TMCBLOG.com – bro sekalian, Yamaha dan Le Mans Punya chemistry Yang kuat di masa masa lalu . . 7 dari 10 Seri terakhir MotoGP di sirkuit Bugatti dimenangkan Oleh Yamaha M1. Sepertinya Memang Le Mans Menyukai Yamaha dan Yamaha Menyukai le Mans . . namun kita sempat dibuat binngung oleh Performa Yamaha M1 Yang boleh dibilang naik turun sepanjang Jumat dan Sabtu kemarin . . Cek deh datanya . .

  • FP1 ( 9:55-10:40) MotoGP Le Mans 2018 dengan keadaan Track Kering, suhu udara 15 °C dan Suhu Track 25 °C Maverick Vinales bisa berada di posisi ke-3 dengan jarak hanya 0,06 detik Dari Marquez yang jadi tercepat saat itu.
  • FP2 ( 14:05-14:50 ) dengan keadaan Track Kering, suhu udara 21 °C dan Suhu Track 42 °C Valentino Rossi menjadi Yamaha tercepat di posisi ke Tiga dengan laptime 0,243 detik lebih lambat dari Dovizioso.
  • FP3  ( 9:55-10:40) dengan keadaan Track Kering, suhu udara 13 °C dan Suhu Track 22 °C Vinales berhasil menajdi Yang tercepat dan bahkan valentino Rossi pun berhasil men-sandwich Marquez . .
  • FP4 ( 13:30-14:00) dengan keadaan Track Kering, suhu udara 21 °C dan Suhu Track 42 °C ( sama seperti FP2 ) Maverick Vinales sebagai yamaha Movistar tercepat berada di posisi ke 7 dengan jarak 0,29 detik dari Dovizioso.
  • Q2 (14:35-14:50) dengan keadaan Track Kering, suhu udara 22 °C dan Suhu Track 44 °C ( lebih panas dari FP4 ) Maverick Vinales sebagai yamaha Movistar tercepat berada di posisi 8 berjarak 0,599 detik dari Johann Zarco ( Yang memakai Yamaha M1 Juga )

Dari Trend data 5 sesi di atas dapatlah diambil diagnosa sementara bahwa sepertinya Yamaha M1 di Le mans Punya masalah dengan Suhu udara dan suhu Track . . . terlihat mereka saat berada dalam keadaan suhu Track Panas, laptime jadi agak sedikit kedodoran. Saat Suhu Track makin panas tendensi dari Track adalah semakin ‘ licin ‘. Maverick Vinales mengakui permasalah masih sama seperti permasalahan Yamaha M1 yang lalu yakni Grip Ban . . .Jadi yang masalah Michelinnya ?

Bukan, menurut tmcblog masalah bukan pada ban, karena sudah pasti Ban dipakai oleh semua, Kalo ban bermasalah maka Pembalap lain juga bermasalah, Masalahnya adalah M1 belum mendapatkan setingan yang tepat saat bertemu dengan kondisi dimana Motor harus melibas Track yang licin saat di siang hari nan terik  . . .

secara umum ini seperti pembuktian omongan valentino Rossi sebelumnya yang mengatakan bahwa ada kondisi yang seakan ‘ menutup ‘ masalah Sebenarnya dari M1  . . dimana sebenarnya Yamaha M1 Le Mans Sama dengan M1 yang dipakai baik Vinales maupun Rossi di Jerez dua pekan sebelumnya. . . . Lalu Kenapa Zarco Bisa . .? Jangan kan kita ..  Rossi Saja bingung Nggak Tahu sebabnya bro saat ditanya seperti itu . .Mungkin riding stye Zarco yang terinspirasi Lorenzo?

So Ini jelas lumayan riskan . . Kenapa ? karena race hari MotoGP Le Mans 2018 dilaksanakan jam 14 pas waktu le mans. . dan belum ada tanda tanda Cuaca berubah . . Jika akan tetap panas, maka Yamaha Movistar tidak punya waktu yang banyak untuk bisa ngebut mencari solusi soal grip ini lagi . .

