TMCBLOG.com – Bro sekalian, Masalah Yamaha M1 menurut valentino Rossi masih hadir sampai di race kemarin di Brno . ..  namun sejatinya bukan masalah yang membuat Yamaha sulit konsisten berada di barusan terdepan race, hanya masalah yang membuat Valentino Rossi dan Maverick Vianles tidak bisa menyamai Pace Honda dan Ducati saja . . Banyak yang menyangka bahwa sumber masalah adalah karena Yamaha belum bisa memaksimalkan penggunaan Software/ elektronik dari Magneti Marelli, ujung ujungnya menunjuk Muka Honda dan Ducati yang main cerdik agar dapat lebih cepat adaptif dengan memiliki teknisi elektronik jebolan dari Magnetik marelli dalam struktur Team mereka . . Namun akhir akhir ini hadir spekulasi lain dari sumber masalah yang mengelayuti Pabrikan berlambang garputala ini sob . ..  apa itu ? Cekidot deh . .

Half Crankshaft YZR-M1

Informasi ini tmcblog peroleh dari diskusi motomaters dimana Penulis Buku MotoGP technologi, Om neil Spalding mengajukan hipothesis bahwa disinyalir ada sedikit kesalahan dalam proses pembuatan Crankshaft Yamaha M1  . . . Kesalahan tersebut adalah kesalahan dalam penentuan massa atau bobot dari bandul Crankshaftnya sob . .

Half Crankshaft YZR-M1

Om Neil mengatakan bahwa di MotoGP Crankshaft adalah hal no 2 yang paling berpengaruh untuk Performa dari Motor di MotoGP setelah ban. Penentuan Massa dari bandul Crankshaft sangat lah menentukan. Jika Bandul CrankShaft memiliki massa yang tinggi ( berat ) maka akan merepotkan saat berakselerasi. Jika Crankshaft  terlalu ringan dengan inersia yang dihasilkannya akan membuat Ban belakang Spining . . semua ini jelas tentang inersia atau kelembaman dari pergerakan Crankshaft di mana Hampir semua Pabriakan sudah mengadopsi Model backward Rotating Crankshaft . . . . so Om Neil memuarakan opininya ke Crankshaft Yamaha M1 yang terlalu ringan

Crankshaft YZR-M1

Permasalahannya, Jika hipothesis Om Neil Spalding benar adanya, Maka kasus Yamaha di 2018 ini mirip seperti kasus Suzuki di 2017 yang lalu yang salah pemilihan mesin, atau lebih detailnya untuk kasus Yamaha di 2018 ini adalah salah dalam pendesainan komponen jeroan mesin. Patut dicatat  bukan desain bentuk, melainkan aspek lain sepeti bobot ( massa ) dari Komponen Dalam hal ini Crankshaft . . Yang jadi masalah adalah, Yamaha seperti Juga Suzuki di tahun 2017 dilarang merubah apapun dari Crankshaft tersebut karena mesin diBekukan/ disegel . . Harus pakai Pintu lain untuk bisa melawan ( mencounter ) dari efek ‘terlalu ringannya ‘ Crankshaft yamaha M1 2018 ini . . . salah satunya adalah melalui elektronik.

Dari beberapa diskusi, untuk bisa meng-counter efek spin yang diakibatkan Crankshaft yang terlalu ‘ ringan’ butuh Computer ( ECU ) dengan Speed GHz yang lebih tinggi dan ini lah disinyalir Yang jadi handycap selanjutanya secara ECU dan Elektronik MotoGP yang buatan magneti marelli tidak seleluasa Inhouse pabrikan terutama soal CPU speednya . . . Baruah disini hadir kebutuhan mekanik yang lebih dalam ngerti elektronik, dan mamang muaranya bisa jadi ke kebutuhan mekanik jebolan Magneti Marelli

Baca Juga : Fake Firing Yang jadi BackFire Buat Ducati MotoGP di 2017

Cara Lain adalah Via IMU mumpung IMU masih dibebaskan . . Namun jelas akan ada banyak YEN yang harus keluar . .   so apakah yamaha hanya bisa pasrah dalam menjalani race tersisa kedepan sambil berusaha konsisten meraih point sambil menunggu Yamaha M1 MY 2019 dengan update Massa dari crankshaft ? atau mereka akan hantam cara lain no matter it cost ?  silahkan dikunyah kunyah dan  share opinimu sob  . .

