Home MotoGP Sinyalemen : Vinales bisa ‘Hangatkan’ Suasana Garasi Movistar Yamaha

Sinyalemen : Vinales bisa ‘Hangatkan’ Suasana Garasi Movistar Yamaha

104

TMCBlog.com – Movistar Yamaha memasuki masa-masa sulit semenjak musim kompetisi 2017, ketika Maverick Vinales sepanjang sesi winter test 2017 mendominasi di 3 sirkuit test dan penalmpilan gemilang selama 4 seri pembuka, namun perlahan team mengalami degradasi pada klasmen baik kategori pembalap maupun kategori team. Sampai pada akhirnya diambil keputusan putus asa pada GP Valencia dimana team memutuskan kembali ke sasis tua spesifikasi 2016 karena dirasa memiliki feel lebih baik pada grip ban dan handling. Oke kita move on ke musim 2018, selama sesi winter test Sepang dan Buriram, Yamaha masih dilanda kegalauan antara masukan dari kedua pembalapnya. Performa yang tidak konsiten dan hadirnya beberapa masalah teknis masih mendera Valentino Rossi dan Maverick Vinales, sampai pada akhirnya kedua rider saling melontarkan keluh kesah masing-masing. Dan yang terbaru ini cukup seru untuk disimak dimana ada indikasi akan terjadinya dejavu hubungan Rossi-Lorenzo di Yamaha musim 2018 ini.

Pada kutipan wawancara yang kemudian di-tweet oleh Natacha Alfageme, seorang reporter/jurnalis Movistar Spanyol, Maverick melontarkan sebuah statement yang TMCBlog pikir apa yang diucapkan mampu ‘menghangatkan’ situasi di dalam paddock Yamaha. di kutip dalam bahasa Spanyol yang bisa diartikan “Saya [Maverick Vinales] mencoba untuk membuat motor Yamaha yang bisa cocok denganku. Saya tidak akan mampu melakukan balapan dengan motor yang dibangun sesuai karakter orang lain, karena Saya tidak membalap dengan gayanya. Kupikir kami harus berkonsentrasi untuk diri sendiri. Musim 2017 Saya sangat fokus dan motor pun bekerja dengan baik. Tahun ini Yamaha mencoba untuk berbagi data dan kupikir ini tidak akan berjalan dengan baik.Nah anget kan bro, hehehe.. Gak begitu paham dengan siapa yang dimaksud, namun dari berbagai hasil wawancara yang TMCBlog kumpulkan memang terjadi kontradiksi antara Vinales dan Rossi tentang Yamah M1 2018.

ECU Magneti Marelli

Salah satu contoh perihal elektronik yang saling bertolak belakang. Ketika Valentino Rossi berkata Yamaha perlu banyak berbenah di sektor elektronik karena menurutnya masih mengalami kurangnya feeling pada sasis motor, dan juga dalam hal akselerasi, menjadi masalah yang kembali mendera saat test pramusim Thailand. Rossi bilang timnya mengalami kemunduran setelah diterapkannya perangkat unified software di MotoGP sejak 2016. Menurut Rossi, Honda dan Ducati lebih memahami sistem elektronik yang dipasok Magneti Marelli ketimbang Yamaha. “Ketika kami beralih ke Magneti Marelli bagi saya, kami memiliki beberapa masalah. Bagi kami, Magneti Marelli sekarang, sulit dipahami. Honda dan Ducati mengerti sesuatu, yang tidak bisa kami pahami. Saya berharap kami bisa pulih secepat mungkin, karena pada saat ini, kami menderita. Bagi saya, inilah masalahnya (yakni elektronik).” Kata Rossi.

Sedangkan di sisi Vinales, sektor elektronik Yamaha M1, maksudnya ya Magneti Marelli unified software, sudah di-explore lebih banyak ketimbang musim lalu. “Seperti yang Saya katakan, jika kami ingin memenangi gelar juara, saya harus memiliki motor yang sesuai untuk gayaku. Dan sejujurnya, dalam hal elektronik, kami melakukan perbaikan cukup banyak. Senang rasanya merasa cepat lagi.” Ujar Vinales. Nah loh kok bisa beda feedback nya begitu yah? Engineer Yamaha apa gak bingung untuk merevisi kekurangan Yamaha M1 sebelum mesin disegel selama musim 2018 berjalan.