Taufik of BuitenZorg

82 COMMENTS

  1. Kalo vr bingung, tmc pun bingung, apalagi kita2 para komengtator makin bingung.

    Coba dibawah ada nalar2 dengan disertai data2 dan argumen yang baik….

    • “Kenapa yg dirasa ban? Bukankah saat panas grip ban semakin bagus?”

      Mungkin panasnya lewat dari titik optimumnya, jadi gripnya turun lagi

    • IMO, bukan masalah slidenya kang, tapi “excessive spin” kayak di Jerez. Aspal makin panas terus akibat dari center gravity M1 lebih berat kedepan (mesin Inline) jadi grip ke belakang kurang, dan hubungannya dengan performa nya gini
      kalo ban spin otomatis TC aktif, nah kalo TC aktif pasti Ignition cut, hasilnya jadi pelan pas di belokan karna tiap mau ngegas di kebiri sama TC tenaganya akibat dari spin.

      Kalo nginggung performa mesin sih, M1 gak terlalu lemot2 amat, diliat dari Zarco, dan Top Speed.

      CMIIW

    • Ya susah bro kalo kita yg coba analisis, mereka di media cuma bilang masalah di elektronik, selebihnya cuma mereka yg tau kerena ga mungkin semua masalahnya dibuka ke publik, strategi team siapa yg tau.
      Ane juga heran kenapa rossi n vinales ga coba ubah riding style nya, padahal udah ada bukti kalo riding style kaya zarco n lorenzo lebih efektif (dari pandangan seorang yg awam seperti ane) untuk minimalisir wheel spining, jadi ban lebih ngegrip karena gak overheat akibat gesekan berlebih

    • Mungkin maksudnya seperti moto3 (gamePS) karna tenaganya terbatas harus diperlakukan halus dan konsisten. Kalau moto3 latebraking (awal awal lap di trek lurus panjang) bisa overtake 2-3 pembalap sekaligus. Tapi bener bener harus rem + enginbrake manual. Efek sampingnya kalaupun engga sampai rolak ya kedodoran ditikungan. Dan akselerasi kalah. Sekalipun bisa nutup racing line agar ga tersalip lagi ya sudah tertinggal pack depan. Harus halus lembut disiplin nyalipnya di tikungan / keluar tikungan. Masuk tikungan jaga ritme terus..

    • @abk_griysmotor
      Ane punya satu dugaan bro, tolong koreksi kalo salah
      Masalah elrktronik di yamaha mungkin di management sensor nya, kalo kontrol untuk spining mungkin pakek parameter speed ban depan n ban belakang yg input cuma speed sensornya.
      Slide control atau traction control mungkin juga ad input dari IMU, inilah kenapa IMU dipasang di bagian belakang motor supaya bisa baca kondisi ban belakang geser ke samping
      Mungkin di pembacaan data dari IMU oleh ECU agak lambat jadinya yamaha lebih banyak pake data dari speed sensor yg akibatnya spining juga dianggap slide oleh ECU
      kalo diliat di team honda, mungkin ini juga penyebab dani sering highside, honda mungkin ngurangi sensitifitas dari speed sensornya buat nutupin masalah IMU yg lambat, bahkan cal crutchlow juga sempet highside kemarin, sedangkan di yamaha kayaknya belum ada jatuh akibat highside, mungkin mereka seting speed sensornya terlalu ketat buat ngehindari hal ini taoi efek buruknya kaya penjelasan bro @wagateki barusan

      Sory karena analisis ane sok tau ?

