Home MotoGP Ducati VS Pabrikan Jepang Bagai Daud VS Goliat :

Ducati VS Pabrikan Jepang Bagai Daud VS Goliat : [ Guest Blog Manuel Pecino ]

73

TMCBLOG.com – Bro sekalian, Hari kedua saya duduk di media Centre Circuit Sepang, ntah gimana Ndilalah Manuel pecino Juga mengambil posisi duduk tepat di samping saya . . dan Dengan Gaya Khas Bahasa Inggris ke -spanyol spanyolannya Ia langsung berkata  . . ” Holla, hey Amigo, Taufik ..  I’ve got A nice story For You, Its about Ducati “ dan dengan Berapi api ia pun langsung menceritakan Bukan Hanya menghadirkan verbal Namun dengan ekspresi yang memang membuat Jurnalis MotoGP yang mulai menggeluti Profesi ini semenjak Valentino Rossi di kelas 125 cc ini menjadi salah satu Jurnalis yang disegani di Media Room . . .

Bokapnya Jorge Lorenzo ( chicho Lorenzo ) pun berkata Jika MotoGP ini merupakan Medan perang Makaa Manuel pecino adalah Seorang Double Agen yang berani mengumbar segala informasi kepada Siapa saja aja yang berani memperolehnya . . Manuel Pun memulai ceritanya tentang Ducati . . jadi Gini  . . Menurut segala pengamatan dan Investigasi Manuel, selama ini, selama Gigi Dall’Igna mengatur Organisasi Ducati Corse Selalu ada pertukaran data secara Real time dari Manapun di dunia ke Borgo Panigale, Satu Grup Insinyur selalu berada di belakang meja selagi Sesi latihan dilakukan baik Oleh pembalap Maupun test rider, Hadirnya dikotomisasi Grup grup Insinyur Yang bekerja secara Independent di Bagian Aerodinamika, Sasis dan Elektronik, sampai diadakannya Rapat Umum diadakan setiap hari Selasa Pasca race di Reparto Corse.

Beginilah struktur Yang dibangun Oleh Seorang Gigi Dall’Igna mulai 2016. Struktur yang bekerja 24 Jam per-hari, 7 hari Per-Pekan. Sebuah Kombinasi dari Organisasi ala Jerman dengan Kreatifitas ala Italia dihadirkan berusaha agar Ducati Bisa melakukannya hal yang hampir selama ini tidak mungkin dilakukan yakni Melawan raksasa Manufaktur Jepang . . . Dalam Kondisi Seperti ini peran sentral Seorang tokoh Seperti Layaknya Gigi Dall’Igna di Organisasi adalah Mendasar dan Vital. Ia selalu hadir ( Baik di MotoGP maupun di WSBK ) pada saat diperlukan di mana bisa membuatnya secara langsung melihat apa yang sedang terjadi, mengapa semua terjadi, dan Mengerti apa yang diinginkan.

Jika Dall Igna mendeteksi suatu kebutuhan, Maka yang ia lakukan hanyalah pergi ke area distribusi team Balap ( Corse ) untuk memberikan perintah, mengatur deadline mengenai kebutuhannya itu ..  ia hanya mengatakan ” Saya butuh hal ini, saya ingin Proposal sudah di meja dalam waktu sepekan, sebulan  . . . “ Sebenarnya Proses ini juga hadir di Pabrikan jepang . . Namun seperti apa perbedaannya  . . . ini lah yang menarik

Mari Kita contohkan Kasus Di Pabrikan jepang. Misalnya team butuh untuk memodifikasi dan membuat Sasis Baru. Permintaan dilayangkan ke jepang, dimana di sana permintaan ini akan dianalisa oleh Sekelompok insinyur. Di Jepang tidak ada satu orang Yang dinamakan pembuat Keputusan Tunggal. Namun Jika Oleh grup insinyur Sasis tersebut belum terlihat alasan kuat untuk mengganti semua, maka Yang di respon kembali ke Box team adalah serangkaian hasil Uji coba modifikasi kecil yang belum pernah dilakukan sebelumnya ..

atau dengan Kata Lain sasis belum bisa diganti, Jepang hanya menghadirkan beberapa saran untuk di test di Track dan Setelah itu hasilnya dianalisa, di rekap, diteliti, dan dikirim ke Jepang lagi. Lalu oleh Kelompok Insinyur jepang diterima dan dianalisa kembali apakah butuh perubahan sasis secara menyeluruh atau hanya butuh beberapa segi pengetesan lain . . begitu lah kira kira alur komuniaksi dan development di team Balap Jepang. Cuma memang sumberdaya manusia mereka banyak.