Kedua rider terus mendesak pabrikan untuk segera membenahi masalah ini. Tidak konsistennya performa motor bukan juga karena faktor ban (IMO), karena Michelin kini sudah memiliki performa yang konsisten ketimbang ban mereka tahun lalu. Jika hari Jumat (Buriram test) pembalap memakai ban lama, pada hari Sabtu semua rider kedapatan jatah ban baru dengan spesifikasi lebih baik, namun Yamaha [dan juga Ducati-Lorenzo] mengalami hasil yang buruk. Hal ini tentu menjadi PR berat untuk pabrikan Jepang samurai biru tersebut sebelum Qatar test kurang dari 2 minggu kedepan dan juga seblum balapan perdana di Qatar 18 Maret mendatang. Rossi sih bilang musim 2018 Yamaha akan pasrah terhadap takdir karena waktu yang begitu sempit untuk pengembangan dan perbaikan sebelum dilakukannya penyegelan mesin,, tapi performa Yamaha masih juga jauh dibawah harapan sampai pada akhir sesi test Buriram kemarin.

Tekanan yang mulai meningkat di tim Yamaha disinyalir akan berimbas kepada akur tidaknya kedua rider yang sama-sama kuat di dalam team tersebut. meskipun kemarin ada yang mengatakan bahwa masukan data dari Rossi lebih berharga ketimbang Vinales, namun bukan bermakna bahwa masukan Vinales soal motor akan ditolak mentah-mentah. Keduanya kini mulai melempar keluhan terkait performa motor, jadi bukan tidak mungkin bila keadaan Yamaha pada jaman Jorge Lorenzo setelah reunian Valentino Rossi ke Yamaha tahun 2013 terulang kembali dengan aktor yang baru [Vinales]. Menurutmu gimana sob? Ini ada dua pembalap yang sama-sama bisa bersaing menjadi juara dunia dalam satu tim. Ibarat memelihara singa jantan dalam satu kandang yang sama gak sih? Kalau TMCBlog ingin 6 pabrikan MotoGP bersaing buat juara dunia sampai 5 seri terakhir musim ini, biar pepet-pepetan kayak Moto3. Hehehe…

Nugi TMCBlog

104 COMMENTS

    • Gw sangat setuju, diluar caci maki para begundal fby yg bilang DP26 zonk gak guna, tapi DP26 memiliki peranan yg vital buat tim, bisa berprestasi tanpa mengganggu team mate

  1. nahh akhirnya ada artikelnya juga nih.
    ini kayanya kedepan memang bakalan panas nih saling saut sautan pendapat pas abis test buriram.
    ketika galbusera dan rossi bilang M1 kena masalah elektronik si vinales bilang kagak.
    ketika crew yamaha bilang lebih memilih masukan rossi untuk mengembangkan M1 2018, si vinales bilang gak cocok sama gaya balap dia. terus rossi akhirnya komen kalo yamaha juga menerima masukan vinales untuk mengembangkan M1.

    btw pernyataan rossi ke media kalo 2018 ini dirace nanti yamaha bergantung pada nasib.
    itu semacem pasrah atau strategi buat mengelabui lawan yak. penasaran euy 2018 banyak drama kayanya nih.

    • saya melihat banyak pernyataan2 rider di awal2 2018 dari parnikan manapun yang semenyembunyikan strategy
      seperti Marquez saat bilang Buriram bakalan ducati banget contohnya
      dan hal seperti ini saya pikir bisa jadi staretgi juga

    • nah kemarin si marquez bilang kalo pas test buriram thailand timnya dan honda gak fokus kepada laptime tercepat tp lebih kepada mencoba untuk menguji beberapa part baru. selain itu test kemarin cuma untuk basis settingan awal karena masih banyak yang bisa dikembangkan, terus honda dan timnya sempet berdiskusi dengan orang thailand masalah cuaca pas racenya dioktober nanti dimana bulan tersebut thailand musim hujan.
      memang ada beberapa pernyataan menarik dari pembalap sih pasca test buriram.

