TMCBLOG.com – bro sekalian, kemarin saya bertemu dengan Nugie di Bogor dalam sebuah upaya kolaborasi nge-Vlog mengenai beberapa Hal . . dan dalam sebuah kesempatan kami sempat berdiskusi mengenai hal hal yang terakhir terlihat di motoGP terutama soal bagaimana Metodiknya Marc Marquez di race race terakhir Assen dan Sachsenring 2018 dengan mencoba melakukan Pendekatan baru dalam race weekend dimana ia menggunakan Free Practice di hari Jumat dan sabtu terutama yang waktunya mirip dengan waktu race ( sekitar jam 14 waktu setempat ) untuk melupakan sementara Time attack di 5 menit terakhir sesi latihan dan lebih melakukan semacam ‘riset’ penentuan ban dalam bentuk Semi-Long run . . cek deh dua data berikut ini  . .

Sobat Bisa lihat di FP2 Assen maupun Sachsenring, Marc Marquez benar benar tidak melakukan Time Attack di akhir sesi dengan hadir menggunakan Ban baru dan atau berkompon paling soft. Ia tetap di Track namun konsentrasi dan fokus mencari data ban bekas se-Ghaib apapun netizen menganggap ban ban ini di sosial media walaupun ia sudah dianggap raja di sirkuit tersebut Karena perolehannya di tahun tahun sebelumnya ( khusus Sachsenring ). . . Pendekatan ini tidak tmcblog lihat  di Race seri sebelumnya ataupun di pembalap yang lain . . Pertanyaannya kenapa ini terjadi ?

Waktu diskusi bersama Nug, TMCBLOG memperoleh celetukan Nug mengenai sinyalemen penyebabnya yang tmcblog rasa sangat Logis yakni ada hubungannya dengan Dani Pedrosa . . Selama ini Kita ketahui bahwa Dani pedrosa adalah pembalap yang cukup sensitif terhadap hal hal kecil yang ada di Track dan motor . . . Secara Un-Official , Banyak yang percaya bahwa Dani adalah sosok Rider Developernya HRC . . . Secara Kita ketahui Dani Pedrosa mengumumkan tidak lagi bersama HRC dan Repsol Honda di awal Juli 2018 dengan catatan sepertinya Marc Marquez dan seisi Box disinyalir sudah tahu mulai dari Awal race weekend Assen bahwa Tahun 2019 Dani Tidak akan bersama mereka lagi . . .

Ibarat Kata, Mungkin saja selama ini HRC ‘membagi tugas’ diantara pembalapnya . . Pedrosa bertugas melakukan riset segalanya, sedangkan marc Marquez dengan muda dan keberaniannya prefer menggunakan hasil Riset dari Pedrosa misalnya untuk menentukan ban apa yang akan dipakai Di race weekend . .

Namun kemudian Dani pedrosa dikabarkan akan hengkang dari HRC terlebih lagi hasil race weekend Dani pun masih  terlalu lemah untuk bisa jadi referensi akhir akhir ini. . so kalo sudah begini memang Marc Marquez harus berusaha sendiri . . dan akhirnnya ahdirlah pendekatan baru Marquez ini

Marquez harus berusaha sendri, Minimal trial and error dalam pengunaan ban . .  mencoba menggunakan semua pilihan ban, lalu mencatatat Hasilnya, menganalisa dan mencari tahu Limit dari ban tersebut, memperkirakan kondisi Track di hari ahad . . dan muaranya dengan data data yang Valid dengan percaya diri marc Marquez bisa menentukan ban apa yang akan dipakai saat race day . . . benar benar metodik .

Taufik of BuitenZorg

 

98 COMMENTS

  1. Harusnya sih tiap pebalap emang paham metode ini. Pada dasarnya kan tiap gaya balap menentukan lap time juga tapi gaya balap juga dipengaruhi fisik dan psikis rider, motor, ban, cuaca dan luck. Mungkin bisa dimirip miripin tapi ga akan 100% jadi ya baguslah kalo tiap pebalap udah mulai test masing masing preferensi motornya. Lebih menarik dilihat kaya jaman dulu. Jadi inget statement stoner, pebalap sekarang lahir dan berprosesnya manja. Karena software dan kemudahan ada test rider juga developer

    • Timnya markues emngbcari sini cari sana …style Casey stoner pun turut diambil

      Perkataan Casey Stoner emng kadang ada betullnya…skill pembalap zaman now 11:12 tp Electronic emng turut andil berperan …

    • Karena sekarang waktu tes juga dibatasi. Motornya aja disimpan dorna kalo abis race. Gak boleh dipake. Jadi hanya bisa digunakan sesuai jatah.

