TMCBlog.com – Bro sekalian Kawasaki menawarkan 2 versi W175 yang baru di release Sabtu 18 November lalu di Pantai Carnaval Ancol Jakarta Utara, yakni versi standard dan versi special edition. Total ada 4 pilihan warna yang ditawarkan untuk W175. Hal yang unik dari pilihan variannya adalah; dari 4 pilihan ini cuma ada satu warna W175 Standard, sedangkan W175 Special Edition (SE) nya ada 3 pilihan warna. Lalu apa sih detil bagian-bagian yang membedakan varian Special Edition dengan versi Standard-nya?

Dengan perbedaan harga yang mencapai 1 juta rupiah antara versi standard (Rp. 29,8 juta) dengan versi Special Edition (RP. 30,8 juta), di artikel ini akan TMCBlog bantu jabarkan secara jelas perbedaannya sebagai guidance untuk sobat sekalian dalam menimbang-nimbang sebelum membeli Kawasaki W175 yang akan ready di dealer kemarin 20 November 2017.

Seat / Jok

Perbedaan yang paling terlihat adalah pemakaian kulit pelapis jok W175. Versi SE sudah ditambahkan aksen/motif garis horisontal. Lebih spesial lagi, untuk Kawasaki W175 warna New Silver warna kulit jok nya coklat sendiri, ketika varian SE lainnya seperti Metallic Spark Black dan Metallic Matte Green diberi warna jok hitam.

Jok W175 SE New Silver
Jok W175 SE Mettalic Spark Black

Keempatnya sama-sama dibekali ‘belt/sabuk’ sebagai aksen yang bukan hanya sebagai pemanis doang tapi juga punya fungsi sebagai pembatas tempat duduk antara rider dan yang dibonceng (boncengers). Ini jelas mengentalkan aura retro karena  mayoritas motor-motor jadul seperti ini punya desain ketinggian jok yang cenderung bahkan memang jelas rata ketinggian joknya. Beda dengan motor zaman now yang tinggi jok rider posisinya lebih rendah dari boncenger.

jok W175 Standard

Fungsi lain dari sabuk jok tersebut juga untuk membantu rider sebagai penjepit dokumen atau jas hujan dan barang-barang yang lainnya yang berukuran kecil dan ringan saat berkendara sendirian. Satu lagi yang menarik, sabuk/tali jok ini juga bisa dijadikan pegangan buat boncenger yang tidak ingin berpegangan pada ridernya.

Knee Grip

Knee grip atau juga banyak disebut pelindung dengkul pada tangki BBM ini hanya tersedia pada varian SE di 3 warna, sedangkan di versi standard tidak ada.

Knee Grip W175 SE

Knee grip tersebut sebetulnya cukup berpengaruh terhadap kenyamanan, karena memang sering dengkul rider beradu langsung dengan tangki bahan bakar dan dengan adanya knee grip, bisa meredam benturan dengkul ke tangki yang berbahan besi.

Velg / Rim

Untuk velg atau rim W175 masih pakai bahan besi, bukan dari bahan aluminium pada kedua versi yang ada. Perbedaannya hanya terletak pada pemilihan warna, versi standard pakai velg berwarna chrome sedangkan SE sudah berkelir hitam.

Velg Kawasaki W175 SE
Velg Kawasaki W175 SE

Ukuran velgnya pun sama antara kedua versi tersebut, tidak ada yang beda. Pun dengan size serta merk beserta tipe karet bannya.

Velg Kawasaki W175 Standard

Untuk sokbreker depan dan belakang juga gak ada bedanya, sama-sama berwarna hitam elegan.

Velg Kawasaki W175 Standard

Sirip-sirip Cyl Head

Perbedaannya bukan datang dari performa mesin atau spesifikasi mesin, melainkan bagian kepala silinder (cylinder head) yang mana sirip-sirip pendinginan. W175 SE sirip-siripnya kena sentuhan polished atau bisa dibilang kena warna alumunium telanjang gitu ya sob.

