Steven Odendaal

TMCBlog.com – Assalamu’alaikum sobat sekalian. Era baru Moto2 dimulai sejak pertama kali motor-motor prototype bermesin Triumph 765 cc 3 silinder masuk ke lintasan sirkuit Jerez pada sesi test resmi pra-musim Juma’at 23 November 2018. Mesin terbaru dari pabrikan asal Britania tersebut dirancang sesuai dengan beberapa kriteria yang diminta Dorna untuk dapat lebih dekat dengan feel mengendarai motor MotoGP, sebagai sarana untuk penjenjangan karir pembalap muda sebelum memasuki Premier Class. Tak hanya mesin, elektronik pun ikut menyesuaikan dengan perbedaan cukup banyak dari yang dipakai Moto2 sebelumnya. Sukses dalam 3 hari pengetesan di Jerez, berikut TMCBlog rangkum beberapa catatan yang hadir di kelas Moto2 selama sesi pengetesan resmi pra-musim 2019.

Enea Bastianini

Diperkirakan pada awalnya akan terjadi ketatnya persaingan antara wajah lama dan para Rookie di kelas Moto2, mengingat di 2019 semua rider menggunakan mesin yang sama sama baru dan seperti akan nihil pengalaman dengan mesin 3 silinder. Namun, kenyataan yang terjadi di Jerez para Rookie masih perlu banyak jam terbang menguasai motor Moto2 dengan tenaga yang jauh lebih besar dan juga bobot yang berbeda signifikan ketimbang motor Moto3 250cc single cylinder.

Marco Bezzecchi Red Bull KTM Tech3

Para Rookie tersebut adalah; Jorge Martin tergabung di Red Bull KTM Ajo, Marco Bezzecchi bersama Red Bull KTM Tech3, Nicolo Bulega SKY VR46 Team,Fabio Di Giannantonio Speed Up Racing, Enea Bastianini di Italtrans Racing, Lukas Tulovic bersama Kiefer Racing, Jake Dixon Angel Nieto Team, Somkiat Chantra dan Dimas Ekky Pratama yang keduanya tergabung dalam Honda Asia Team. Mereka datang dari berbagai cabang balap motor seperti Moto3 world championship, Moto3 dan Moto2 CEV serta British Super Bike.

Nicolo Bulega

Dari semua rookie, yang melakukan debut sebagai rookie tercepat adalah Nicolo Bulega yang memakai sasis Kalex. Bulega sebetulnya sudah cukup lama berada di Moto3, namun dengan badannya yang bongsor Bulega sepertinya terlalu berat untuk motor Moto3. Lalu umurnya yang sudah dibilang cukup untuk lepas dari kelas Moto3, maka Bulega diplot untuk mengisi kursi di team balap tempat dirinya ‘sekolah’ yang ditinggal Pecco Bagnaia tahun depan. Hasilnya, Bulega sanggup menjadi rookie tercepat dengan torehan Best Laptime 1:42.311s atau berselisih 0.787 detik dari Luca Marini sebagai rider tercepat di kombinasi waktu 3 hari Jerez test.

Jorge Martin Red Bull KTM Ajo

Yang sangat disayangkan adalah Jorge Martin, rookie juara dunia Moto3 2018 ini harus mengakhiri sesi test pra musimnya lebih cepat ketika dirinya terjatuh di hari pertama dan mencederai kaki kanannya. Martin yang terhempas dari motor KTM-nya diberitakan sudah berhasil menjalani operasi dua tulang kaki yang mengalami patah. “Hari yang sangat positif untuk memulai sesi test dengan Moto2, selain kecelakaan yang saya alami menyebabkan dua tulang kakiku patah. Kami memiliki pace yang bagus, dan perlahan saya mendapatkan kepercayaan-diri di atas motor. Saya melakukan putaran dengan sangat baik, namun ‘chattering’ membuatku jatuh dari motor.” Kata Jorge Martin.

Jorge Martin
Dimas Ekky Pratama

Satu lagi rider kebanggaan Indonesia yang berhasil mencapai kejuaraan dunia, Dimas Ekky Pratama yang hadir sebagai Rookie di Moto2 tahun 2019 membuat debut penampilannya dengan cukup baik. Best time yang Dimas catatkan 1:43.505s dari 3 hari Jerez test. Dimas yang tergabung di Idemitsu Honda Asia Team terpaut 1,981 detik dari Luca Marini di kombinasi waktu terbaik Jerez. Dimas berhasil menjadi sorotan di hari terakhir Jerez, dimana dirinya sanggup menjadi rider tercepat selama beberapa menit pada saat trek basah (full wet) diguyur hujan deras. Memang sudah tidak heran ketika kondisi hujan, rider rider asal Asia Tenggara deh jagonya. Sedikit sorotan buat Dimas Ekky, meskipun dirinya masih menggunakan sasis Kalex, seperti yang ia pakai selama 4 tahun di CEV. Sepertinya Dimas masih perlu beradaptasi lebih dengan sasis Kalex versi Moto2 World championship yang bisa dibilang punya spek lebih advance dibandingkan dengan yang di pakai di ajang CEV Moto2. Ditambah lagi dengan mesin baru yang dari karakter sangat sangat berbeda dengan mesin Honda. So, dalam persaingan Moto2 yang super ketat membuat Dimas butuh usaha 110% melawan rider Eropa lainnya di musim kompetisi 2019. Insyaallah, semoga hasilnya nanti akan baik dan siapa tau Dimas bisa menjadi incaran team team besar lain karena prestasinya demi karir yang lebih gemilang. IMHO.

