Saturday, 21 December 2024

Foto foto lebih dekat Duo Piaggio Vespa LX dan Piaggio Liberty

Bro Sekalian, Harga Harga Baru Skuter Piaggio cukup membuat kaget . . . Bagai Mana Nggak . ..  Piaggio vespa LX150ie yang setahun lalu masih dibandrol 52 Jutaan, tahun ini dengan Opsi Impor dari Vietnam dihargai 25 jutaan ( kebalik angkanya ya) . Koq Bisa Murah Ya? disinyalir karena cost produksinya juga sudah lebih murah plus tanpa pajak besar karena sesama ASEAN dan ongkos kirim yang rendah juga, cmiiw . . . Nah tentu banyak menimbulkan pertanyaan? apakah ini Down Spek? apakah Kualitasnya di bawah spek Itali? . . . tmcblog pikir nggak sesignifikan itu . . . silahkan cek deh di PRJ ada rangka LX dipajang . . . itu semua Full Logam lho . ..  yaaa . ..  mirip vespa vespa lama yang sasisnya Monokok . .

Nah Via Artikel ringan ini, tmcblog mencoba mengelear semua sisa sisa hasil foto amatiran tmcblog di Booth Piaggio Kamis lalu . . . semuanya mengetengahkan Gambaran Motor motor Piaggio terutama varian LX 150 ie dan varian Liberty 150. Kalau dilihat segmentasi nya Motor Piaggio ini akan berada di segmen Mid-end Keatas . .. Harganya sudah cukup segmented bagi midset Kebanyakan Konsumen Indonesia tentang skutik . .. Ngarepnya kedepan Piaggio indonesia juga bisa menghadirkan varian varian ekslusip lain seperti Vespa GTV, MP3, GTS250, dan XEvo180 Tentu dengan harga yang lebih miring lagi he he he he he 😀  So silahkan simak gambar gambarnya dan silahkan share komentar bro semua . . . semoga Berguna

taufik of BuitenZorg

🙄  tebeng depan LX 150 . . . vespa banget 🙂

🙄 sangah nggak ada bagasi sampingnya ya he he he . . mayan buat tempat ban cadangan

🙄 box Opsional

🙄 Spidometer . ..basic banget plus jam digital

🙄 Liberty Blue ocean

🙄 Liberty warna biru vespa jaman dulu ya, cmiiw

🙄 spidometer juga basic plus ham digital, belom AHO

🙄 bagasi belakang tebeng . ..  gabung sama tempat aki

🙄 bagasi under seat . . . helm openface aja kayaknya

🙄 lampu buritan Liberty . . .menajam, ujung jok menggantung

🙄 padahal filter udara udah dipindah ke luar

🙄 masih single shock

54 COMMENTS

  1. perlu cari tau neh, orang-orang netral bakal pilih piaggio atau kymco ya dengan rentang harga yang mepet?

  2. permainan harganya kok kayak pabrikan kelas teri aja ya.
    kurang mateng memperhitungkan angka2nya, dulu 52 jt setahun kemudian langsung anjlok jadi 25 jt.
    kasihan aja sama yg udah beli yg dulu…
    mencak2 pasti.

  3. keunggulan skuter vespa dibandingin skuter jepang itu apaan sih??? lum pernah pake vespa soalnya 😀

  4. RALAT : UNTUK LIBERTY 150CC KNALPOTNYA BERBBEDA , REM UNTUK RODA BELAKANG SAMA2. TROMOL.
    TERUS KALAU UNTUK LX150 HARGA 25 JT, UNTUK YG LEBERTY 150 INI BERAPA KANG HAJI?