    • iya akhirnya di bahas juga, memang sepertinya fifty2 antara masalah atau strategi team semakin seru untuk 2018, memang kalau menurut pendapat rossi masalah di elektronik sepertinya masuk akal juga, soalnya honda dan ducati mereka lebih bagus di elektronik atau sofware dan punya teknisi yang lebih paham, harusnya sih vinales juga ikut memberikan masukan2 dan bnyak komunikasi dengan rossi soal pengembangan motor, tapi sepertinya vinales pola pikirinya tidak seperti itu dia juga sangat berambisi, nah di sini yamaha seharusnya bisa mengakomodir masing2 yamaha m1 dengan di sesuaikan rider2 masing, ya itu mereka pasti sudah lebih tahu.

      iya om gaya bahasa dan penyamapaian dari om Nugie 11-12 sama om Taufik, semoga makin solid om tmcblog

  2. mungkin duo movistar harus beljar dri “cara kerja” johan zarco yg mencoba menerapkan gaya balap lorenjo d atas m1 dan hasilny bisa d lihat musim lalu(khususny paruh musim) dan di dua test musim ini

    • ahhh jadi inget fight antara marquez vs rossi. salah 1 resep rossi mengalahkan marquez adalah merubah gaya balapnya. nah kalo pas fight sama marquez aja bisa merubah gaya balapnya, sekarang kenapa gak ikut mengubah menjadi kaya lorenzo yak. kalo memang M1 sangat cocok sama gaya lorenzo yang lembut.

    • mungkin yg dibutuhkan Vale dan mave itu adaptif riding style kayak yg dilakukan Marquez yg disaksikan Folger,kan masalahnya tetep sama tuh yaitu di ban belakang

    • Betul jimo, sejak 2014 Rossi merubah riding stylenya “ngikutin” pembalap2 paling kenceng waktu itu, Lorenzo, Pedrosa, Marquez yaitu elbow down

  3. keduanya terlalu tinggi ego nya ya… pembalap tim lain malah sebaliknya.. mereka mencoba mencocokan diri dg motornya, mencoba beberapa riding style yg cocok untuk motornya yg sedikitnya bisa mengurangi masalah.. bukan malah “keukeuh” pengen motor semau dia

    • Ya 2 2 nya ambisius, respect sy sm mereka
      Yg 1 ingin juara dunia pertama kali, yg 1 mungkin ingin menuntaskan karir dgn juara dunia
      Tp berat rasanya kalo pabrikan yg jd kendaraan mereka ber 2 gak bisa mengakomodir kemauanya, plus ego masing2 yg bikin crew jd mumet

  4. Akar masalahnya cuma 1, Rossi gak pernah suka teammate yang “lebih” dibanding dia, entah lebih kenceng, entah lebih digandrungi. Karena harus diakui Vinales sekarang digandrungi cewek2 melebihi Lorenzo dan Marquez di awal debut mereka. Belum lagi Vinales pula yang pertama menang dengan M1 baru (bukan bekas Lorenzo)

    • Yups,Sependapat ….
      Itu sebabnya waktu lalu saat JL baru naik dari kelas GP250 , VR46 ngotot mempertahankan Colin Edward untuk menjadi team mate, yg prestasi tidak bagus2 amat

    • ahhh kata siapa italia sama spanyol gak pernah akur mo dimotogp ? itu mah tergantung orangnya kali. contoh kaya gresini fortuna honda ada elias sama melandri lalu repsol pernah dovi sama pedrosa mereka adem” aja gak panas kaya pas rossi dapet teammate orang spanyol kaya lorenzo ataupun vinales.

    • Dovi ma DP??? oalah kalem sama kalem. tu mak kekez sama Casey yg adalah test rider aja gak akur. Masih inget DP sama Sic??? DP itu diem cuman PENDENDAM

    • perasaan dr dulu emang rossi tukang ribut aja kali
      inget musuh pertama rossi gp500 itu biaggi yang notabene orang italy
      non sense ada clash italy vs spain
      dulu yamaha waktu diperkuat biaggi sama checa adem ayem
      jadi balik lagi ke personal pembalapnya

    • Dan patut diingat, Rossi pula yg nolak Stoner masuk Camel Yamaha 2006. Karena Rossi takut kesaingan. Kalau aja Rossi gak punya kuasa nolak2 calon teammate, kayaknya gelar Stoner gak cuma 2 kali juara dunia deh. Rossi salah satu pembalap tukang rusuh. Siapapun musuhnya selalu berhasil dibenci fansnya, beda sama Stoner. Fans Stoner gak memusuhi Pedrosa ataupun Lorenzo jaman mereka masih saingan, kalau Rossi sih tetep, tapi itu karena tingkah Rossi sendiri. Gak ada sejarahnya Rossi akur sama pembalap yang lebih kenceng dari dia. Secara skill mungkin memang legenda, tapi secara personal Rossi sampah. Kalah mewek, bikin isu. Menang belagu, gak mau mengakui karena motor yang kenceng.