Di sisi lain Ducati mencoba melakukan strategi ‘ Bergerak secara terus menerus ‘ dimana model Organisasi yang diterapkan Oleh Dall’Igna memudah kan Ducati mempercepat dilakukannya Pengetesan dan pengenalan ide maupun KOmponen motor baru. Sementara itu pabrikan jepang seperti ” terpenjara ” Oleh gaya ‘ double check ‘ dan pemograman kaku lainnya. BTW Style yang dilakukan Ducati ini ada baik dan Buruknya. Baik karena waktu pengembangan bisa di percepat, Buruk jika hasilnya tidak sesuai harapan maka hasil buruk pun akan cepat hadir

Karakteristik lain dari Gaya ducati adalah Kehadiran Crew Chief di samping Pembalap. Di Ducati tidak Lagi ada anggapan Crew Chief haruslah Mekanik kawakan dan veteran ..  Di Ducati, Salah satu Syarat Utaa Crew Chief selain Cerdas dan meguasai ilmu organisasi dan teknikal Motor harus juga bisa menhadirkan Komunikasi tercepat yang bisa dilakukan pembalap Oleh karena itu Hadirlah Alberto Giribola disisi Andrea Dovizioso dan tentunya Christian Gabarini di sisi Jorge Lorenzo. Keduanya sanggup bekomunikasi dengan jaur tercepat dengan Pembalap sekaligus mengubah sensasi Yang dirasakan Oleh pebalap ke data data Kuantitatif yang dibutuhkan Oleh para analis data . . Yap sebuah Organisasi Ala Dall’Igna Yang satu sisi ” jerman ” banget namun di sisi lain Punya cita rasa ” Italia ” . .

Manuel Pecino

73 COMMENTS

  1. memang kalo dilihat pabrikan jepang lebih teliti n detail mengenai update tiap part, sehingga mereka mengerti bagian mana yang “hanya” butuh diupdate walaupun kesannya mereka terkesan “kerja dua kali” namun hasilnya bisa maksimal, namun gaya kerjanya Gigi sih bisa diapresiasi juga secara mereka tidak memiliki sumber daya sebesar pabrikan jepang, yah masing masing ada plus minusnya, ini bisa dicontoh bukan hanya didunia balap motoGP atau olahraga lain, tapi juga pada sebuah organisasi perusahaan nih, cara yg mana yg akan diambil

  2. Yach itu gaya Jepang, perpect dulu di atas kertas baru tindak lanjut.

    Beda korea, mungkin bisa disamakan dgn korea lah ducati sekarang, lakukan apa yg bisa dilakukan, resiko jelek terima, karena intinya ketidakberesan bisa diketahui lebih cepet, dan mencari pemecahan lebih cepat.

    Itu juga yg sebabkan korea sekarang memimpin diatas Jepang dlm hal industri elektronik. tapi hal itu juga tidak terlepas dari kehidupan dipegang kenapa mereka spt itu.

    Di blog mid genesis , itu dijabarkan panjang lebar.

  3. berbeda jauh ya dgn zaman Preziosi… Rossi pernah bilang kala itu,,, ketika Stoner mengeluh motornya strugle, maka dalam 3 race kemudian HRC memberikan Sasis Baru, sementara Ducati baru pertengahan musim bisa update Sasis. Jadi kalau dulu HRC mengupdate kekurangan dengan cepat, maka Ducati saat ini lebih cepat lagi… Berandai-andai, jadi apa Aprilia saat ini kalau saja Gigi Dal’igna masih di sana

    • Aprilia jadi bangkrut bro,wong setelah request proposal harus ada Minggu depannya
      lha sekarang yg masih konsesi aja update mesin dan sasis aja lama banget baru nyajiin yg baru

    • Aprilia jaman masih ART dan pakai mesin RSV-4 aja bisa setara Ducati dan Honda satelit, ya itu buah tangan Gigi. Dan awalnya proyek RS-GP juga kreasi Gigi cuma baru mulai dia udah dibajak Ducati, dan sekarang Romano Albesiano kayaknya kesulitan nerusin atau memang beda kemampuannya. Kalau Gigi masih di Aprilia mungkin Lowes sama Redding gak langganan jurukunci dan Bautista sama Espargaro udah berkali-kali podium.