  5. @odong-odong
    kalo GTS 250 kira2 harganya 81jt an, kalo mau beli sepertinya tetap lewat SKN, krn masih CBU yang impor dari Italy

    @Dradjat_Djati
    turun harga jauh lebih karena yg masuk sekarang dibuat di vietnam, yang tahun-tahun sebelumnya masih import dari Italy, gak kasihan juga sih… karena itu khan pilihan.. lagipula ada beberapa fasilitas yang ada di vespa pabrikan vietnam dan cuma ada di pabrikan italy, salah satunya adalah immobilizer, fasilitas pengamanan yang bikin vespa gak akan bisa dicuri

    CMIIW… just tryin to share 🙂

  6. Motor pertama Vespa tahun 65…hadiah dari kakek alm, makenya puas bgt…waktu dijual juga untung lumayan….baru itu gw beli motor jual untung….keunggulan vespa ya jauh lah sama matik jepang….brand udah lama kekuatan mesin tebukti sampe sekrang walau yang tahn 65 belum pake CDI masih platina…tetep aja banyak di jalan masih banyak yang make….sayang waktu itu tempat service resmi gak ada cuma bisa servis di bengkel klub atau yang udah biasa aja..Soal BODY gw lebih pilih Vespa lah….SECARA vespa pake logam…bandingin sama MATIK jepang yang plastik ABS……..gimana gitu kesan klasik n ketahanan motor jadi modal yang bagus buat VESPA…..

    Bicara DESAIN…VESPA ya begitu2 aja…GAK Banyak Berubah…itu justru yang gw suka……toh dipake di jalan tetep aja keren…..kalo tuh motor ngurusnya bener….

    makanya antusias bgt pengen beli vespa kayanya pengen beli Liberty…..udah kadung cinta VESPA…..untuk motor lain boleh pilih Jepang..untuk Skutik Kalo VESPA ada ngapain pilih yang lain…..

  7. timbang beli scoter 25jt mending beli mobil seken,bisa bawa anak dua istri satu,klu anak udah besar mati deh naik motor scoter,mau taruh dimana anak2.

  8. vespa LX 150ie murah banget …. besok wa beli ah. secara vespa gitu … orang ngerti pasti pilih piaggio. ga usah banyak bacod COBA DULU baru koar koar komentar tentang scoter eropa /rese

  9. vespa itu buyutnya scooter…teknologi itali…negara maju coooy…g usah bingung2 lah bandingin ma mtor asia…jauuuuuuuuuuuuh….bawaannya nyaman…trendy..santai….makanya njajal vespa dong…maslah desain yg gtu2 aja entu emang cirinya dia…dibalik itu ada pertimbangan safetynya…bodi baja anti babak belur pengendara(trbukti..prnah jtuh soalnya) dengkul gak jebol tuh…sayap tutup mesin biar hawa panas mesin gak ke kaki penumpang…udah kaki item dipanasin lagi gak lucu kan…makanya lebih baik naik vespa (slogan iklannya jaman dulu)

  10. ya, kalau skuter harga 25jt, target pasarnya jan mid-hig consumer.
    jadi, mungkin bukan untuk yang belum punya mobil – atau mungkin untuk para penggemar, koletor atau hobiis…
    so, no offense, jangan ngerasa bete kl harganya mahal. kualitas dan bahan beda, peruntukan konsumen yang berbeda, dan ekspetasinya juga berbeda.
    mau kymco, vespa, motor jepang, semua ada kegunaan dan juga tujuan dalam membeli. cmiiw dan imho ya.. maaf kalau salah kata/maksud.
    buata saya pribadi? kayanya LX150 oke nih bodi baja ringannya.. 🙂

  11. Piaggio liberty 150i harga 23jt 900rb net OTR Jakarta.
    Piaggio Vespa LX150i harga 26jt net OTR Jakarta.
    Spesifikasi mesin ke 2nya sama persis perbedaanya hanya di body dan key scure.
    Vespa LX150i menggunakan Body full plat baja sperti Vespa pd jaman dahulu dan sdh mnggunakan tehnologi key scure yg apa bila motor tdk bs hidup jika tdk mnggunakan kunci asli.
    Liberty 150i menggunakan Body atom viber seperti kbanyakan motor jepang lain.
    utk soal kualitas pastinya smua sdh mngtahuinya dan bukan hal yg harus diperdebatkan.
    hanya orang yg tdk mampu membeli saja yg biasanya mempersoalkan

  12. Ehmmm aqu baru beli ni 🙂 LIBERTY 150. Ehmm tingalll satu pas bngtt gak sabar bngtt pngen coba tes sma mio+vario…. Yg menurut survey …. Liberty bakal kejar tuh motor…

  13. sayang dh kediri belum ada. soalnya saya peggemar vespa apapun yang di luncurkan piagio pazti kwalitas tk di ragukan lagi.

