Home Motor Masa Depan Video : Team Rakata ITB SEMA 2017 menjelaskan bagaimana Bisa Mesin Yamaha...

Video : Team Rakata ITB SEMA 2017 menjelaskan bagaimana Bisa Mesin Yamaha Jupiter Z bisa irit sampai 500-an km/liter

40

TMCBlog.com – Bro seklian, di Video atas sobat bisa menyimak hasil wawancara santai tmcblog terhadap salah satu dari 26 team mahasiswa Indonesia yang berlaga di Shell Eco-Marathon Asia 2017 di Singapura. Mereka adalah team Rakata dari Institut Teknologi Bandung ( ITB ). team ini membuat Kendaraan jenis prototipe berbahan bakar 100% etanol dengan based engine mesin sepeda motor Yamaha Jupiter Z1 . . .  mereka bisa menggunakan mesin FI bebek Yamaha ini sehingga bisa irit sampai 500-an km/liter  . ..  wiiihh gimana resepnya . . Cekidot sob

Menurut Mas Dinar, manager Team Rakata Ethanol ada beberapa hal yang jadi resep kenapa mesin 100cc sepeda motor bisa menuempuh 597 km/liter tahun lalu dan bahkan tahun 2017 ini targetnya mencapai 700 km/liter

  • Yang pertama adalah setting / Mapping dari ECU . . . ini jelas menjelaskan bagimana para mahasiswa ini membuat berapa setingan AFR ( air-Fuel ratio ) yang paling efektif dari mesin
  • Yang kedua adalah menaikkan Kompresi mesin. Hal ini dilakukan juga dikarenakan bahan bakar yang di gunakan adalah 100% ethanol ( alkanol )
  • yang ketiga Bobot dari Kendaraan juga dibuat seringan mungkin, Rakata team ITB menggunakan bahan Kevlar untuk Bodynya
  • yang Ke empat Penggunaan Low Friction Tire Merk IRC yang diimpor langsung Dari jepang
  • Yang ke lima Penggunaan Bearing yang Low Friction/ Hi-speed bearing. Bearing yang digunakan menggunakan ceramic Ball ( pelor ) dapat dukungan sponsor dari SKF.
  • Dan yang ke enam adalah Driving behaviour dari Pengendaranya. Metoda drivingnya adalah mirip drive on-off gitu dimana Driver menyalakan mesin sebentar lalu mematikan mesin dan membiarkan motor meluncur glide sendiri.

Mas Agas sebagai driver team menjelaskan bahwa latihan yang dijalani dilakukan di Kampus ITB dengan berkoordinasi dengan engginer mesin untuk menentukan kapan saatnya mesin dinyalakan dan kapan ( pada saat kecepatan berapa ) mesin dimatikan. simple kelihatannya, namun jelas, sulit untuk diimplementasikan . .. Semoga team ITB ini bisa sukses di Shell Eco marathon 2017 ini sob . . semoga berguna

Taufik of BuitenZorg

40 COMMENTS

    • pasti baru ngikutin lomba ginian yak ? wkwkwk
      kendaraan yang paling sering juara di ajang ini dari kampus ITS loh si sapu angin dan itu pake mesin revo.

  1. ralat wak. tulisan yang divideo. itu bukan dipakai di SEM 2016 kayaknya. tapi di KMHE 2016 jogja. soalnya tadi disebutkan bulan November.
    maaf. efek peserta KMHE yang belum juara. satu kelas juga sama ITB

  2. Semua bahan yg disebut itu ada di BL, jauh lebih murah daripada part ori nya:
    – Kampas kopling dari kevlar merk CLD
    – Kampas rem dari keramik merk Bendix
    – Gear low friction merk Sinnob
    Ya kalau driving style on/off katanya, bisa berupa permainan perangkat elektronis.

    Lalu ngapain belanja sukucadang ori kalau memang kualitas lebih jelek dan amat sangat mahal (di atas langit-langit harganya)?

  3. ini jarang banget pake mesin yamaha jupiter. karena biasanya peserta memakai mesin revo. termasuk kendaraan sapu anginnya ITS yang diperhitungkan dan sering juara di lomba ini memakai mesin revo.