      Beda zaman rossi dulu. Dia bisa habiskan ratusan lap utk tes komponen baru.(silahkan baca bukunya rossi).

      Peran mekanik yg jago juga penting.
      Race lalu rossi sampai ngakui ngikutin settingannya folger. Berarti teknisi rossi blm tau nyetting yg pas tuh.

      Yah namanya juga software buatan orang lain. Manualnya juga mungkin gak ada.

  2. Kyk anak yg mau pisah dr induknya. Harus bs hidup mandiri. Rekan barunya nanti blm tntu mau brbagi tugas kyk gini, bisa2 sekat garasiny yg tinggi ?

    • bagus deh buat Marc, karena Horhe pastinya ingin juara sendiri, tp dengan belajar sendiri, besok horhe mau berbagi atau enggak sudah gak masalah. tinggal siapa nanti yg paling kenceng di lintasan, pasti dia yg lebih di dengar. itu sudah hukum alam.

    • Mereka korban perkosaan alam goib bro.. jd percaya hal demikian.. lht aja tuh, duduknya skt abis di tusbol dr belakang wkwwkkwkwwkk

  3. selama ini bukannya begitu
    cari ban yg pas …semua pembalap begitu…anehnya Ban Ghoib emng terjadi di moto gp

    Dani lebih sebagai pembalap pemantul umpan balik…gak ada pedrosa aman2 aja…intinya ada satu pembalap yg di unggulkan

    • Ban gaib itu terjadi di 2016 Om.
      Ada 9 pembalap yg memenangkan seri-seri race dg segala dramanya, hujan, sebagian kering sebagian hujan, awalnya hujan akhirnya kering, dll.

      Tahun2 setelahnya ducati dan honda sudah memahami ban Michelin ini.. Hanya yamaha tim juara yg belum memahami efek ban ini. Makanya di bilang “ghaib”.

      Entah disebabkan elektronik, atau faktor pembalap yg kurang konsisten.

    • Kalo emang ghaib,Rossi suruh pekerjakan Roy Kiyoshi aja,suruh ngendus2 tuh ban “sepertinya saya mencium keghaib-an yg sangat kental di compound ini,jangan pake !! nanti anda terkena karma” ???

    • Tahun kemaren kayanya ducati pernah juara pake ban soft juga, kenapa pas honda yg pake ban soft aja yg dikatakan ban ghaib

    • diferensiasi tmcblog akan tetap dipertahankan
      kalo mau yang ringan bisa baca artikel tmcblog yang lain kan sehari lebih dari 1 😀

    • Justru semakin mencerdaskan pembaca dengan menyajikan artikel2 yg keren dan berbobot.
      Di blog wak haji.. jujur banyak mendapatkan ilmu2 baru mengenai otomotif dan khususnya dunia balap motogp.
      Keren waakk.. lanjutkan..???

    • Menurut saya justru tulisan tmcblog lebih berisi dan berbobot, ga cuma tulisan/bahasan ringan berdasar opini pribadi tanpa sajian data..

      cukup kaget dg analisa tmcblog di artikel ini, saya jd tertarik utk tau (jika ada) data komparasi penggunaan jenis ban dani dan marc misal selama musim 2017, apakah memang cenderung memiliki kesamaan atau justru berbeda??

  4. itu lah marquez, ketika lagi gak balapan dia itu pembalap yang selalu cengar cengir terus pecicilan wkwk ??
    tapi berubah 180 derajat ketika balapan ??