    • Iyaa bro gitu, jadi menurut ane gara2 mesin M1 dan GSX itu inline maka center gravity lebih condong kedepan, akibatnya sering spin ban belakang akibat kurang beban buat nambah grip. (jadi inget dulu waktu masih ada Lorenzo, Yamaha ngakalin buat bikin balance center gravitynya dengan membuat tank lebih menjorok ke belakang motor)

      berbeda dengan Honda dan Ducati yang pake mesin V, center graviti dari kedua motor tsb lebih balance akibat adanya 2 block cylinder.
      kalau pun Zarco bisa pol dan dia lebih jago, kan kita udah tau hipotesanya bahwa Zarco diduga membalap dengan terinsiprasi Lorenzo.
      dan setau ane, Iannone pun udah bisa adaptasi dengan GSX yaitu dengan membalap dengan tidak terlalu agresif seperti saat pake Desmo dulu.

      jadi penyebab performa melorot akibat sensitifitas dari suhu track ini hipotesis ane ya itu, udah mah center gravity berat kedepan, aspal panas jadi mengurangi grip, hasilnya spin, Laptime melorot/

    • @abk_griyamotor
      Pembacaan sensor oleh ECU memang gak terpengaruh suhu, tapi data dari IMU lebih kompleks dari data speed sensor, mungkin itu yg jadi masalhnya.
      Dan semua itu bukan salah mekanik, kalo sudah berurusan dengan yg namanya software yg paling ahli software pun bakal kesulitan memahami algoritma buatan orang lain, bukan gak mampu, tapi butuh waktu lebih karena kerja sofware bukan berdsarkan hukum fisika tapi berdasarkan pola pikir yg membuat
      IMO

    • ini bukan masalah dari mekanik atau dari motor M1, menurut ane ini pure dari gaya balap yang belum cocok dengan M1.

      Rossi ingin M1 yang dahulu nganter dia jurdun berkali2 dengan karakter balap yang agresif, sedangkan M1 sekarang semenjak ditinggal Rossi, arah developmentnya lebih Lorenzo sentris yang fokus Corner speed, Corner Exit.

    • Bro @VAR, iya ini menurut ane permasalahnnya ada dari pembalapnya.
      dan memang kenapa ngotot utak atik software, ini salah satu jalan pintas yang paling cepat. karena gak perlu adaptasi mengubah gaya balap, tinggal cocokkan kemampuan software dengan pembalap.

      tapii,, yaaaa emang susah mungkinnn….
      ECU buatan italia yang bener2 beda total dengan ECU inhouse buatan jepang

    • Ane sebagai penonton juga kecewa bro, tiap taun ada aja yg kurang kompetitif, yamaha bermasalah, lorenzo bermasalah, walaupun kalau gak ada masalah dan semua kompetitif belum tentu juga bisa lawan marquez.

      Terus, rossi n vina yg ngotot gak mau ubah gaya balap, mungkin mereka gak suka gaya butter humer ala lorenzo karena ga cocok buat fight, gayanya lorenzo cuma cocok kalo ga ada pembalap yang ganggu, terlalu mudah diserang saat masuk tikungan gara2 perlu ngambil racing line yg agak lebar, kalo rossi kan senengnya ngambil jalur paling dalem,

      Gitu mungkin

    • Wah, banyak juga ya yg tahu banyak tentang motor/balap.

      Saya coba jawab berdasarkan apa yang saya tahu.

      — Motor Yamaha kurang ‘tenaga’?

      Gak kok. Kecuali mungkin Ducati, tenaganya memang monstrous dibandingkan yang lain. Mau konfigurasi inline 4 atau V-4 ya tetap saja kapasitasnya 1000cc dengan putaran mesin yang tidak dibatasi.

      Gak percaya? Ya coba aja lagi nonton race-race sebelumnya. Sekalian juga cek top speednya.

      Balapan itu tentang kencang dalam 1 lap, bukan kencang di trek lurus saja. Untuk mencetak lap time sebisa mungkin motor harus cepat:

      – Di trek lurus (top speed)
      – Masuk tikungan (entry)
      – Di tikungan (corner speed)
      – Keluar dari tikungan (exit sampai akselerasi).