Dimas Ekky Pratama
Khairul Idham Pawi

Nah bicara soal Rookie kan sudah, TMCBlog ingin kembali membahas soal mesin Triumph. Debut Triumph Moto2 sangat mengesankan, hanya saja saat pertama kali diperkenalkan kepada publik, mesin 765 cc 3 silinder tersebut dipasangkan dengan sasis Triumph Daytona yang bukan sasis prototype. Lebih lanjut, mesin tersebut masih dalam kondisi ‘standar’ tanpa sentuhan tuning. Ketika didistribusikan kepada team-team peserta Moto2, mesin Triumph sudah kena colek Extern Pro yang menurut informasi dari jurnalis Eropa, mesin tersebut setelah di tuned-up mempunya output tenaga 141 Hp dan besaran torsi yang melimpah sejak putaran cukup rendah yakni 81 Nm pada 11,000 Rpm. Tenaga segitu bedanya sangat jauh sob jika dibandingkan dengan mesin Honda spek Moto2 terakhir dengan output 128 Hp dan torsi sebesar 65 Nm pada 12,500 – 13,000 Rpm, kondisi keduanya sama sama sudah tuned up oleh Extern Pro. Jadi bukan perkara mudah bagi para rookie untuk beradaptasi menjinakkan mesin motor Moto2 terbaru ini ya.

Moto2 Magneti Marelli Dashboard

Dengan stroke/langkah piston yang lebih panjang membuat mesin Triumph lebih sulit untuk dinyalakan. Hal ini dicuitkan oleh David Emmett dari Motomatters.com , dimana dirinya menjadi saksi bahwa mesin Triumph cukup sulit dihidupkan dengan roller starter. Kalau rider jatuh dan mesinnya mati, kira-kira untuk nyalainnya lagi bisa didorong gak yah? Catatan selanjutnya masih terkait dengan masalah teknis. Dunlop selaku supplier ban dikabarkan akan memberikan ban belakang dengan ukuran profil terbaru yakni 200 dibandingkan ukuran ban belakang Moto2 dengan mesin Honda yang pakai size 195. Alasan pergantian size ban belakang tersebut adalah supaya bisa memberikan patch yang lebih lebar ke permukaan aspal sehingga mengakomodir output tenaga dan torsi mesin Triumph yang lebih besar ketimbang mesin Honda. Selain ban, perihal elektronik Magneti Marelli yang dirancang khusus untuk Moto2 mesin Triumph 2019 juga sukses diuji semua rider tanpa adanya masalah ataupun keluhan, maka hal ini dipercaya bahwa sistem elektronik pada mesin terbaru sudah sesuai dengan kebutuhan para rider setidaknya sampai saat ini.

Sam Lowes

Prediksi siapa yang akan tampil kuat sepanjang musim kompetisi Moto2 2019, sepertinya masih terlalu awal untuk menunjuk siapa orangnya. Namun dari hasil 3 hari Jerez pre-season test, sepertinya nama nama lama masih menjadi unggulan tahun depan. Salah satu nama yang muncul adalah Sam Lowes yang kembali ke team Federal Oil Gresini langsung bisa tampil di top 3 selama 3 hari sesi pengetesan. Lowes yang tahun depan memakai sasis Kalex terlihat lebih nyaman ketimbang saat ia menggunakan motor KTM di Moto2 2018. Hal ini juga sepertinya dirasakan oleh para pemakai sasis KTM dimana pada final result Moto2 Jerez Test, rider pemakai sasis KTM berada di peringkat yang kurang baik sedangkan para penunggang Kalex mendominasi top 10. Nama calon penantang kedua adalah Luca Marini yang bisa jadi muncul sebagai rider penantang juara dunia Moto2 2019. Selain dirinya tampil cepat selama test Marini juga di beberapa seri Moto2 2018 sanggup konsisten berada di podium dengan puncaknya memenangi GP Malaysia. Seperti hal-nya Marini, Remi Gardner yang tahun depan tergabung di team SAG Racing sanggup memberikan kejutan. Lewat motor Kalex, Remi keluar sebagai rider tercepat ke empat kombinasi waktu 3 hari test. Remi merasa lebih nyaman dengan motornya saat ini dibandingkan dengan motor Mistral 610 yang selama ini dirinya pakai saat masih tergabung dalam team Tech3 Moto2. Tak kelewatan nama Lorenzo Baldassari dan Alex Marquez yang gak bisa dianggap remeh oleh para rivalnya dalam perebutan title juara dunia. Baldassari dan Alex merupakan rider yang cepat dan kuat namun dalam hal konsistensi kedua nama ini masih belum sanggup mempertahankan performa mereka di setiap seri demi seri, sehingga faktor ini yang menjadikan mereka seperti pelengkap Moto2 padahal Balda dan Alex menurut TMCBlog merupakan dua rider yang sangat tangguh.