  14. waaaah ckeeeep yg liberty.lebih modern.mrip tampilan scoopynya honda… Klo bli cash prosesnya cepet ga boss?? Saya di jakbar,tolong ksih tau dong dealer atau showroomnya… Tq boss…. Lewat whatsapp saya ya boss.. 083896721123

  15. berbagi info dari pembeli piaggio liberty:
    Menyesal Berat Beli Piaggio
    Siapa tidak tahu merk Vespa atau Piaggio? Hampir dipastikan semua orang Indonesia tahu karena motor pabrikan Italia itu sudah begitu melegenda dan menjadi salah satu the most wanted untuk dikoleksi. Karena itu tidak heran, Vespa atau Piaggo di era tujuh puluhan masih banyak melenggang kangkung, bukan hanya karena desain klasiknya yang lekang oleh jaman, tapi juga mesinnya yang terkenal bandel. Motor yang terlihat ‘rongsokan’ pun masih kuat diinjak, termasuk naik turun pegunungan.
    Brand Vespa dan Piaggio yang kuat dan positioning sebagai klasik nan tangguh itulah membuat saya tanpa pikir panjang memutuskan membeli Piaggio 125 CC dengan harga sekitar Rp16 juta di dealer Vespa-Piaggio di Jl Kebayoran Lama secara cash. Saya tidak mempedulikan meski tidak mendapatkan jaket, walaupun sebenarnya masuk paket dan dijanjikan dealer.
    Saat itu saya hanya membayangkan membeli Piaggio bukan hanya untuk aktivitas kerja sehari-hari, tapi juga agar bisa bergaya retro. Saya juga membayangkan akan bisa menikmati motor ini hingga masa tua dan kemudian kelak mewariskannya kepada anak-anak.
    Tetapi ternyata itu hanya imaginasi saja. Begitu motor dikirim, silih berganti masih langsung terjadi. Awalnya, motor sering tiba-tiba mati, seperti saat di tengah kemacetan atau waktu mengisi bensin. Setelah dicek, ditemukan masalah pada saklar. Dugaan awal, pemasangan saklar kurang rapat. Tapi ternyata masalah tersebut masih terus terjadi. Bayangkan ketika di tengah jalan dan motor mati, saya –termasuk istri saya- harus repot-repot membuka kap depan untuk mengotak-atik saklar.
    Sekitar satu bulan kemudian baru terungkap daya saklar terlalu kecil dan tidak sesuai dengan spek. Hal ini diketahui oleh bengkel resmi setelah diketahui saklar. Terpaksa saya beli saklar baru, dengan menggunakan uang sendiri meski motor masih bergaransi. Masalahnya, bagaimana pabrikan bisa teledor memasang suatu perangkat yang tidak sesuai spek-nya? Saat itu saya berfikir, mungkin ini karena kelalaian teknisi.
    Tak lama kemudian, masalah datang lagi. Motor jalannya goyang. Saya berfikir pasti laker-nya. Setelah dibawa ke bengkel umum, diketahui ternyata as peleg depan sudah aus. Bengkel tidak berani membawa ke bubut karena bahannya dari alumunium sangat sulit dibubut. Saya pun kemudian komplain ke dealer resmi dan diganti karena memang masih bergaransi. Saat itu pihak bengkel mengakui bahan yang lama jelek, dan peleg baru lebih baik.
    Tetapi, belum menikmati kenyamanan, satu masalah lagi datang. En tah kenapa, roda depan menggelembung. Posisinya tepat di tengah, memanjang hingga 20 centi meter. Mulai saat itu lah saya berfikir tentang produk seperti apakah yang dijual. Apa yang saya alami adalah fakta bahwa brand yang begitu kuat ternyata mengelabuhi. Saya merasa positioning Piaggio yang menancap kuat di alam bawah sadar saya hanyalah ilusi. Entah karena dibuat di Vietnam –saya juga berfikir onderdil made in China- jauh dari ekpektasi saya.
    Karena itulah satu memutuskan membeli ban tidak di dealer, meskikpun harus montang-manting karena spek sangat langkah. Saya baru menemukan di pusat onderdil di Kebon Jeruk.Walaupun harganya tinggi, sekitar Rp300 ribu, saya membeli karena lebih murah dibanding di dealer resmi.
    Hingga satu tahun beberapa bulan mempunyai Piaggio, saya tidak pernah merasakan nikmatinya berkendara. Dan yang membuat hati semakin terluka, kini ganti peleg roda belakang yang goyang. Ikhtiar saya beberapa kali membawa ke bubut ternyata tidak berhasil, dan peleg goyang. Bahkan, mur knalpot patah di depan hingga saya harus kembali ke bengkel resmi karena untuk membongkar harus mengganti top packing.
    Terus terang, saya menyesal berat beli Piaggio. Sama sekali tidak ada kekuatan dan kenyamanan motor berkelas Eropa ini. Sama sekali tidak ada bukti Piaggio adalah motor battle proven, seperti para sesepuhnya. Sama sekali tidak muncul customer satisfaciton pada kualitasnya. (*)