      Motor paling kencang adalah motor yang kencang di setiap fase/bagian lap. Tapi kan mustahil kencang di setiap bagian lap, karena beda konfigurasi mesin lah, beda wheelbase motor, beda distribusi berat, dll.

      Inilah mungkin alasan setiap trek dibagi menjadi beberapa sektor, misalnya trek tertentu, sektor 1 long straight/lurus (baik untuk Ducati), sektor 2 long corner (Yamaha dominan), sektor 3 tight corner/tikungan sempit kiri-kanan (cocok untuk nimblenessnya RC213V), dll.

      Makanya motor pemenang adalah motor yang paling ‘balance’ (seimbang), bukan motor yang paling besar tenaganya.

      Yamaha pernah mendominasi MotoGP dengan mesin inline-4, sekarang giliran Honda yang mendominasi dengan mesin V-4. Apakah dulu waktu Yamaha mendominasi dengan inline-4 Honda jadi rubah mesin ke inline-4, kan enggak. Nah sekarang Yamaha disuruh ganti ke V-4 juga?

      Setiap mesin punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ingat kembali ‘Balance’. Setiap pabrikan juga punya rahasianya masing-masing meracik mesin/motor.

      — Tentang Ban.

      Dimana-mana baik balapan motor atau mobil, suhu ban sangat mempengaruhi. Ban Michelin misalnya memiliki jendela kerja (temperature window/suhu optimum) tertentu. Ini menarik ada ceritanya (kalau dibandingkan dengan Bridgestone).

      Jadi semua pabrikan akan bekerja untuk menyesuaikan motornya bekerja sesuai keinginan ban Michelin. Ban panas baik untuk grip tapi terlalu panas juga tidak baik (overheat). Ini juga ada ceritanya kenapa Michelin dan Bridgestone berbeda.

      Makanya sering kita lihat saat warm up lap sebelum start balapan, pebalap akan mengerem keras motor, selain untuk memanasi rem (rem karbon) juga ban.

      Kemarin lihat kan bagaimana Marquez ‘menunggu’ untuk push sampai bannya optimal (panas dulu) karena memakai ban hard butuh waktu lebih lama untuk mencapai ‘suhu optimum’, tidak seperti Lorenzo yang langsung push dengan ban soft (soft suhu optimumnya cepat dicapai).

      Tambahan, untuk menjaga kualitas/performa ban, ban perlu ditreatment (diperlakukan) khusus. Dari transport, di paddock sampai dipasang di motor. Jadi gak dibiarkan begitu saja.

      — Elektronik.

      Karena tenaga yang melimpah (sangat besar), motor-motor MotoGP perlu dimanage dengan elektronik. Bayangin 250-an horsepower dengan berat motor tidak sampai 170 kilogram.

      Elektronik yang dipakai sekarang seragam buatan Magneti Merelli, jadul dibandingkan elektronik yang dikembangkan pabrikan sebelumnya, tapi tetap kompleks.

      Semua sensor-sensor sama untuk semua motor, gak ada beda sedikit pun. Yang beda adalah input (parameternya/nilai) seperti Traction Control, Wheelie Control, dll. Itu kerjaannya teknisi elektronik.

      Nah, di sini Yamaha ketinggalan.

      Karena banyak yang ngeluh Yamaha bermasalah dengan elektronik, Magneti Marelli kemarin menawarkan teknisinya untuk membantu (assist) Yamaha. Tapi tahu apa yang dilakukan Yamaha? Menolak!

      Katanya “mereka (Magneti Marelli) gak tahu tentang motor kami, orang-orang kamilah yang paling tahu”.

      Bandingkan dengan apa yang dilakukan oleh Suzuki dan KTM yang mengirimkan teknisinya magang di Magneti Marelli, untuk lebih memahami bagaimana elektronik mereka bekerja.

      Bahkan, Honda dan Ducati gerak cepat dengan membajak teknisi Magneti.