  5. saya malah menarik bahas vinales yang katanya dia bermasalah sama grip ban dibanding rossi.
    yang menarik pernyataan dia efek dia bilang berat badannya lebih enteng dari rossi sehingga dia kesulitan mendapatkan grip ban yang maksimal di lap lap awal dan itu membuat yamaha M1 cenderung liar.
    hhhmmm padahal seperti kita tau yamaha M1 itu termasuk motor yang jinak, kalo itu sudah dibilang liar apa kabarnya rcv dan ducati yak ?

    • wah agak aneh dan sulit dianalisa kalo dilihat
      Strugge -> berat badan lebih ringan saat awal artinya saat bensin penuh -> bobot total paling berat sepanjang race
      tidak struggle -> Saat bensin menipis atau saat seluruh total bobot lebih ringan lagi
      dua pernyataan diatas sulit dicari silogismenya yang berhubungan dengan berat badan

    • kayanya dr HRC pernah kasih statement begini tentang knp pedrosa kurang perform. berita lama Dan lupa kapan kayanya th 2017

    • kalo vinales naik rcv atau Desmo bisa makin mutung tuh anak kayak masih di Paris Hilton
      kalo pindah dr Yamaha keknya 2 pabrikan itu ga mau nrima deh karna udah tau sifat aslinya

    • Kl benar vinales mempermasalahkan berat dirinya yg lebih ringan daripada rossi, maka dirinya itu yg ambigu. Karena sebelumnya sangat sering ia mempermasalahkan kondisi full bbm di tangki yg berkontribusi terhadap bobot motor.
      Khusus untuk vinales.. sy merasa nih orang hanya punya nafsu dan nyali besar.
      Tp tak punya daya analisa mumpuni untuk dijadikan rujukan.

    • @ramon
      kalo vinales memang gak tau apa masalah sebenarnya, bisa jadi pernyataannya itu adalah apa yang disampaikan oleh crew nya. masalah yang dihadapi vinales adalah tidak menemukan setup yang pas untuk kondisi motor dimana tangki bahan bakar penuh. kalo isinya dah berkurang bisa aja dia ubah setup saat race berlangsung, iya kan?

    • @taufik
      mungkin gak berat badan vinales yg katanya lebih ringan dari rossi mengakibatkan ban belakang lebih lambat mencapai suhu idealnya saat race?

    • Selalu enak baca penjelasan bro @sentolo seperti baca penjelasan bro sutili di kaskus. Curiga orang yg sama 🙂

  6. Nomero Uno is settingan mesin menyesuaikan lay out.

    Jika belum kelar, gmn mau analisis Ban. (just my filing)

  7. kalo liat kasusnya lorenzo yang 2 race berturut turut (salah pilih) ban depan, memang gak semua melakukan hal ini. seperti yang ada artikel wak haji, marquez begini mungkin efek pedrosa yang kerjanya sudah mulai berkurang sehingga harus mencoba kinerja ban sendiri berbeda dengan pembalap lain masih bagi bagi tugas sama rekan setimnya untuk mencoba kinerja ban dan hal hal lainnya.

  8. sy eprcaya pembalap lain saya pikir melakukan riset namun pendekatannya berbeda dengan Marquez di 2 race terakhir jadi secara umum , kita nggak bisa melihat karena terlihat seperti ‘doing bussines as ussual ‘
    kenapa saya bahas khusus mm93, karena menarik dan terlihat signifikan pendekatannya berbeda

    dan saya pikir salah satu pabrikan yang punya kesempatan mereplikasi apa yang dilakukan marque adalah Ducati, secara mereka sudah setlle sama mesin dan sasisnya, Juga Suzuki mungkin

  9. coba cr artikel tentang Lorenzo, Dy bilang terlalu fokus riset ban depan d jerman sampe ga perhitungin ban belakang. hasilnya? drop di tengah balapan

  10. jadi inget jaman rossi masih di honda,pernah baca artikel klo makoto tamada itu lab berjalannya rossi khususnya BAN

  11. Nahh ini sepemikiran sm gw… semenjak Dani mengumumkan pensiun karena cedera dan gak ada passion dalam membalap..Marq harus kerja sendiri untuk pemilihan ban race yg cocok(tentunya sm team juga)..dan untuk Dani kabar tetap d HRC walaupun sdh pensiun Dr balapan..