    • @komengtator, hmmmm, benar juga, seketika ingat soal pernyataan Rossi yang bilang gini “Bisa juara itu tergantung Ridernya, bukan karena tergantung motornya.” Tapi Stoner malah buat pernyataan gini “Bisa juara itu tergantung Motornya, bukan tergantung ridernya.” Aku gak tahu yang bener siapa, sebenarnya benar semua, tapi Rossi udah salah buat pernyataan, karena Ducati dipegang dia (ducati emang gak nurut sama dia waktu itu) dan dia gak juara, berarti faktor rider gak bisa jadi prioritas juga. Meski stoner pakai honda juga langsung jurdun. Sebenarnya aku lebih setuju ke Stoner, karena apa, karena Aleix Espargaro maupun Pol Espargaro udah membuktikannya. Perlu diingat jaman 2004 pas Rossi pakai yamaha, regulasi pengetesan gak dibatasi seketat sekarang bukan. Bukan berarti saya benci rossi, hanya saja saya emang gak suka waktu dia buat psywar dan Media menelannya mentah-mentah, alhasil banyak fans yang marah dan banyak fans yang gak terima bukan. Bahkan stoner juga pernah berkata gini “Rossi emang dari dulu suka buat psywar yang mengganggu lawan/rivalnya.”

  5. Sampe sekarang masih bingung siapa yg bikin artikel, wa Haji apa om nugi. Gaya ketika bahasanya Persis bin mirip. Baru ngeh klo udah lihat tulisan Di bawanya

    Nemu aja wak sosok seperti om nugi

  6. Saya kira problemnya Yamaha ya si rossi. Disaat semua serba berkembang, mesin, frame, bodykit, ecu, suspensi, ban bahkan gaya balappun berubah untuk mengendalikan itu semua….tetapi rossi tidak mengubah gaya balapnya. Disaat rekan satu teamnya lebih baik dia mencari cari alasan supaya rekannya berada dibawah perfomanya. Rossi pengen jagoan selamanya kaya doraemon dan nobita dari tahun 70an ya gak tua tua…wkwkwk Masalahe Yamaha ya si Rossi bagaikan parasit bertahan hidup menggerogoti inangnya….rossi parasit motogp!!!

    • Siapa bilang gak berubah? baru nonton GP? 2014 sudah berubah gayanya. Inget awal musim 2017???? semua masukan dr MV, hasilnya?? JEBLOK

    • Bner gan kyanya udh saatnya buat rossi pensiun, fokus ngembangin tim balap aja, buat si jono, awal musim vinales emang penampilannya bagus gan tapi karna rossinya jelek dan dia ngeluh, maka setinggannya di ubah lagi biar tossi bisa kompetitif juga, setelah itu motor terus di kembangin smpe gak ktmu solusinya hingga akir musim, kalau skarang yamaha masih jeblok karna masukan dr rossi ente mau ngomong apa taun depan?

    • wkwkwkw setingan itukan terserah Rider. jangan ngaco ah. kecuali pengembangan mesin/motor. di Assen VR buktikan setinganya OK, eh Brno balik lagi dengerin MV (baca artikel di IWB)

  7. mau sampe kapan bergantung sama Rossi,orang kan ada umur nya ada masa nya
    Muhammad Ali,Mike Tyson pensiun juga olahraga tinju masih rame aja

  8. Mungkin Vinales agak2 panas dengan statement Yamaha yang lebih menganggap masukan dari Rossi…, ya secara darah muda gitu…, Dan rasanya wajar aja tiap pembalap punya karakter sendiri & pendekatan berbeda ke motor, bisa dilihat gimana strugglenya Lorenzo dengan Ducati.
    Saya sih agak menyayangkan Zarco ga bisa pake motor yang sama dengan factory team, karena klo bisa, itu bakal jadi Benchmark buat dua rider pabrikannya…, kalo ente berdua masih kalah Ama rookie, berarti ente yang gak beres & harus move on, kalo nggak ya tahun depan harus move on dari tim factory?, lha kalo kondisi gini kan mereka selalu cari alasan motor lah, inilah…, bilang frame 2016 lebih baik, etc etc….. Terlepas dari entah masalah yang ada, kedua pihak, baik motor maupun pembalap harus bisa upgrade kemampuan, tim harus bisa menyediakan motor seoptimal mungkin, dan pembalap juga berusaha mengoptimalkan motor yang ada, mungkin adaptasi riding style, misal seperti ada analisa kenapa Zarco bisa manage ban lebih baik tahun lalu, terlepas dari sasis 2016 lebih baik…, masa udah 2018 masih jadi bulan2an sasis uzur mulu??