      Ducati dan Honda juga diuntungkan dengan adanya 3 motor pabrikan, Cruthclow LCR Honda dan Petrucci Pramac Ducati.

      Lebih banyak input, lebih banyak data, bisa lebih cepat memahami elektronik, dll.

      Bandingkan coba dengan pabrikan yang hanya punya input dari 2 pebalap (Yamaha misalnya).

      Jadi sudah 2-0 ya buat Yamaha.

      Maksud Yamaha mungkin baik, tanpa menambah pebalap dengan motor spek pabrikan mereka akan menghemat banyak biaya.

      Dengan mengembangkan elektronik sendiri tanpa bantuan Magneti Marelli teknisi mereka akan berkembang sendiri dan dapat ilmu baru, dll. Termasuk menjaga rahasia pabrikan mungkin? Gak tau.

      — Yamaha masalah grip.

      Apapun yang membuat grip kurang akan membuat Yamaha menderita. Suhu terlalu panas, aspal lama (kurang grip) dan saat hujan (licin).

      — Lha trus kenapa Zarco cepat.

      Selain karena gaya balapnya mirip Lorenzo (smooth abis) dia juga diuntungkan karena memakai mesin Yamaha lama. Data lebih banyak, untuk input elektronik dan settingan motor, suspensi, dll.

      Beda dengan Yamahanya Rossi dan Vinales, mereka pakai mesin baru, which is perlu input elektronik dan settingan baru.

      Saat ini mereka belum dapat itu, motor yang seimbang. Akan perlu waktu tapi mereka akan ketemu solusinya.

      Mirip-mirip sih masalah Honda dulu, elektronik juga. Kata bos HRC dulu, Shuhei Nakamoto. “Kita tahu ada yang gatal. tapi kita tidak tahu di mana harus menggaruk.” Hahaha.

      — Jangan dilupakan, Honda/Marquez improvenya parah!

      Rossi kemarin bilang mereka sebenarnya tidak bermasalah amat, mereka lumayan kencang. Tapi itu lagi, kompetitor-kompetitor mereka improvenya sangat besar.

      Salut buat Honda dan Ducati. Mereka gerak cepat dengan perubahan regulasi. Honda misalnya ganti putaran mesinlah, ganti pembakaran mesin, ganti exhaust, swingarm karbon, dll.

      Honda juga bekerja serius di hal-hal kecil seperti kerja sama tim, cara kerja tim, dll. Bisa dilihat kok di tiap weekend/balapan kalau merhatiin.

      Ditambah lagi Marquez yang fokus, skill makin bagus, dll.

      Susah banget untuk mengalahkan kombinasi ini sekarang (Marquez+Honda).

      – Tambahan, tentang inline-4 yang distribusi berat lebih banyak di depan.

      Hal ini bisa disiasati kok, memindahkan berat lebih ke belakang, dll. Mereka (Yamaha) sudah melakukan itu semua tapi tetap tidak kencang (katanya Rossi). Nah gimana dong?

      Ini ada ceritanya juga waktu motor Marquez dipanjangin wheelbasenya agar mirip dengan Yamaha, agar stabil di long corner, tapi gak berhasil kencang tuh. Kata Marquez, “saya tidak tahu kenapa.” Bingung kan?

      – Gaya balap?

      Percayalah Rossi sudah melakukan semua cara untuk cepat, dia gak bilang aja ke kita. Kamu pikir Rossi bisa balapan sampai setua itu pakai trik lama dia aja?

    • Bro @Abk terbukti di seri lemans kemaren gaya balap paling lembut itu petruci… Dengan ban soft depan belakang tinggi dan berat badan ga masuk kategori ideal suhu track 40 derajat celcius dia bisa podium dua. Smnjak suplier ban berganti balapan motogp jadi semakin aneh.