  12. tapi saat race serngkali compon yang digunakan dani dan marc berbeda, misal dani medium-medium, marc hard-medium yang katanya dikarenaan gaya riding yang berbeda pula.

    • Jelas. Pedrosa gak suka slide. TCnya aja disetting supaya nggak ada slide.

      Kalo stoner dan markes mirip modelnya.
      TCnya disetting supaya masih mengijinkan sedikit slide.

      Makanya pedrosa alus bawanya tapi gak begitu cepat di tikungan. Paling nggak, nikungnya tdk seganas stoner dan markes saat n

  13. bukannya Pedrosa dr lemans udah turun ya gegara kepikiran tawaran Petronas,harusnya Marquez mulainya disaat lemans/Mugello dong

  14. Pembalap lain mungkin fokusnya cari waktu tercepat biar bisa dapat kualifikasi bagus. Jadi dari awal pake ban soft. Padahal itu ban cuma bertahan sebentar.

    Ini ban michelin sensitif suhu dan track.
    contohnya ban wet ya cuma utk wet. Begitu dry dia ancur.
    Beda sama bridgestone yg interval penggunaanya lebih jauh.

    Makanya markes dah bener nih. Tes ban pada kondisi yg mendekati race.

  15. di fp 1 cari time sebagus2nya agar tetap masuk di top 10, selanjutnya fokus pada riset ban, strategi yg bagus memang di saat semua hal2 teknis pada motor sudah bisa diatasi

  16. Benar, semua sdh ready. Hitungan isi waktu luang dan belajar development krn toh front row bs digapai dng mudah, sdngkan kompetitor msh baru 50% ready..

  17. Setuju, orang hanya melihat saat berhasil/menang saja tapi tidak pernah melihat usaha dan kerja keras rider lain. Bukan hanya pembalapnya ternyata penonton/fans juga butuh jiwa sportif utk mengakui kemenangan rider yg bukan idolanya. Apapun alasaannya menang ya menang dan kalah tetap saja kalah.

    • Bisa jadi berbeda pendekatan, Marc akan berada di dunianya, begitu juga dgn jorge. Perbedaan mendasar terutama dari riset pemilihan ban.

      Hal yg paling dimungkinkan berpengaruh adalah riding style mereka yang jauh berbeda. Jorge sampai kapanpun akan seperti itu; smooth like butter, hits like hammer.

  18. kayanya wak haji kagum atas model kinerjanya markes, kalau pembalapnya ntahlah, wong dlu wearpacknya wak haji aja 11/12 sama Jorgelorenzo…

  19. selain berbakat marq juga cerdas,bekerja keras tp ga bnyak cingcong.kayaknya kalo dia di Ducati makin ga terkalahkan.

  20. Kang haji ad fp medsos yg kekeh blg bhwa marc pake ban ghoib.. alias ban soft yg berbeda dr ban soft rider lainnya… krna alasan buar karbitin marc jd icon motogp…
    Nah trus ad msalah yg katanya pedrosa dan MM mempunya setingan mtor yg sama tp gap pedrosa tertinggal hampir setengah detik setiap lap dr MM… bisa buatin artikel analisis performa Marquez dgn pembalap honda lainnya..knpa bsa jomplang performanya…

    • karna puntiran gas,nekan rem, nekan tombol traksi kontrol,dan gaya memiringkan badan yg beda walau motornya sama
      belum lagi faktor internal,yaitu hati dan pikiran, Marquez lebih plong,motor ga ada masalah, kontrak dah beres,gap point Championship jauh
      sedang Pedrosa bolak balik terbang ke udara,sering ga dapat poin,kontrak ga diperpanjang,kena PHP Petronas

  21. Ulasannya mantap wak haji, tapi disodorin artikel kayak ginipun para penggiring opini tetep aja ngeyel kalo ada ban ghoib.