Alex Marquez
Lorenzo Baldassari

Demikian beberapa hal yang berhasil TMCBlog rangkum dari 3 hari sesi test Moto2 di Jerez. Mesin Triumph tampil memukau dengan torsi yang besar dan suara raungan yang lebih merdu [IMHO]. Menurut Thomas Luethi yang kembali ke kelas Moto2, motor Moto2 tetaplah motor Moto2 dan dengan elektronik yang lebih banyak tidak menjadikannya seperti motor MotoGP. Dengan torsi yang lebih besar, mesin Triumph sanggup membawa kecepatan di dalam tikungan lebih tinggi ketimbang mesin Honda dan ini merupakan sisi yang menarik dari motor baru dan mengharuskan rider harus cepat beradaptasi kembali. Sekian beberapa catatan dari sesi test Moto2 Jerez, semoga bisa menabah informasi untuk sobat pembaca semua, wassalamu’alaikum..

45 COMMENTS

  1. Binder Brad kayak ga ada baunya di test Jerez ini ?

    Kasian banget ya kalo misal lowside ringan aja terus mesin mati jadi DNF karna susah buat ngidupin motor doang

  2. hmmmm…. jadi heran kenapa mesin moto2 ngga ada starter engine nya mas ??? kan nie mesin basis nya mesin motor produksi masal…..

    • Dinamo starter bikin berat putaran mesin, kecuali dibikin model ACG starter kaya Vario, tapi itu butuh magnet gede dan sepul juga. Gak klop dengan mesin balap 4 tak yang gak pakai magnet, kalau pake pun bisa tapi performa tetep turun. Jupiter Z karbu aja pada dilepas magnetnya dan cuma dipasangin bandul 250gram doang buat tonjolan pulser biar mereka bisa 170kpj di ARRC jaman masih UB130. Apalagi mesin Moto2

  3. Apa nanti moto3 naik juga ke 250-400 2 silinder misalnya? Ya seperti yg dibahas diatas, moto3 ke moto2 jomplang banget bedanya

    • Alex mah masih mending pernah juara dunia moto3, coba macam marini yg benar2 jadi sorotan krn adiknya VR46, ada lagi si remy gardner yg diharapakan kayak bapaknya si wayne gardner.

  4. Jaman MotoGP masih pakai Bridgestone dulu ban belakang pakai 205/55-16.5. Dan waktu pakai Michelin sepertinya jadi 200/xx-17. Berarti Moto2 era Triumph bakalan punya ban yang relatif sama dengan MotoGP secara dimensi ya? Dulu awal Moto2 di 2010 padahal masih pakai 180/60-17 atau seukuran ban supersport, makin kesini semakin lebar aja. Pantes lean angle-nya lebih rebah dari WSS disamping WSS masih pakai ban ber-groove.

    Yang menarik ARRC, sejak 2016 SS600 udah pakai ban 195/60-17 spek Moto2, dipasang di pelek ukuran WSS dan waktu wetrace pakai ban hujan WSS yang 175/60-17. Waktu dry race ban kayak donat giliran wetrace jadi keliatan ceking?

  5. sayangnya dorna melakukan pembatasan kuota tim & pembalap di 2019, bahkan wildcard pun ditiadakan dengan alasan terbatasnya kuota mesin. padahal kalo kuotanya ditambah bakalan rame kaya pas pembukaan kelas moto2 dan mengundang tim tim dan pabrikan sasis baru untuk terjun dimoto2.

  6. tembus juga 140 hp yaa, mantapp faktor ECU nya tuh naik 5 hp.. klo bersih mesin triumph aja 135 hp (dgn ECU std bawaan triumph).
    “A standard 765 makes about 123bhp and we’re pushing this to 135bhp and about 59ftlb”

  7. Kekurangan Yamaha M1 tahun 2018 bukan pada firing order tapi masalah ada pada bobot bandul kruk as.

    Mesin Triumph punya filsofi yang sama dengan M1 atau mesin Crossplane crankshaft nya Yamaha MT09.

  8. FYI, sam lowes musim ini anjlok salah satu krn masalah tim CGBM. sehingga update sasis, swingarm terbaru ditarik balik sm KTM sblm tengah musim, gak sanggup membayar ? duit tim dipakek menutupi utang2 musim lalu

  9. Sejak kapan 2 mesin ini jadi mirip? Perasaan yg 4 silinder crossplane jarak crank pin 90 derajat, yg 3 silinder 120 derajat. ???

Leave a Reply to Misnah Cancel reply

Please enter your comment!
Please enter your name here