  9. oiya kalo rada panas” kayanya seru juga si vinales darah muda panasan wkwkwk
    selain itu dia udah ttd kontrak sama yamaha sampe 2020. jadi apa nanti kalo emang beneran ada clash kaya rossi vs lorenzo dulu digarasi yamaha bakal ada tembok pembatas jilid 2 nih ? ??

    • jadi ingat gesture tubuh vinales kayak mau getok palanya Rossi Ampe berdiri dari motor di the Americas pas Rossi nyalip tiba2
      wkwkwk,Darah muda mah ga bisa disembuyiin

  10. Kalo HRC bisa membajak teknisi magnetti marelli dr ducati, ada baiknya yamaha merekrut jimo yg ahli regulasi, saya yakin semua masalah akan terselesaikan….

    • kakek legend memang cocok ditandemin ama jimoo. kan berdua memang cucok dan saling melengkapi. wkwkwkwk
      Hanya perlu dana murah meriah, dijamin top speed M1 bakal jauh meningkat.

  11. tanpa Rossi malah motogp makin WUAHHHHH….
    Rossi itu pembalap yg paling banyak musuhnya….
    Rossi itu pembalap yg gak mau team matenya lebih dari dia…
    FBR itu pekok…
    Pecat Rossi ganti Zarco
    Vinales Zarco YESSSSSS….

  12. tapi menurut saya gak semua spanyol sama italia bakalan panas jika dalam 1 tim, itu balik lagi ke pembalapnya. yah seperti rossi yang memang gamau punya teammate lebih bagus dari dia, saya yakin jika ada orang italia jadi teammate dia pun dan lebih jago dari dia apa rossi bakalan lapang dada menerima ??
    banyak spanyol & italia yg 1 tim adem ayem aja.
    melandri & gibernau/toni elias, lalu juga pernah dovi & pedrosa. mereka gak pernah ada clash adem dan akur” aja, jadi yak balik lagi ke orangnya bisa menekan ego apa kagak.

  13. ga usah ganti,suruh aja hang out bareng yg sering kayak marc-dani di ini talkshow kemarin aja mereka luwes udah kayak temen satu tongkrongan,emang satu tongkrongan sih

  14. Kurang suka sama rossi ketika ada tembok dengan lorenzo. Seolah olah lorenzo penjiplak data, wong satu tim kok, lah piye too… Kan sudah lumrah berbagi data…

  15. udah rahasia umum, rider yg setim ama kakek legend harus mau ngalah (atau minimal under perform dan bergaji jauh lebih rendah) klo mau “akur” ama kakek legend wkwkwk

    CS, JL MV klo ditandemin ama kakek legend pasti bisa kacau. Kaga perlu mikir lama2 untuk tau.
    Warna tim aja yg biru (cool) tapi dalemnya merah (“membara”)…tinggal tabur sekam aja wkwkwk

    • @jono
      yah setidak Mang Kekez ga terang2-an ngajak musuhan kyk kelakuan kakek legend terhadap kompetitor hebatnya. Sampe2 ada rider yg baper kaga mau balap selama kakek legend masih balapan.
      Klo ampe memusuhi nyaris semua kompetitor yg hebat pada masanya, bahkan sampe dibawa-bawa di luar circuit, itu pertanda ada yg ga beres ama rider tersebut contohnya ya pada tingkah kakek legend yg ga jauh beda ama tingkah Biaggi . Pedrosa aja udah “kapok” memusuhi kompetitornya ampe orang yg dimusuhinya almarhum, karena ga guna dendaman ama kompetitor di dunia olahraga.