  16. Menyesal Berat Beli Piaggio
    Siapa tidak tahu merk Vespa atau Piaggio? Hampir dipastikan semua orang Indonesia tahu karena motor pabrikan Italia itu sudah begitu melegenda dan menjadi salah satu the most wanted untuk dikoleksi. Karena itu tidak heran, Vespa atau Piaggo di era tujuh puluhan masih banyak melenggang kangkung, bukan hanya karena desain klasiknya yang lekang oleh jaman, tapi juga mesinnya yang terkenal bandel. Motor yang terlihat ‘rongsokan’ pun masih kuat diinjak, termasuk naik turun pegunungan.
    Brand Vespa dan Piaggio yang kuat dan positioning sebagai klasik nan tangguh itulah membuat saya tanpa pikir panjang memutuskan membeli Piaggio 125 CC dengan harga sekitar Rp16 juta di dealer Vespa-Piaggio di Jl Kebayoran Lama secara cash. Saya tidak mempedulikan meski tidak mendapatkan jaket, walaupun sebenarnya masuk paket dan dijanjikan dealer.
    Saat itu saya hanya membayangkan membeli Piaggio bukan hanya untuk aktivitas kerja sehari-hari, tapi juga agar bisa bergaya retro. Saya juga membayangkan akan bisa menikmati motor ini hingga masa tua dan kemudian kelak mewariskannya kepada anak-anak.
    Tetapi ternyata itu hanya imaginasi saja. Begitu motor dikirim, silih berganti masih langsung terjadi. Awalnya, motor sering tiba-tiba mati, seperti saat di tengah kemacetan atau waktu mengisi bensin. Setelah dicek, ditemukan masalah pada saklar. Dugaan awal, pemasangan saklar kurang rapat. Tapi ternyata masalah tersebut masih terus terjadi. Bayangkan ketika di tengah jalan dan motor mati, saya –termasuk istri saya- harus repot-repot membuka kap depan untuk mengotak-atik saklar.
    Sekitar satu bulan kemudian baru terungkap daya saklar terlalu kecil dan tidak sesuai dengan spek. Hal ini diketahui oleh bengkel resmi setelah diketahui saklar. Terpaksa saya beli saklar baru, dengan menggunakan uang sendiri meski motor masih bergaransi. Masalahnya, bagaimana pabrikan bisa teledor memasang suatu perangkat yang tidak sesuai spek-nya? Saat itu saya berfikir, mungkin ini karena kelalaian teknisi.
    Tak lama kemudian, masalah datang lagi. Motor jalannya goyang. Saya berfikir pasti laker-nya. Setelah dibawa ke bengkel umum, diketahui ternyata as peleg depan sudah aus. Bengkel tidak berani membawa ke bubut karena bahannya dari alumunium sangat sulit dibubut. Saya pun kemudian komplain ke dealer resmi dan diganti karena memang masih bergaransi. Saat itu pihak bengkel mengakui bahan yang lama jelek, dan peleg baru lebih baik.
    Tetapi, belum menikmati kenyamanan, satu masalah lagi datang. En tah kenapa, roda depan menggelembung. Posisinya tepat di tengah, memanjang hingga 20 centi meter. Mulai saat itu lah saya berfikir tentang produk seperti apakah yang dijual. Apa yang saya alami adalah fakta bahwa brand yang begitu kuat ternyata mengelabuhi. Saya merasa positioning Piaggio yang menancap kuat di alam bawah sadar saya hanyalah ilusi. Entah karena dibuat di Vietnam –saya juga berfikir onderdil made in China- jauh dari ekpektasi saya.
    Karena itulah satu memutuskan membeli ban tidak di dealer, meskikpun harus montang-manting karena spek sangat langkah. Saya baru menemukan di pusat onderdil di Kebon Jeruk.Walaupun harganya tinggi, sekitar Rp300 ribu, saya membeli karena lebih murah dibanding di dealer resmi.
    Hingga satu tahun beberapa bulan mempunyai Piaggio, saya tidak pernah merasakan nikmatinya berkendara. Dan yang membuat hati semakin terluka, kini ganti peleg roda belakang yang goyang. Ikhtiar saya beberapa kali membawa ke bubut ternyata tidak berhasil, dan peleg goyang. Bahkan, mur knalpot patah di depan hingga saya harus kembali ke bengkel resmi karena untuk membongkar harus mengganti top packing.
    Terus terang, saya menyesal berat beli Piaggio. Sama sekali tidak ada kekuatan dan kenyamanan motor berkelas Eropa ini. Sama sekali tidak ada bukti Piaggio adalah motor battle proven, seperti para sesepuhnya. Sama sekali tidak muncul customer satisfaciton pada kualitasnya. (*)