  2. Mungkin M1 factory harus dikendarai zarco(sperti motor HRC yg dikendarai marc),itu masalah selesai. Atau emang ridernya yg ogah2n klo cuaca agak panas.ngoahahaha

  3. agak heran tapi kenapa yamaha gak mau rubah model knalpotnya jadi di belakang. coba lah sekali2 siapa tahu lebih awet bannya, gak tahu itungan2 matematisnya tapi saya rasa lebih good jika di belakang. apa dah gak boleh dirubah ya wak?

    • Kan modelnya cantik, slim menyatu body.
      Area belakang jg lebih clean..
      Itu kan yg penting?

      Katanya fby jangan seperti sebelah cat kiwir kiwir bulukan. Yg penting look..
      😀

  4. Liat yamaha sekarang sedih banget kaya team medioker… soul nya hilang!… lorenzo g pantes di mesin v balik kemesin inline!… zarco cukup gembleng 2 tahun langsung masuk ke yfr lagi!…

  5. Di Crashdotnet juga MV25 bilangnya “andaikan balapan jam 9”, mungkin maksudnya supaya licin karna panas tracknya.
    Yang menarik buat dibahas juga kans Ducati disini wak, ada 2 satelit dan 2 factory.

  6. oot dikit buat info
    catatan waktu Marc saat WUP cukup ngeri juga padahal kondisi suhu trek cukup dingin, menggunakan ban Hard dan (sepertinya) sambil membawa banyak bahan bakar (mungkin buat simulasi balap)
    Crutchlow sepertinya bisa ikut race namun terlihat rada lambat, mungkin masih ada efek crash kemarin atau beliau lg capek aja (denger2 cuma dpt sedikit jam tidur)
    Zarco saat WUP mengalami crash ama Luthi, mirip kejadian Pedrosa ama Lorenzo di Jerez. “Untungnya” cuma ndlossor pelan untuk keduanya

  7. gaya riding zarco itu menyebabkan kerja pengapian continue (saat melibas tikungan tidak ada jeda dari pengenduran gas yang berarti), sedangkan gaya balap rossi dan vinalez yang selalu menggunakan hard brake dan akselerasi memaksa pengapian menjadi diskret atau tidak kontinyu, jadi pengapian diskret itulah yang menyebabkan power delivery sulit dikontrol dan diprogram oleh mekaniknya yamaha.

    • Yap, memang kang
      tangan Zarco ke handle gas M1 termasuk lebut buka tutup nya
      kalo Rossi sama Vinales cenderung agresif, mungkin,,, salah satu akibatnya ban jadi spin berlebihan

    • Coba bro tonton balap philips island 2017 zarco kgk ada lembut lembutnya bro hard brakes terus jauh dari style lorenzo…

  8. Sy teringat dulu si tua bangka ngotot menentang statement Honda dan bilang gini: 80 persen kejuaraan dimenangkan karena faktor pembalap, motor hanya berkontribusi sekitar 20 persen…
    Sekarang.. nyaho dah!
    Akhirnya susah payah minta dibuatkan motor yg bs klop dgn dirinya.
    Dan sampai skrg tetap aja ZONK!
    Berarti? Masih mendingan stoner dong. Stoner “pure” menaklukkan motor.
    Lha si tua bangka? Motor yg harus disesuaikan dgn dia. ini tipikal pembalap penakluk atau mewekan? Pasti udah jelas kan sodara2? hahahaahaaa

    • respectinajarossi bro jangan sebut tua bangka gitu dong…era rossi itu panjang dan sampe mengakar di motogp…

    • Coba aja sasisnya dibuat tidak sentris, pasti ndak bisa buat belok. Beda 1 mm saja paling sudah understeer, makanya saya gk terlalu suka sama rider atau biker yang naik motor tinggal nge gas saja serasa sudah kayak yang buat motor, yang buat aja malah ndak sombong. Bener gk bro.? Heheehhh…

  9. Maequez kali ini cm incar podium, tp bisa berubah jika tinggal 10 lap lagi memungkinkan dia akan mncoba juara…
    Dan lwn tersulit ttp mash ducati, yamaha x ini msh strugle..

