchi mengakui soal power mereka masih kalah dengan motor yg memakai konfigurasi V , tetapi bagi Yamaha power is nothing without control,,Mr.Kouchi lho yg bilang,,Makanya Yamaha concern’nya ke frame / sasis,,,Paham ea,,,,Eeeekkkkeeeekkkk

    ane sudah tau itu semua yg ente jelasin bro, dan semoga dg adanya pemaparan dari ente bisa semakin memperjelas para pembaca disini,

    terus ente juga fans militan kan bro?

  20. pada prinsipnya mereka dlm kondisi yg sama semua bermasalah, tinggal strategi apa yg harus mereka pakai
    agar bisa kompetitif
    misalnya membangun
    komunikasi yg baik antara engineer dan rider atau sharing data sesama team mate
    siapapun juaranya dialah yg terbaik

    cwim…
    tetap semangat TMC

  21. intinya beda pemikiran beda jalan cerita nya, ini yang bikin motogp sangat menarik.
    tp gw setuju selogan power without handling is nothing, yang selalu jadi pr engineer honda buat bikin chasis yang lebih friendly buat pedrosa khusus nya. kalo marquez sih gak usah di tanya, kasih motor apa aja kenceng emang nih bocah. pr yamaha gimana bikin mesin inline nya lebih powerfull buat ngimbangin mesin v

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here