  17. Jebakan After Sales
    Saya baru menyadari arti pentingya after sales. Orang memilih membeli motor seperti Honda atau Yamaha, karena bengkel ada dimana-mana, bengkel kecil pun sudah biasa, dan onderdil pun ada dimana. Satu lagi harga murah, dan ada KW-nya lagi.
    Common rasionality itu sementara saya singkirkan ketika memutuskan membeli Piaggio. Saya mencoba membeli motor yang lebih menantang: tidak sekedar untuk aktivitas sehari-hari, tapi juga untuk aksi. Apalagi sekelas Piaggio, dengan brand danpositioning yang tidak lagi meragukan. Saya juga percaya dengan kelas yang dibidik serta banyak komunitas penghobi membuat after sales-nya sudah otomatis menjadi perhatian.
    Tapi ternyata, persepsi saya salah kaprah. Selama berurusan dengan persoalan after sales, saya sama sekali tidak pernah menemukan responsivitas, baik dari sisi customer relationship management maupun supplay chain management. Semaunya lelet, menjengkelkan, dan merugikan.
    Dan selama dua tahun lebih saya berurusan dengan silih- ganti masalah onderdil berkualitas rendah yang dibenamkan pada Piaggio milik saya, tidak ada upaya perbaikan sama sekali.Piaggio tidak memikirkan nasib pelanggan. Sebaliknya, hanya berfikir dagangan laku, dan bahkan berfikir bagaimana bisa bisa terus-menerus mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dari pelanggan.
    Apa yang saya sampaikan bukan provokasi, tapi dari fakta dan pengalaman yang saya alami. Saklar saya rusak ternyata tidak ada gantinya, terpaksa saya harus beli sendiri; pergantian peleg berkualita rendah harus menunggu sampai 15 hari dengan alasan diimpor dari Vietnam.
    Dan kasus terbaru, untuk menggantikan peleg belakang yang juga hancur dan packing top -yang harus diganti karena mur kenalpot putus di dalam- saya harus menunggu entah sampai kapan karena bengkel resmi tidak bisa memberi kepastian. Yang kian menjengkelkan, walaupun motor sudah sembilan hari di bengkel, sama sekali tidak ada konfirmasi dari pihak bengkel.
    Entah apa susahnya hanya untuk sekedar menelpon dan memberi informasi bahwa motor belum bisa diperbaiki karena onderdil belum ada.Bisa dibayangkan, berapa kerugian material karena motor tidak digunakan untuk aktivitas sehari-hari dalam jangka waktu yang cukup lama.
    Dengan munculnya masalah karena kualitas onderdil yang sangat asal-asalan, saya bahkan merasa adanya jebakan after sales. Bagaimana tidak, untuk mengganti ban dengan spek ukuran yang sangat langka, kita mau tidak mau harus membeli di bengkel resmi dengan harga mahal (informasinya Rp400 ribu). Jika pelg motor rusak, seperti saya alami, kita sudah pasti tidak ada pilihan selain membeli dengan harga Rp900 ribu. Bandingkan dengan layanan dan harga onderil pabrikan besar pada kelas motor sama, seperti Honda Vario.
    Mungkin wajar kalau onderdil yang kita beli benar-benar berkualitas Eropa, dimana Piaggio berasal. Tapi faktanya, onderdil yang dibenamkan di Piaggio low class quality. Bisa dipastikan konsumen akan berkali-kali karena harus berurusan dengan law class service dan harus kembali terjerembab dalam jebakan after sales.
    Dengan pengalaman ini, kiranya masyarakat untuk berfikir seribu kali untuk membeli motor Piaggio. Boro-boro untuk tujuan koleksi, motor ini sama sekali tidak bisa dinikmati. Pengalaman ini saya sampaikan agar masyarakat tidak terjebak menjadi keledai yang jatuh di kubangan persoalan yang sama.(*)