  16. F1 tanpa senna dan schumi msh idup sampe sekarang, NBA tanpa jordan msh idup. Motogp tanpa vale hancur? Ya mungkin cuma viewersnya aja yg berkurang krna penonton dadakan yg berhenti nonton krna pujaan nya pensiun

  17. @Qhandar: Ya mau bagaimana lagi, Yamaha pasti juga pingin mencari rider yg setidaknya memiliki performa “selevel” dengan kakek legend. Jadi klo ada “apa2” dengan kakek legend, tetap ada “backup” seorang rider kencang yg juga bisa ngasi input untuk pengembangan motor berikutnya. Ingat kakek legend tidak akan selamanya ada dalam tim utama. Klo cuma nyari rider “biasa2” aja yg “sekedar pelengkap “bergaji “rendah” macam Colin Edward ya percuma.
    Yamaha juga perlu Rider iconic untuk sales marketingnya dan (imho) tidak ada hal tersebut pada diri Maveric. Zarco malah lebih iconic ketimbang Maveric.

  18. Memecat rossi??
    Sm aja km mnghncurkn Yamaha broo!!!?

    “Seorg mm93 blm ckup mmbwa pnonton mtogp ke sirkuit”
    lu pikir cuma Marc ama kakek legend aja yang balapan di motogp ??? wkwkwk
    lu pikir cuma fans si “legendary mesum” aja yg nonton motogp ?? wkwkwk

  19. Balik liat kelakuan MV dr Moto3 sampai pindah Tim gegara pengen kompetitif, kemudian di Suzuki gimana kelakuan MV yg mau enak sehingga cuman Aleix yg tukang uji part. intinya MV mau tau beres naik

    awal 2017 dah dikasih kesempatan, eh ZONKOK hasil masukannya

    • ya itulah yg tidak dipelajari ama manajemen Yamaha (saat dulu merekrut MV), tentang bagaimana sifat asli si MV. Yang diliat cuma performanya di atas motor tok ketika tim yg dinaungi sedang on perform. Tidak melihat sifat MV ketika tim yg dinaungi tidak sedang on perform atau ketika ada masalah. MV cenderung untuk memilih “kabur” dan menyalahkan yg lain (motor atau tim) ketika dia merasa udah mengeluarkan semua daya & kemampuannya tapi ternyata performa tim tetap stuck.

      Jauh beda ama sifat Marc & Dani (misalnya pada awal 2017 ketika RCV sedang under perform) yg tetap membuat suasana tim adem & sangat2 profesional. Zarco pun sebenarnya mirip juga ama Marc & Dani dalam hal ini. Yamaha Movistar mungkin juga sebenarnya sangat tertarik ama Zarco, tapi karena udah ada wanti2 dr kakek legend…. ya mau ngomong apa.

    • Bukan gitu bro.
      Kalimatnya “Masukan dari Rossi lebih berharga” itu artinya kedua masukan sama-sama berharga cuma ketika bentrok, mungkin Yamaha akan lebih pertimbangkan apa yang Rossi bilang..
      Kayaknya gitu sih, gak tau juga REAL nya seperti apa. Hohohohoo

    • mungkin yamaha keluar statement seperti itu gara2 kapok pengalaman tes th kemarin, liat MV moncer, omongan mbah jadi gak dianggep, & ternyata dua2nya keteteran dibelakang, MV cuma komen ga tau , cuma minta yamaha memperbaiki tapi ga bisaa kasih analisa masalahnya dimana, sebaliknya si mbah bisa kasi gambaran apa yang jadi masalah
      saat tes kemarin juga, MV sempet meningkat di hari kedua & komen kalo pengembangan motor sudah mendekati harapan, tapi hari ketiga, lagi2 dia gak konsisten & malah dibawah mbah…., see? pace MV masih belum konsisten & saya rasa diapun gak tau masalah & solusinya apa
      Jadi gini, si mbah dibutuhkan buat kasi input & masukan tentang motor, & kalo motornya udah enak, si MV tinggal pake ngegas sekenceng2nya, bisa dilihat kok dari statistik th kemarin, saat motor nyaman, si mbah jelas kalah kalo adu fisik lawan MV

  20. Ane bukannya gak suka sm rossinya, tp fansnyabyg terlalu fanatik kya rnte gan, apa klo dia pendiun ente berhenti nonton motoGP? Kya gni udah sering, dr dlu jaman mc doohan jg bnyk yg komen bkal sepi tpi nyatanya muncul talent” baru