Taufik of BuitenZorg

116 COMMENTS

  1. ini baru ilmu Teknik rekayasa … semua ada ukurannya, ada ilmunya …..jadi gak cm modal tangan belepotan oli, pegang bor, main bubut, ngelas sana ngelas sini, bikin cat nge-jrengg, nge-set mesin di jalanan kampung, trus koar2 kerja kreatif 😀

    • Wanto@ Yo jangan gitu to bos,, semua kan ada levelnya.
      Yang parah itu yang pintar tapi sombong (sedikit dosa wajar). Dan yang paling parah itu yang gak bisa ngapa2in tapi berharap terlalu tinggi/sombong.

  2. jika memang ini benar wak, benar2 tingkat tinggi nih jadi tambah pengetahuan juga, tapi masih butuh refrensi lain atau faktor pendukung lainnya karena jelas hanya pihak yamaha yg mengetahui secara pasti

    • Yap benar, secara umum thesis Om neil ini sebenarnya thesis umum mengenai penyebab spin ban belakang yang ebrhubungan dengan crankshaft . . artinya mekanik balap biasa pun mungkin seharusnya bisa secara silogisme berfikir ke sana, Bukan sebuah opini yang sangat complicated, imho

    • makasih om penjelasannya, jadi ini thesis secara umum faktor penyebab ban spin, info yg benar2 menambah wawasan hatur nuhun

    • sebenernya juga disinkronkan dengan bagian elektronik, mereka mgkn sudah konsultasi dengan elektronik, bisa gak ngontrol nih bandul jika dibuat lebih ringan, mgkn berdasarkan data yg udah dimiliki elektronik merasa bisa, dibuat tp kenyataannya gak match masih ada eror or bug

  3. Hmmm antara terlalu ringan atau berat itu selisihnya berapa gram ya?
    jika memang selisihnya besar.. jelas itu salah insinyur. ceroboh banget dahh perhitungannya

    • Bukan masalah penentuan berat doang, variabelnya buanyak mulai dari desain bandul kruk as dan lainnya..
      Mesin motor balap itu kompleks, gak usah main ke jeroan MotoGP deh.
      Bikin mesin sekelas motor bebek road race kejurnas 115-130 cc aja puyengnya minta ampun..
      Karena sebuah mesin adalah sebuah sistem dan bagian dari sistem.
      Jadi perubahan SE-KECIL APAPUN akan berdampak cukup signifikan ke sektor lainnya. Perlu di refresh juga ingatan kita kalau lebih lambatnya sebuah motor MotoGP adalah hitungan sepersekian detik. Bukan lebih lambatnya sebuah Beat dari sebuah Sonic

      So bukan masalah beda berapa gram-salah insinyur-insinyurnya ceroboh-pembalapnya gak bisa milih paket dan lain lain lain lain…

  4. Lbh prefer pendekatan ala Marc… Cost teknologi tggi yg d imbangi dg riset ban dg detail.
    Tp y balik lg, motor mndekati sempurna tp pembalap tdk mmiliki kcerdasan/kmampuan yg ckup y ngaplo… ?

  5. Dugaan saya itu bukan salah desain namun lebih ke arah tujuan perancangan karena tadinya di 2 musim sebelumnya Yamaha kesulitan mengejar top speed Honda & Ducati seperti keluhan racernya, untuk itulah dibuat crankshaft ringan untuk mengejar speed/ akselerasi, hak ini terlihat di musim lalu & sekarang speed/ akselerasi M1 bisa mengimbangi Honda & Ducati di trek lurus. Namun hal ini membawa konsekuensi M1 menjadi brutal, khususnya di buritan, menurut Rossi.