  22. Wak diulas juga dong KTM n aprilia… Kasihan tuh gak dianggep. Salut dah buat aprilia yg belum punya “nama” berani nyemplung moto gp. Daripada si kawasaki dah punya nama besar gak berani nyemplung

    • Maaf maaf saja ya tapi kali ini saya tidak setuju dengan asumsi Wak haji dan bro Nugi di artikel di atas. Dani Pedrosa memang pembalap yang sensitif terhadap perubahan setingan motor tapi hal ini lebih disebabkan karena posturenya yang mini. Hal ini mengakibatkan jika ada perubahan sedikit saja dari setingan motor maka pengaruhnya akan sangat besar terhadap riding position dan lap timenya. Dani Pedrosa mempunyai setingan riding position dan suspensi yang unique yang sangat spesifik terhadap posturenya yang kecil itu. Misalnya saja spring belakang pembalap MotoGP rata2 adalah 85-90 Newton sedang punya DP hanya 77N. Jadi menurut saya agak tidak masuk akal jika menggunakan data Pembalap yang mempunyai setingan paling beda untuk digunakan pada pembalap lain. Terlebih saat ini Dani Pedrosa kesulitan dengan ban Michelin kompon baru yang lebih keras jadi tambah aneh lagi jika Marquez memilih kompon ban berdasar data Dani Pedrosa sementara dia sendiri struggle CMIIW

    • Rasa-rasanya emang gitu. Udah jamak antar pembalap bagi data, tapi keputusan akhir tetep ke pembalapnya. Kombinasi yang mana yang membuat dia Pede dan dapat feel yang pas buat balapan. Post interview kmrn juga Marc udah bilang kl mungkin terasa aneh, tp dia ngerasa kl ban Medium jadi terlalu lunak di beberapa area, dan ban Soft bisa lebih kerasa. Dan dia mempercayai instingnya.

      Sebenernya wkt Q2 juga keliatan kok, Marc dua kali ganti motor. Flying lap pertama setelah dia mencetak waktu tercepat, dia ganti motor kedua, tapi sebelum ganti motor, dia ngomong sesuatu k mekaniknya. Begitu Marc pake motor kedua, motor pertama langsung ganti ban. Setelah itu, baru Marc ganti motor pertama lagi dan bikin lap tercepat di lap kedua pas akhir sesi Q2. Gambling, bisa jadi. Tapi mungkin Marc berpikir, klpun g bisa dpt pole, setidaknya bisa start di baris kedua. Toh dia tahu karakter motor plus sirkuit, dan udah punya cukup data dari hasil simulasi balap di sesi-sesi sebelumnya. Ndilalah, kok dapet pole……………

    • Sharing data antar pembalap dalam satu team emang jamak dilakukan. Tapi kalau menyatakan bahwa Dani Pedrosa selama FP menjadi test bed untuk penentuan ban Marc Marquez sepertinya terlalu jauh, mengingat kedua rider punya posture, riding style, riding position, dan settingan yang berbeda. Data data pembalap lain bisa dijadikan pembanding/referensi kalau dijadikan dasar penentuan pemilihan ban saya agak sangsi.

    • Setuju. terlalu jauh menyatakan kalau data Dani jadi test bed buat Marc.

      Mungkin karena Marc adalah pembalap HRC, jadi banyak yg melupakan kalau dia sebenarnya sudah survive dan sukses di era perubahan suplier ban dari Birdgstone yg banya pasti kl hard y hard, soft y soft serta grip ban belakangnya jempolan k Michelin yg g bisa diprediksi. Begitu juga di era perubahan ECU mjd single suplier ECU. Terlepas dari tim HRCnya sendiri, setidaknya dia mau dan bisa beradaptasi dengan perubahan kondisi yang terkadang juga tidak menguntungkan. Alih-alih, malah banyak yg bilang kalau Marc pembalap karbitan, menang motor, menang karena ECU, dan yang terakhir krn dikasih ban ghoib……..

  23. Kalo menurut saya sih sederhana aja..
    Marquez itu berusaha satu jiwa sama bannya..

    Dia tau di lap berapa bannya mulai dapet suhu yg pas

    Dia tau harus ambil jarak dengan rider di depannya saat ban depan mulai overheat

    Dia tau dimana limit bannya saat memasuki lap2 akhir

    ….dan dia juga tau bagaimana menyelamatkan diri saat ban depannya kehilangan grip alias lowside

  24. Kedepannya mungkin akan ada info temperatur ban ke pembalap saat race, bs dengan fto termal trs diteruskan ke dasboard pembalap ato dg pemasangan sensor lgsg pada ban shg pembalap bs tau kapan sj kondisi ban. Mungkin lho ya, ato malah udah