  21. Siapapun yg menjadi team mate rossi kudu iklas jadi rider lapis kedua

    Kalo berani kompetitif terhadap si rossi maka akan jadi musuh rossi dan media

    JL secara fakta banyak sekali prestasi dan sumbangsihnya buat YFR tapi apa daya, YFR bukan HRC,, YFR butuh ikon ketimbang prestasi untuk mendongkrak penjualan produk yamaha, berbeda dengan honda yg mau siapapun ridernya tetep laris motornya di seluruh dunia

    Di satu sisi pinternya HRC dia tetep keep dani, dan dalam beberapa race pun dani emang lebih kencang dr team mate nya

    Moga saja 2018 ini giliran JL unjuk gigi

    • sayangnya JL bukan media darling memang, dia gak bisa memanage potensinya skillnya dengan emosi saat terjadi konflik, coba lihat komennya saat tes pasca valencia 2012, waktu liat rossi dikerubutin wartawan padahal dia sendiri juara dunianya, juga reaksi waktu podium sepang 2015, dan after crash dia ngebanting ducatinya…, coba dia bisa kalem seperti pembawaannya saat race yang smooth banget, imagenya ga akan jelek. Andai dia bersikap, api tidak bisa dilawan dengan api, dia seharusnya bisa jadi air yang memadamkan api…,

  22. Saya udah bilang dari awal, sedari mv baru teken kontrak sama yfr. Dari awal saya udah tau mv25 orgnya sombong arogan mirip jl99 dari statementnya yang bilang mau langsung juara dunia, gampang kalahin mm93 lah. Kalo udah tertekan gini keliatan aslinya gimana.

    Buat fans mv25 karbitan tahun lalu yang sekarang jadi kesel sama mv25. Kalo mau mv 25 di pecat gampang. Kita doakan saja dia gak juara dunia sampe 2019. Pasti nasibnya kayak ben spies. Di hina hina diteken teken di paddock. Diusir secara alus supaya gak mau di yfr lagi.

    Mungkin kalo kemaren tetep stay di suzuki maybe dia sudah dapet paket motor sesuai kemauan dia..

  23. menurut saya masukan dari mbah rossi masih lebih masuk akal daripada MV 25, mbah sebelumnya tidak pernah se-struggle gini di yamaha, dia pernah bilang sejak keseragaman ecu magnetti marelli yamaha mulai mengalami kemunduran sedangkan honda tidak karena mereka mendapatkan bekas teknisi yang bekerja di magnetti dan juga mbah rossi lebih kenyang pengalaman soal moto gp, bisa diambil contoh musim lalu saat vinales sebagai rider baru yamaha mendapat hasil bagus saat tes pra musim sedangkan rossi bilang ada yang salah dengan M1 nya, tetapi yamaha ngga peduli karena kehipnotis hasil bagus si vinales dan ternyata ucapan si mbah terbukti vinales dan yamaha cuma bagus di awal doang seterusnya M1 mengalami struggle sampe seri terakhir
    NB: fanboy yamaha dilarang nyinyir, inget dan berkaca nasib junjungannya kaya apa

  24. MV emng blm jago develop IMO. pas di suzuki prestasi nya bagus jg karna motor yg di develop sama Aleix Espargaro. keliatan skrg aprillia ada aleix prestasi nya lumayan naik dibanding sblm ny. rider kencang ga selalu jago develop/kasih input yg jelas ke engineer.
    Yamaha skrg emng kyknya ketinggalan dibagian elektronik IMHO soalnya mungkin software punya yamaha pas sblom unified ke software Magneti Marelli mungkin lebih sederhana dibanding honda sama ducati karna mungkin yamaha lebih bergantung ke “mechanical” dibanding elektronik (bergantung sama chassis/swingarm) CMIIW

  25. hmm….ketika sedang DNF, ditanya kenapa penyebabnya, Vinales kebanyakan jawab tidak tahu. Sekarang dia jadi serba tahu…hmmm

  26. Vinales analisisnya udah pernah salah pas tahun lalu. Kalo Yamaha mau ikuti lagi analisis Vinales ya terserah. pusing pala ekyeh

  27. hmm kayaknya emang masalah di electronic ya
    mulai ganti electronic taon kapan seh? kayaknya sehabis 2015 2016 jadi jatuh bangun yamaha

    kayaknya tahun ini bakalan MM lagi yang jurdun
    udah paket komplit motornya, ridernya jga oke

    walaupun gak iklas kalau mm yang jurdun, tapi apa boleh buat

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version