    • logis seperti ini. tadinya secara perhitungan elektronik bisa handle masalah spin/over power, ternyata masih belum bisa karena terlalu lama mikir. hasil test juga sebenarnya gk buruk, namun tertinggal dengan yang lain. sementara mengubah engine sudah dibekukan. langkah lain tinggal utak-atik ECU, aerodinamik, geometri dan bobot.

    • Betul, setuju banget. Inilah yg menurut saya Yamaha bener2 kehilangan sosok Jorge Lorenzo. Selain skillnya di atas M1, doi pernah blg, kekuatan M1 bukan pd pol2an gas nya. Tapi stabilitas tinggi dan biarkan M1 meluncur mulus di tikungan seperti rel kereta. Kalau dipaksa kencang malah dia jadi lambat.. jgn siksa M1 kalau mau juara. Ibaratnya biarkan dia juara dgn caranya. Dgn hadirnya mesin brutal utk mengejar top speed seolah2 hal ini hanya menghancurkan “bakat alami” M1.. konstruksi M1 yg mungkin tidak cocok dikasih jantung powerfull. M1 dikenal lemot, modalnya cuma jago nikung. Tapi jagonya betul2 jago. bayangkan saja, dgn segudang problem yg mendera factory yamaha masih ada di posisi tertinggi klasemen tim. Bukan musim ini saja, tapi kita tengok tahun2 sebelumnya, artinya motor ini adalah motor juara yang butuh rider berskill juara. Saat tim lain sdh pake
      Seamless Shift Gearbox, M1 masih konvensional (saat itu), yg lain sdh V4 sampe detik ini masih inline4. Dengan teknologi “ala kadarnya” M1 masih motor juara. Ini harus bener2 disadari yamaha mereka punya motor yg emg “gokil”.. lin jarvis jg prnh blg SSG bikin kamu cepat 0,01s tp rider bagus bisa membuat cepat 0,1s. Jgn2 problem yamaha sbnrnya adalah butuh Marc Marquez hehe.. Sorry to say rossi memang hebat di atas M1, tp motor ini butuh rossi usia 25 tahun

    • Thesis : a statement or theory that is put forward as a premise to be maintained or proved.

      Thesis juga bisa berarti sbg itu tadi ; karya ilmiah jenjang master kalo di ID. Kalo di US/AUS, Thesis itu karya ilmiah untuk college degree setara S1 – bahasa Indonesianya ; Skripsi.

  6. Seandainya Yamaha bisa menyediakan 4 motor spek pabrikan plus test rider yg jenius, mungkin permasalahan ini bisa segera diselesaikan sebelum mesin disegel (winter test).

    • Bisa iya bisa juga tidak, karena mesin tidak di ujicoba diseluruh track motogp, bisa jadi cocok di satu sirkuit tpi tidak cocok di sirkuit lainnya. Ketika mesin sudah disegel yg bisa merubah keadaan selanjutnya salah satunya sistem elektronik. Imho

  7. yamaha 2018 = suzuki 2017 ??? gak salah nih ?
    suzuki 2017 wajar salah pilih mesin karena pembalapnya baru semua disuzuki jadi belom paham karakter suzuki. lahh kalo yamaha ?? katanya apa dokter kan yang bisa paham dan tau karakter M1 sampe hal terkecil, ko bisa sih salah pilih mesin ? ??

    • Yes bisa banget.. Kan semua pembalap itu manusia yang bisa salah, bukan levelnya Tuhan.

      MotoGP kan ada pembatasan sesi uji coba, pembalap gak sesering jaman MotoGP 2002-2008 berinteraksi dengan calon motornya di trek.
      Bisa dibayangin kalau para riders akan dihadapkan sama pusingnya beberapa pilihan paket motor dengan segala kelebihan dan kekurangannya yang mereka sendiri gak akan pernah tau seperti apa jalannya satu musim ke depan, karena riders bukan paranormal macam Mama Laurent atau Ki Joko Bodo..