  18. Pantas kah Saya Membayar Mahal?
    Jumat hari ini (4 April) sudah lebih dari 3 minggu Piaggio saya berada di bengkel. Tetap saja tidak sekalipun ada informasi dari pihak dealer tentang nasib saya. Saya kembali menengok, hasilnya seperti saya duga, tidak ada perkembangan sama sekali. Pihak bengkel hanya memberi kabar peleg yang rusak tidak bisa diganti karena sudah dibubut. Ujungnya, pasti saya harus mengeluarkan duit sekitar 900 ribu untuk membeli peleg.
    Pertanyaannya, pantas kah saya membayar mahal untuk after sales service yang sedemikian amburadul? Apakah Piaggio tidak berfikir kerugian konsumen ketika motor begitu lama nangkring tanpa kejelasan? Apakah konsumen tidak bnutuh riwa-riwi ngantar anak sekolah, untuk kerja dll? Juga untuk bolak-balik ngencek ke bengkel hanya sekadar menanyakan nasib motornya?
    Pihak Piaggio tidak mau mengganti peleg dengan alasan sudah dibubut? Pertanyaannya, apakah kalau saya membawa motor ke bengkel, apakah bisa dilayani dalam satu dua hari? Kasus sebelumnya hampir tiga minggu? Sekarang kalau pertanyaannya di balik, mengapa piaggio memasang peleg dengan kualitas sangat rendah, dan kemudian menimbulkan konsumennya celaka, apakah piaggio bertanggung jawab?
    Kedatangan saya ke dealer Vespa di Kebayoran Lama kini kian meyakinkan saya bahwa konsumen hanya boleh tersenyum sekali saat baru beli motor.(!)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

TERBARU

KONTEN PILIHAN

MOTOGP