  10. Gitu ya kalo trek panas yamaha banyak spin, kalo dingin malah minim spin. Kalo hujan beda lagi ya? Kalo gak salah dari dulu karakter M1 sperti itu. Hanya lawannya pada waktu itu perfomanya dibawah M1. Mungkin gak kedepan hardware dan software elektronik kembali ke buatan pabrikan lagi? Mengingat ducati dan suzuki tampaknya sudah bisa mengimbangi bahkan perfoma melebihi pabrikan yg terkrbiri macam Honda dan Yamaha

  11. Kalau lihat perfoma ducati seperti ini, saya kira juara dunia tahun ini bisa saja andrea dovizioso. Balapan selalu santai gak ngotot tapi bikin repot.

  12. Moto3 KTM sapu bersih podium, setelah last lap Honda nyungsep semua!! Kalo di moto2 semua yg pake mesin Honda nanti nyungsep semua dijamin gak ada yg finish. Apakah di motogp honda juga akan nyungsep semua saat memimpin??

  13. kalau menurut saya sepertinya ada sesuatu yg berbeda yg di temukan oleh mekanik tech 3 kalau soal skill jangan di ragukan lah rossi sama vinales, dan belum tentu juga zarco bagus pakai motor factory, mungkinkah soal manajemen ban yg bisa buat m1 bisa mengimbangi motor2 lain kita lihat saja semoga race makin seru

    • @adi, kenapa mereka bisa jatoh, jangan jadikan jatoh sebagai alasan, namanya balap itu ya bisa podium karena tidak jatoh , kecuali jatoh karena ti tabrak pembalap lain

  14. Analisa sy karena badan zarco lbh kecil wak disamping riding stylenya yg cocok dengan M1, liat aja rossi n vinales yg bertubuh tinggi

  15. Pentolan mekanik elektonik yamaha sekarang dah pindah ke honda (andrea zugna),Dia bersama yamaha semenjak ada masao furusawa. Sekarang yamaha lagi cari pengganti andrea zugna yg pindah ke honda beserta mekanik casis jorge lorenso.Mungkin ini yg bikin yamaha tak berkembang

  16. Soal struggle nya yamaha saat ini, sya kira yamaha telah lupa dengan filosofinya sendiri, yaitu harmoni. Firing order yg benar2 berbeda memang memberikan output torsi yg benar2 extrem sehingga membutuhkan sistem delivery yg lebih spesifik juga, sayangnya hal tsb terbentur dengan regulasi. Big bang tentu lebih mudah dihandle dengan aturan ecu yg seragam dibanding cross plane.
    Gaya zarco tentu memberikan hasil optimal utk kondisi saat ini, tapi jika M1 dgn big bang hasil yg didapat zarco akan lebih baik lagi, mungkin saja bisa mendominasi.
    Jadi saya rasa dengan segala pembatasan regulasi saat ini, berganti mesin ke big bang adalah solusi paling ideal bagi yamaha.
    Tapi secara realita, utk meningkatkan performa di musim berjalan, mengadopsi gaya zarco / lorenzo adalah jalan keluar yg paling mungkin utk dilakukan.

    • sekali lg pengalaman berbicara bro bukan karna ndelosor itu suatu keuntungan semata, beda halnya kalau ndelosor akibat crash dng pembalap lain

  17. Kalo pun jl ke yamaha sekarang ini saya yakin juga gag akan kompetitif, so mundurnya performa yamaha bukan karna jokinya, tapi ada peran kompetitornya yg semakin maju, contoh petruk dan milir pace racenya stable, di lap awal ada 4 ducati di depan, markes pacenya tajam stable , mau butter hamer apa butter cokis nyatanya tidak konsisten apa lagi kalo cuaca tak menentu, yamaha kalo pingin kompetitif ikuti suzuki turun ke tim konsensi,

Leave a Reply to adi Cancel reply

Please enter your comment!
Please enter your name here