      2017 Suzuki, 2018 Yamaha, 2019 ??? Bisa jadi junjungan kalian yang terpuruk selama semusim..
      Maka dari itu ejekan, nyinyiran gak ngasih solusi apapun dan tidak membuat pembaca lain menjadi pinter..

      #SaveSmart

    • hahahaha ada yang kesindir nih fumi ?
      sorry nih dengan ada nya kasus seperti ini yang bilang rossi manusia biasa itu memang benar adanya dan wajar. komentar saya seperti ini hanya ingin menunjukan ke pada fumi garis keras, heyy idola kalian yang kalian tuhan kan itu valentino rossi seorang the doctor pun masih bisa salah. jadi ketika fumi tidak suka kepada pembalap lain karena membuat kesalahan jangan lah kalian memaki. toh seorang rossi yang ada puja puja dan tuhankan pun bisa salah.
      #think smart

      • Nah komentar kayak begini justru jelas.. Bukan saling sindir.
        Gue sih gak kesindir boss

        Masih banyak kok fans Rossi, fans Marquez dan fans Jorge yang menikmati MotoGP dengan akal sehat.
        Dan banyak juga komentator blogger yang cerdas gak suka nyinyir, maka jadilah lo dalam salah satunya.

    • Masalahnya tes pra musim kebanyakan di asia yg sirkuitnya gede, traksi bagus. Cuma 1x aja di valencia (yg mewakili sirkuit kuno di eropa). Bagus di qatar, sepang, belum tentu bagus di jeres, brno.
      Wajar aja sih kalo ada salah pilih mesin.
      Namun diakui atau tidak, level yfr setelah ditinggalkan paduka hohe. Jauh menurun.

    • Mantap om nugie….keplak2 in aja para nyinyiers yang lagi senang junjungannya lagi diatas…giliran junjungannya lagi terpuruk ganti nama deh….hehehehehehe

    • Kan gue punya wewenang pak Suryadi yth.
      Dan lu gak tau soal upaya blogger yg pengen nyaring komentar kan?
      Selama komentar gak menyulut gak akan gue hapus.
      Silahkan berpendapat apapun, saya gak peduli, masih bisa tidur nyenyak kok.
      Hihihihi….

    • makan tuh yang komen ga cerdas, ketauan ente fans garis keras yang ga tau arti balap sesungguhnya
      Saya juga fans VR46 dengan segala hormat kepada fans lainnya tapi masih dengan akal sehat, mengidolakan bukan berarti menjadikan tuhan, kalau soal berita kaya gini langsung deh fans2 sebelah caci maki bukan di pahami isi beritanya

  8. sebelom seri brno ceko semua orang memuja muja yamaha, yamaha lagi masalah aja bisa gerecokin marquez. apalagi kalo sudah gak ada masalah ?
    tapi semua orang lupa, yamaha konsisten tahun ini bisa podium dan tim movistar nya peringkat 1. itu semua karena musuh utama marquez tahun kemarin yaitu dovi lagi kena masalah mental yang naik turun, si lorenzo beberapa kali salah pilih ban depan. tapi ketika dovi dan lorenzo kembali ke treknya, disitu lah kelihatan aslinya yamaha musim ini. ducati naik turun aja sulit menang, apalagi kalo ducati lagi naik ? inget paruh musim kedua ini banyak trek yang cocok sama honda dan ducati.