Mesin Kawasaki W175 SE

Mesin Kawasaki W175 SE

Mesin Kawasaki W175 Standard

Yang mana aksen retro tersebut tidak kalian temukan pada versi standrad dari W175. Mirip garapan para builder motor-motor custom culture nih, mesin di sandblasting lalu dicat dan bubut bagian siripnya untuk mengejar kesan polished tersebut. cmiiw

Mesin Kawasaki W175 standard

Panel Speedometer

Pada speedometer W175 SE kena sentuhan chrome yang melingkari area tersebut, sementara versi standard hanya hitam plastik biasa. Selain itu tidak ada perbedaan lain pada panel instrumen.

Panel Speedometer W175 SE

Btw,, ini fuelmeter-nya kemana ya? Kok saya baru nyadar nih, hehehe.. Berarti mesti buka tutup tangki bensin terus ngocok-ngocok sambil ngintip atau dengerin suara gemericik bensin dari dalam tangki. Halah jadul bener..

Selain hal-hal yang sudah di sebutkan di atas, perbedaan lainnya terletak pada warna serta grafik dari striping/stiker pada W175 Special Edition dan Standard. Kalau yang standard jauh lebih minimalis, sedangkan untuk emblem yang bertuliskan logo “W’ praktis tidak ada perbedaan.

Demikianlah perbedaan-perbedaan antara Kawasaki W175 Special Edition dan Standard. Nah kalau ada yang bertanya kenapa masih dijual dengan sistem pengkabutan karburator, Kozo Arai sang project leader dari W175 menjawab santai “Dengan karburator akan lebih mudah untuk dimodifikasi dan lebih sesuai dengan tema motor retro yang tentu saja pakai karburator.” Ini cerdas menurut saya, karena saat pertama kali melihat W175 saya membayangkan sebuah “Kanvas Kosong” yang siap diberi banyak sentuhan modifikasi. Biasanya penggemar budaya kastem (custom culture) suka dengan yang serba ‘membuat’ bukannya ‘membeli’ dalam membangun karya. Dengan masih berkarburator akan memudahkan para modifikator atau builder replacing tangki bahan bakar bawaan dengan buatan tangan mereka sendiri karena dengan sistem karburator gak  akan perlu pusing-pusing mikir untuk ngakalin letak fuel pump nya kan tuh. Saya punya pengalaman dibuat pusing sama relokasi fuel pump soalnya, emang beneran pusing bro ngakalinnya. Lah kok curhat.. hehehe…

Semoga bermanfaat. Lead Don’t Follow…!!

Nugi TMCBlog

49 COMMENTS

    • bakalan jadi motor langka dijalanan.. fbh n fby ngga bakalan beli. 30 jt mesin jadul, fitur minim.
      malah ada yg bilang, honda win kalau dibikin ulang skrg ngga bakalan semahal itu..

      motor operpret kata mereka..

      kawasaki benar2 pemimpin blue ocean.

    • Maksudnya banyak karung itu bagaimana, perasaan lancar. yang menyebalkan adalah sekarang iklannya muncul menutup halaman dan ilangnya lama sampai muncul “skip”

  1. “Btw,, ini fuelmeter-nya kemana ya? Kok saya baru nyadar nih, hehehe.. Berarti mesti buka tutup tangki bensin terus ngocok-ngocok sambil ngintip atau dengerin suara gemericik bensin dari dalam tangki. Halah jadul bener.

    Kayaknya sama kaya KLX old series wak, tanpa fuelmeter, cuma ngandelin keran RES, jd kalo bensin abis motor mati, masih ada bensin cadangan sekItar 1.5lt, buka res jalan lagi cari bensin. Jd ga perlu NGOCOK2 tangki hahahaha… CMIIW

  2. Satu lagi yang menarik, sabuk/tali jok ini juga bisa dijadikan pegangan buat boncenger yang tidak ingin berpegangan pada ridernya.