    • kayaknya belum nih, kalo udah pasti ada yang bahas.
      malah saya punya imajinasi yg lebih radikal lagi, suatu saat akan ada alat yg bisa mengontrol suhu ban itu sendiri, setidaknya yg paling masuk akal adalah membantu menaikannya ke suhu ideal

    • kalo di f1 dah ada yang seperti itu..seperti ban hard maksimal bertahan berapa lap, atau ban soft bisa berapa lap…

    • belom ada bro contoh kasusnya pada gp argentina 2015 sama marquez. saat itu kan dia sudah memimpin jauh didepan namun suhu lintasan tiba tiba meningkat dengan sendiri, alhasil marquez cepat mengalami degradasi ban yang parah dan berhasil diudak rossi yang sebenernya jauh berada dibelakang. waktu itu santi hernandez sempet mengukur suhu lintasan melalui aspal di paddock dan diketahui suhu lintasan meningkat tapi yak itu dia bingung menyampaikan infonya ke marquez.

  25. saya sih gak setuju analisa ini

    menurut saya gaya balap Cal Cruthlow lebih mirip Marquez, hanya saja tahun ini RCV memang spesial cuma MM yang bisa pegang, CC memang bisa juara 1 kemarin-kemarin, tapi setelah itu banyak ndlosornya karena embuh ngopo aku yo gak ruh wak

    • Itu bikin penasaran juga ya.
      MOTOR, sekencang apapun dia. Tugasnya hanya satu; membantu rider mendapatkan kemenangan. Itulah motor yang baik.

      Seharusnya dengan minimnya masalah motor, banyak rider motor tsb. bisa merengkuh poin dengan baik. Karena dgn minimnya masalah, motor seharusnya paling nurut dan paling bisa diajak ‘menang’

      Kalo yg terjadi seperti sekarang (?) gua sendiri malah mikirnya masih ada sesuatu yg belum ‘klik’ di RCV.

      Fenomena RCV terlihat sebagai ‘motor terbaik’ saat ini hanyalah anomali dari sosok satu rider. Pikirin aja masa diantara rider RCV hanya dia yg konsisten (?)

      Cal dan Takaki bahkan lumayan sering CRASH entah knp (?) apakah masih ngeluh liar entahlah ?
      Dani letoy bersama barisan rider tak terekam kamera. (Dia lebih ke masalah psikis sih).

      Apa yg kita dapet dari itu?
      They say Honda paket motor terbaik? Hemat saya, ternyata ya engga sesimpel itu juga.

      Bila diliat dari kacamata motor sebagai variabel tunggal—engga begitu adanya. Bahkan M1, via Rossi dan Vinales justru lebih bisa menghantarkan rider untuk merengkuh poin dengan baik. Dua rider Yamaha di 3 besar adalah prestasi yg cukup baik bagi Yamaha Factory. Despite masalah ini dan itu, nyatanya raihan duo Yamaha itu lebih baik dari MM + Cal (jangan masukin Dani karena faktor psikisnya udah gak ketolong)

      Tapi, kalo dilihat secara paket, dimana RCV sbg mesin dan MM sebagai rider… memang sepaket tsb. adalah (kemungkinan) kombinasi terbaik di musim ini.

      Pertanyaannya, apakah Honda telah salah arah dengan membuat paket motor yg bersifat terlalu Marquez-sentris?
      Mengapa Honda gagal membuat rider-ridernya konsisten di trek?

  26. Di banding analisa lebih mirip gosip wa(bercanda). Hahaha
    Kurang setuju aja wa.. Karena seinget saya marquez ma dani lebih sering pake jenis ban yg berbeda dari dulu kecuali dengan carl Crutchlow, Marquez lebih sering sama..
    Saya pikir lebih alesan karena lorenzo yg sering ngacir duluan…

  27. Agak kurang setujunya sama ulasannya. IMHO, metodiknya Marc tidak bisa lepas dari kejadian di Argentina kmrn. Dg ancaman penalti, Marc udah ngerasa kl Pedang Damocles udah digantung di atas kepalanya. Dia g bisa lagi grabag-grubug, gulat sama motornya biar bisa cepat. Apalagi RC213V seri 2018 klop banget kombinasi sasis-mesinnya, plus Marc sendiri juga udah ngeklik sama Santi Hernandez dan krunya (Perneh denger dr Opa Oxley, dia denger dr salah satu mekanik kl dia pernah liat Marc datang pagi-pagi k paddock dan bareng krunya beresin Paddock).