  9. waduh, kalau salah satu solusi yamaha 2018 ini dengan utak-atik IMU bermodalkan YEN bakal berat wak taufik, coba kalau modalnya DOLLAR, baru deh yamaha mampu.
    #KipasKipasDollar

  10. badul 4 silinder sampe terlalu ringan buat 1000cc bahanya dr apa ini. gak kebayang betapa mahalnya part yg terpasang di mesin Gp

    • Mesin V4 memang punya konfigurasi bandul crankshaft yg lebih sedikit dibanding inline 4, mungkin itu kamsudnya ya bro

  11. mungkin merubah setingan CoG dari yamaha M1 bisa sedikit mengurangi masalah spin ban belakang…
    kita tahu kalau mesin inline itu cenderung lebih berat ke depan..beda dengan mesin V yang CoG nya bisa dikatakan seimbang…

    • yap ini bisa dilakukan, setingan sasis . . secara sasis tidak dibekukan pengembangannya
      cuma memang harus berfikir menyeluruh, perubahan cog bisa jadi akan berefek ke hal lain . . takutnya spin hilang, masalah lain menyusul

    • analisa ngawur saya sih begini…
      yamaha terakhir juara itu di tahun 2015 dimana masih memakai knalpot yang panjang..yang mana kedua pembalapnya sangat kompetitif…

      begitu di tahun 2016 sampai sekarang memakai knalpot pendek (slash cut) justru yamaha malah sering bermasalah dengan traksi ban belakang…dimana saat tahun 2016 paduka hohe juga struggle…

      mungkin yamaha bisa kembali ke knalpot panjang agar menyeimbangkan bobot antara depan dan belakang…

      ini analisa ngawur saja….

    • Yamaha 2015 bukannya udah pake knalpot slash cut ya? Soalnya seinget ane terakhir Yamaha pake knalpot panjang kan tahun 2014 gan

    • Kalau ngubah titik cg, karakter motor akan berubah signifikan, cg sangat berpengaruh, rata2 pusat cg ada di rider, jdi handling motor netral, dan agility bagus, kalau d buat ke belakang, depan jdi nose heavy, susah nurut n cenderung understeer, kalau d buat kedepan, saat nikung buritan jadi liar, dan pengereman keras susah jdi 1 garis, ban belakang menari nari, CMIIW analisa ane aja sih itu
      Memeang gakda motor paling hebat atau apalah, semuanya adalah optimalisasi dan kompromi, karna mungkin power n topspeed honda n ducati terlalu digdaya untuk M1 maka M1 ikut jejak mereka, ternyata bikin masalah baru…
      Sangat make sense komen sebelumnya kalau yamaha memang berusaha mengejar honda n duc d lintasan lurus, tpi dampaknya ternyata negatif

  12. Masalahnya tes pra musim kebanyakan di asia yg sirkuitnya gede, traksi bagus. Cuma 1x aja di valencia (yg mewakili sirkuit kuno di eropa). Bagus di qatar, sepang, belum tentu bagus di jeres, brno.
    Wajar aja sih kalo ada salah pilih mesin.
    Namun diakui atau tidak, level yfr setelah ditinggalkan paduka hohe. Jauh menurun.

  13. RC16 bukannya jg pny masalah yg sama, over spin ban belakang? Utk Suzuki, bukannya tahun 2017 msh pakai mesin 2016 era Vinales krn sdh pede dng mesin tsb? CMIIW

  14. sebenarnya sich karena kompetitornya kebih kuat aja,

    ducati karena sekarang kebih baik, honda sedikit leboih baik dan karena ada MM

    coba kalu honda dan ducsti spt 2015, yach m1 menang

  15. Kelewat pede bereksperimen dengan mesin tanpa memperhatikan kecocokan dengan elektronik, apalagi tahun depan imu pun disegel, apa ga tambah pusing, harusnya bikin hitungan mesin yang sejalan dengan elektronik, biar elektronik bisa handle

  16. Saya nebak,yamaha sengaja buat crankshaft ringan biar akselerasi bertambah dan itu terbukti. tapi ecu MM mreka lambat cari ahlinya sehingga tdk bisa fix 100%. Nah apakah yg akan dilakukan yamaha mula balapan depan, biar spin ban blkg bsa ditekan,..klo scr kasar mgkn bs ubah bobot ke rear,bikin agak rendah bagian belakang. Entahlah lagi. The doctor pasti pusing mikirnya,krn dsrh cri ahli ecu dr dulu gak mau. trus tahun dpn imu direset. pasti galau mekanik semua. Mgkn yamaha bakal tetap bersaing di klasement 2,3 musim ini.