  3. Yang pertama terlintas dalam benak saya adalah replace mesinnya …ganti dengan punya Yamaha Scorpio atau Suzuki thunder 250… Atau gemana kalo kita komporin Yamaha dan Suzuki untuk produksi motor retro saja? Bukankan mereka sudah punya basis produk yg ideal untuk dikembangkan menjadi motor retro?

  4. untuk selisih harga antara SE dan standard nya sih worth it banget lahhh,, banyak detil yg klo di kerjain sendiri malah bisa abis lbh dr 1 jt itu..

    tapi tetep sih, over priced, hahaha..
    bagi hobbyist sih kemgkinan besar akan gelap mata dan beli, tapi bagi org2 yg masih liat value teknologi dan fungsionalitas nya mgkn akan pikir 2x.. dengan nilai uang yg sama bisa dapat motor lain dengan teknologi yg jauh lbh advanced dan kmgkinan lbh reliable dan minim service (asal melihara nya bener loh).. jadi kadang heran sama pabrikannya aja sih, produk yang mengusung tema retro harga lgsg di bumbung tinggi…..

    • Nggak ingat gimana mas? Tau fungsi keran bensin RES?

      Keknya TMCBlog perlu jabarin dulu kita hidup dengan motor bebek atau sport dengan karbu, trus udah CDI itu gimana? Yang gak ada fuel meter gimana? Ngeliat komentator sepertinya generasi muda melek teknologi tapi gak pernah kenal hidup jaman dulu

  5. Pasar sport retro ini menurut ane, seperti merusak acuan untuk pasar sport di bawah 200cc. Bagaimana tidak? Disaat naked sport 150cc dijual di bawah Rp 27 juta (otr JKT) dengan berbagai macam valuenya seperti mesin berperforma tinggi, sudah injeksi, ada radiator, speedometer kombinasi analog digital, ada fuelmeternya, depan belakang sudah cakram sudah ada lampu led, ban lebar, ada kick starter, eeehhhh….launching W175 yang hampir tidak memiliki value yang ane sebutkan di atas. Apa alasan kuat untuk meminang W175? Daya tariknya dari tema retro kah? atau dari seninya kah? atau kualitas metaluragi yang sangat tinggi kah?

  6. Karena ini termasuk motor hobbies, ada penikmatnya tersendiri, ga ada banyak pilihan, sebenernya banyak builders yg sanggup bahkan mumpuni untuk bangun motor dengan cita rasa klasik/jadul/vintage seperti w175, tapi kenyataannya masih banyak peminat yg ragu sama build quality nya karena yah kelas bengkel bukan pabrikan, terus juga kepengennya mesin yg fresh, karena mungkin keterbatasan pengetahuan tentang permasalahan mesin, karena jasa builder dan biaya part modif ga murah, dan makan waktu untuk custom, maka terpaksa cari mesin/motor second, yg berarti mesin sudah ga fresh lagi dan pasti ada aja masalahnya.
    Dan kawasaki pabrikan pemain tunggal di segmen ini, maka dia leluasa menentukan harga karna belum ada pesaing. Kalo pun H/Y/S turun juga di segmen ini mungkin harganya bakal 11-12 sama w175.

  7. Ini motor dewasa banget. Kalo ane punya nih motor bakal saya ceperin shock depan, stang jepit di underyoke, spion jalu, ganti ban classic, swap engine Scorpio. Jadilah cafe racer jos ?

  8. Keterlaluan memang kalo fuelmeter sampai kagak ada. Paling nggak ya ada lampu indikator/warning kalau low fuel kayak yg ada di vespa modern.

  9. Ini motor kawasaki ok banget, retro jadulnya gw suka nih, tapi sayang ga ada indikator bbm nya…nah kalau ngecek bbmnya bgmn ya? Bingung jg nih…

  10. bisa jadi motor emak², sein kiri kanan indikatornya sma, udh merasa sein ke kiri, indikator nyala, belok kekiri, yg belakang liatnya sein kanan yang nyala….. ndk terlalu safe brati…

Leave a Reply to atameureun Cancel reply

Please enter your comment!
Please enter your name here