  4. wak bahas sapu anginnya ITS donk wak. itu kendaraan sangat diperhitungan banget dan sering juara di ajang ini. bahkan sempet ada kasus tahun berapa saya lupa itu pada saat pengiriman kendaraannya rusak sehingga gak lolos tes awal karena ada komponen rusak. dan itu katanya sih ada unsur sabotase karena yg rusak hanya si sapu angin.

  5. Teknologi yg lebih canggih yang lebih irit lagi yaitu pakai sepeda bahan bakarnya nasi bungkus sama air, benar” energi ramah lingkungan dan terbarukan.

  6. oalah pantes aja ada matiin mesin segala,,
    dikirain semua nya full mesin nyala,,
    ada tanjakan turunan nyala terus,,
    ternyata bukan gt toh..

    • sokorrrr diseneni sing duwe warung 😀

      itu versi prototype 1000%, kayanya mustahal di jadiin massprod, yg paling masuk akal teknologi hybrid, prinsipnya 2 mesin (bensin + listrik) cara kerjanya mesin bensin mensuplai listrik ke aki, terus aki memutar dinamo untuk roda, mesin bensin cukup idle saja 1.300 rpm (gak naik gak turun), sedangkan throtle hanya dipakai untuk mesin listrik, kalo baterai penuh ada sensor untuk mematikan motor bensin, kalo setrum mulai habis bisa langsung memicu mesin bensin-nya (pake ACG starter keren nih), dan begitu siklus seterusnya….

  7. Knp bikin prototype nya yg bisa dikendarai dengan kewajaran,misal ky motogp, gaspol, rem pol gitu.minimal yg bisa dipake sehari2 meski tes prototype nya di sirkuit kusus

  8. Irit karena jalan pelan tanpa stop and go kena kemacetan alias jalan lempeng2 aja. Model tarik kopling lepas gas nggelinding pasrah. Jadi inget jaman dulu waktu si mbah masih kecil, jalanan masih sepi…

  9. Tahun kemaren SEM 2016 tim Thailand HOW MUCH ETHANOL bisa tembus 2040km/l. Super sekali bisa seirit itu 😀

    Ayo kita bisa lebih irit, pakai ethanol generator di dalam tangki, powered by tape ketan tetes tebu

  10. Bukan ngeremehin pencapaian tapi Teknologi motorku ngak nyampe 1l nempuh 1000km dari jakarta ke bali mesin hidup saat di parkirin naikin ke truk ekspidisi ? Wa lah mati hidup mesin bukan teknologi itu akal2an hi tanggung kenapa ngak di hibrid listrik kenetik sekalian

  11. itu versi prototype 1000%, kayanya mustahal di jadiin massprod, yg paling masuk akal teknologi hybrid, prinsipnya 2 mesin (bensin + listrik) cara kerjanya mesin bensin mensuplai listrik ke aki, terus aki memutar dinamo untuk roda, mesin bensin cukup idle saja 1.300 rpm (gak naik gak turun), sedangkan throtle hanya dipakai untuk mesin listrik, kalo baterai penuh ada sensor untuk mematikan motor bensin, kalo setrum mulai habis bisa langsung memicu mesin bensin-nya (pake ACG starter keren nih), dan begitu siklus seterusnya…. sifatnya nggak akal-akalan biar irit aja, tinggal dihitung saja 1 liter bensin untuk idle motor berapa jam? terus berapa jarak tempuh untuk waktu segitu? dengan sensor kapasitas baterai tentu didapat jarak lebih jauh karena mesin hanya nyala saat dibutuhkan saja, tanpa mengurangi performa motor, hybrid model gini sangat mungkin bisa masspro… efeknya mungkin di bobotnya yg harus efisien

  12. semoga dengan adanya kontes sheel eco bisa tercipta rasa persaudaraan antar tim dari tiap universitas / institut , jangan sampai univ / institut hanya karena suatu event saling menjauh . karena dari mahasiswa untuk Indonesia
    bukan sampai di almamater saja

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version