    • Ducati sudah kompetitif banget nih bro.. Di trek yang mereka sering inferior aja bisa bagus banget progressnya
      Bisa dibilang Yamaha sedang dalam masa paling kelam selama kiprah mereka di grandprix.

    • Yap soal crankshaft ringan yang behubungan dengan spin ban belakang sebenarnya secara inersia adalah sebuah ‘rumus umum’ .. cuma saya juga heran kenapa saya juga baru kepikiran .. kalo mau di terlusurin lagi bisa ke arah jumlah bandul antara inline 4 dan V4 … ini menarik ..

  17. menurut saya emang mungkin hipotesis om neil bener tapi di sisi lain dengan perkembangan ECU yang sekarang sangat mungkin untuk kontrol spin ban dari ECU, dan kalo dari ECU bisa di ubah untuk semua track bisa pake spin atau gak cuma parameter ECU MM super kompleks tidak seperti ECU motor masal paling terbaik adalah belajar terus ECU MM solusi paling baik atau bajak aja kaya sebelah

  18. Mesin biasa ? Dari katanya juga sudah “biasa”. Mesin moto gp jauh lebih kompleks. Bobot crankshaft lebih ringan dibilang mesinnya salah? Menjadi salah itu karena tidak bisa dimanfaatkan. Jika bisa menghandle dengan baik yakni penggunaan ecu dengan optimal, saya rasa spinning di ban belakang M1 akan berkurang.

  19. solusinya adalah
    bajak orang dalam MM
    atau kembali pakai brigestone???
    karena saya merasa sejak michelin datang Yamaha kesulitan

  20. Akh yamaha mungkin tinggal pasrah saja dgn otak atik ecu dan imu yng ada dirasarasa kalo hantam ama vulus itu bukan jalan yamaha dan pasti rugi dgn sekelas pembalap vale dan vinales

  21. Yamaha tuh g cocok pke michelin krn lemah ban blkg dan honda g cocok pke bridgeston krn lemah ban dpn. nah? apakah lbh baik blh ad 2 pabrikan ban aj dimotogp tahun dpn. info smpat bc diblog.

  22. to: bro nugie
    bro nugie ini kalau nulis artikel bahasa (dan typingnya) enak diikuti, cenderung pakai EYD gitu (imho), santun, ngalir gak banyak (bahkan hampir gak ada) typo, bahkan kapitalisasi aja diperhatikan. tapi kok kalau pas ikut komen gaya bahasa yg dipakai trus berubah banget gitu ya bro? pakai ‘lu’ gitu. saya tidak bicara boleh gak boleh ya bro nugie, cuman beda aja rasanya.

    • Kalau di artikel supaya enak dibaca, dan beberapa pembaca ada dari luar negeri supaya mudah dipakaikan Google translate… Itu pertimbangannya..
      Kalau kolom komentar sih lepas aja, gaya bahasa macam lagi ngobrol sama kawan di warkop mas bro..

      Ente ane, gue elu, saya anda… bebas..

  23. Sampai segitunya ya mas, saya jg sdh curiga semenjak m1 mau update mesin. Dr situ bknnya kompetitif mlh jeblok. Msh jos masao furusawa kyknya.

  24. Oke itu hanya opini…

    bandul produk massal Yamaha terkenal berat ditunjang dgn Dgn durability yg kuat …

    mungkin juga kalau di motor M1 Yamaha Movistar pakai bandul ringan yg bermuara pd power spinning akselerasi yg berlebih..

  25. btw … untuk engine 2019 … yfr apa sudah mulai uji coba engine belum yah , kalo ga salah kmarin masih di fairing aja ya ? … banyak banget materi-2 bagus hari ini di TMCblog.com …

  26. Yg saya kuatirkan, permasalahan sesungguhnya ada di konfigurasi INLINE yg mungkin memang selamanya gak cocok sama Michelin..

    Nah loh??