    Dengan motor 2018 ini, Marc harusnya g perlu lg ky d musim 2016 dan 2017 yg bilang “Please take care the front, I’ll do the rest of it”, dan kejadian di Argentina jadi tamparan buat dia. Terlebih lagi Oom Schwantz udah ngomong “”Calm the f*** down. He doesn’t have to do every lap where he’s pushing the front, sliding the back, almost crashing, just about saving it. Smooth is fast, not ragged. Almost crashing all the time is what leads to you running into people. He needs to rethink his outlook. We know he’s a great talent, we know he’s fast, and if he could ever learn to be smooth and fast, I think he’d be amazed how quick he could be.”. Dari situ, dia mulai merubah cara balapnya, toh cara balap smooth tapi tetep agresif juga tetap bisa bikin Zarco kompetitif.

    IMO, dari situlah Marc mulai berubah. Dia masih pushing to the limit di sesi FP dan QP, tapi lebih pada membuat simulasi balap dan mengumpulkan data. Setelah dirasa datanya cukup, baru dia fokus flying lap untuk bikin waktu tercepat. Jadinya terkesan gambling karena dia fokus nyari lap tercepat di akhir sesi. Tapi kl data udah cukup, dan feelnya dapet, it boost the confident. sehingga dia bisa push. Namanya judi, tapi kl terukur y kemungkinan untuk menang juga besar, toh semua juga probabilitas. Sebanyak apapun perssiapan kita, kl Tuhan g mengijinkan, y masih ad 5% kemungkinan gagal.

  28. Mungkin aj. Tapi kembali lagi ke prioritas masing-masing pembalap. Sebelumnya, Dovi juga lebih sering bikin simulasi balap di sesi FP drpd mikirin bikin lap tercepat. Toh mereka juga harusnya tahu kelebihan dan kekurangan motornya. Seperti misalnya GP18 kmrn, kelebihannya ada di power dan akselerasi, tapi kelemahannya kalau belok, pembalapnya harus memanfaatkan rear brake untuk mengoreksi arah motor. G heran, gara-gara salah settingan di bagian belakang Lorenzo langsung kececer. Ngerem susah, belok apalagi…………..

  29. @cetar membahenol setuju bro. Kecerdasan Marc emg luar biasa. terutama refleknya. Tidak hanya di lintasan, diluar trek juga. terlihat pas mau naik podium, ato pas ngobrol dengan partner kerja atau temannya. Gak heran suzy perry nyuruh dani cek tubuh Marc, bener orang atau mesin

  30. Jd Inget lg artikel wak Haji 2014 dari kacamata seorang livio supo perbedaan antara marc dan stoner jika kalah! Dalam menghadapi sebuah masalah, marc lebih suka kalem dan tetap fokus bekerja dalam team di masalah tekhnis, marc akan memanggil semua crew pit(termasuk dari ohlinns,michelin) dan bekerja memecahkan masalah dari sudut pandang masing2 divisi dan di simpulkan berdasarkan fakta data di lapangan…dan cara fokus seorang marc akan menggila ketika dia berada dalam tekanan!!! Jadi semakin dia dalam tekanan, semakin banyak solusi yg akan dia dan team temukan! Kebetulan 2018 ini terulang lg ada “tekanan” di seri argentina dan 2 kali kemenangan beruntun dari lorenzo! Jadi kalo mau ngalahin marquez…jgn kasih presure ke dia, malah bisa di tinggal 2x lebaran nanti..hahaha

  31. Hanya sales fby saja yg masih berpikir ada ban ghoib.. Kalau ada y pasti sudah ketahuan sama dorna dan pembalap lain, dan yg pasti diprotes, dikira balapan kampung apa sampai bisa menyembunyikan ban ghoib..”MIKIR”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here