  27. padahal honda juga backward, berarti sebenarnya asalkan desain tepat counter rotating bukan masalah buat downforce. kalau engine bisa lebih ditidurkan bisa tuh menambah efek downforce ketika berakselerasi. kan muaranya dari akselerasi pembakaran. kalau piston berakselerasi ke bawah, engine (dan chassis serta motor) berlawanan ke atas. mesin V honda dan ducati cuma 2 piston ke atas, yang 2 lagi ke depan. yamaha 4 piston ke atas semua. mau gk mau engine inline 4 paling kecil downforcenya.

  28. Dari semua opini yang telah tersaji di kolom Komentar, tinggal siapa nih yang opininya paling mendekati? Caranya, tes praktek langsung

  29. Kayaknya masao furusawa harus turun gunung,krn dialah bapaknya M1..dan dialh yg nyuruh rossi ngetest 4 mesin berbeda awal pindah k yamaha..rossi memilih crossplane ini,yg buat geleng2 masao furusawa rossi memilih mesin yg lambat,yg penting stabil dan mudah dkendalikan..
    Nice info wak haji & masbro nugie cmiww

  30. JL99 solusinya buat Yamaha untuk kembangin M1 kearah yg baik. saat ini M1 serasa hilang speed corneer dan akselerasi yg sdh jd ciri khas M1.

  31. Kayaknya masao furusawa harus turun gunung,krn dialah bapaknya M1..dan dialh yg nyuruh rossi ngetest 4 mesin berbeda awal pindah k yamaha..rossi memilih crossplane ini,yg buat geleng2 masao furusawa rossi memilih mesin yg lambat,yg penting stabil dan mudah dkendalikan..
    Nice info wak haji & masbro nugie
    Salam gasspooll

  32. Suka tidak suka memang sulit untuk melupakan seorang VR.
    FBM selalu membandingkan seorang Marquez dengan VR, kenapa harus VR yang sudah tua sebagai patokan kesuksesan, pasti kata-kata semenjak Marquez masuk MotoGp maka VR puasa gelar, padahal era VR sudah berhenti sebelum Marquez masuk kelas MotoGp.

    Yang jelas ketika duel VR dan Marquez untuk podium 1 maka VR yang menang, tetapi jika duel untuk berebut podium 2 atau 3 maka Marquez yang menang (podium 1 diamankan JL).

  33. Kalo waktu tangki bahan bakar dipindah ke belakang waktu itu buat ngatasin spin ban belakang juga bukan wak?atau ada bocoran barangkali selain yamaha ngetes bentuk fairing kemarin2 ini buat ngatasin problem di musim ini?mungkin pemberat2 atau mainin imu gtu wak?

  34. Dan feedback Rossi lebih berharga daripada Vinales, kata Meregalli …

    Rossi : Vinales tidak punya sejarah dengan Yamaha, sedangkan aku sangat paham evolusinya. Menurutku M1 2017 kehilangan sesuatu.

    Kayaknya dua-duanya bukan rider yg jago develop motor jaman now. Hehehe

    Meregalli
    Galbusera
    Forcada

    Kayaknya ga kerja maksimal.

    Forcada udah fix ninggalin Vinales. Mudah mudahan aja penggantinya cocok.

  35. Masalah yamaha cuma satu, cuma mendengar masukan rossi…
    Jaman vr & jl, malah jl yg sering juara…
    Sejak vr balik ke yamaha jadi manja. Yamaha ga ada bagusnya, selalu ada yg kurang, tapi setelah di update malah tetap vr ga juara…
    Dengan gelar the doctor harusnya malu tuh…

    Tadinya masalah ecu software, sekarang masalah crank…
    Trus masalah ban, nanti masalah apalagi?

    Sebaiknya yamaha udah mulai start membangun motor untuk 2019, percuma memperbaiki yg salah dari awal.
    Rossi mending pensiunlah, ga pantes balapan cuma jadi tontonan ga mutu…

Leave a Reply to Stradamotoblog.com Cancel reply

Please enter your comment!
Please enter your name here