  4. Di blog mid genesis, style Jepang sdh di bahas panjang lebar tuh. Juga kenapa mereka kalah dari korea dlm industri IT dan elektronik, karena industri IT butuh kecepatan perubahan, sedang style.jepang tidak suka cepat memutuskan suatu hal.

    • Lah ini yg saya mau garis bawahi, bahwa style Jepang sebenarnya masih ergolong birokratis bila dibandingkan dg style European yg (mayoritas) egaliter dan tiap orang/bagian memang dikasih otoritas penuh utk ambil decision dan action tanpa harus tunggu approval direktur

  5. Beda.dgn industri otomotif, yg memang tidak terlalu cepat perkembangannya, makanya Jepang msh memimpin.

    Tapi industri yg berhubungan dgn style gaya hidup yg selalu berubah cepat,macam hp, Jepang kalah. Korea menang, karena bagi Jepang tdk sesuai style mereka.

    • tapi kalo urusan konsol game mereka masih menang,soalnya setiap ada produk baru harus ada lompatan jauh dr produk pendahulunya,makanya develop nya lama sampe bertahun2
      beda kayak HP yg fiturnya di incrit2 tiap tahun biar konsumtif terus yg beli (contoh galaxy S) padahal fiturnya ga jauh beda dgn yg tahun lalu

  6. Jepang itu protektif, tdk suka super power, kolekif, team, nasionalis dan hanya dan hanya percaya sm orang jepang. Sy terkejut HRC mengubah style perpaduan eropa dan jepang yg biasanya jepang banget.
    Ducati mesti merubah kebiasaan merekrut rider yg sudah jadi menjadi rider muda bertalenta tdk hanya di management saja. Rindu masa keemasan duet Stoner Ducati. Jorge Martin sgt bertalenta mesti diambil Ducati jgn sampe keduluan pabrikan jepang.

  7. Iya, soalnya ada campur tangan, katanya kan Ducati sudah diakuisisi Audi, jadi mungkin saja soal dana lebih banyak, hehe, dan tentunya memang benar ada cita rasa Jerman di situ.

  8. Ducati >>>>Horang kaya mah bebas euy

    Tinggal ridernya berani gk jawab tantangan taklukkan ducati
    Stoner gp7
    Rossi gp11
    Dovi gp13
    Jolor gp17

    Next pedrosa gp26

  9. memang selalu ada baik dan buruknya,ttpi di jepang qt dah tau bgmna ttg suatu prinsif yg susah utk di ubah.terkesan kolot dan kuat dalam tradisi.dalam dunia racing pun mmang demikian apa yang di jabarkan oleh wak taufik.ducati begerak sangat cepat utk maju dan mmang terbukti setelah hadirnya gigi dall’agna ducati bisa duel sama honda.di jepang honda paling kuat karena dorongan dana yang melimpah maka sdm pun tak terbatas.suzuki jangan dianggap pabrikan jepang paling kecil karena faktanya suzuki termasuk pabrikan besar didunia bahkan di banding yamaha sekalipun,hanya saja alokasi anggaran utuk racing sedikit dibanding pabrikan jepang lainnya.
    namun sekarang keseruan motogp itu sudah tersaji karena antara pabrikan jepang dan eropa khususnya italia sdh berimbang.tapi siapa mampu jabanin top speed ducati? hmmmm

    • wakakak itu nasib bangsa terjajah mas bro.
      seolah olah klo punya wawasan sejarah asing seolah olah “look smart”.
      padahal klo di gali gali sejarah nusantara jauh lebih besar.

    • david vs goliath ini prophet story ala barat bro.. atau klo dikita yg muslim dikenal kisah heroiknya nabi Daud AS (David). ketika masih bocah dan belia mampu melawan raja Talut(goliath) yg berperawakan tinggi besar nan arogan. Deskripsi ini yg skrng mencitrakan situasi ducati yg pabrikan kecil dari eropa dibawah kpemimpinan Gigi dall’igna mampu melawan raksasa pabrikan jepang dgn sgala sumber dayanya.

  10. padahal dulunya jepang belajarnya ke itali dan eropa yah
    CMIIW
    sama sperti tetangga kita belajar ke indonesia,
    benar kali “guru kenc*** berdiri , murid kenc*** berlari”

    • @tak ada yg bisa : lo tau kan cerita nya toyota ford??? ,Kok main salah salah in, klu gk tau jgan bilang salah dulu,masuk PT yg besar ntar tau yellow Belt ,lean ,agile itu apa yg mudah dah 5s itu apa

  11. Kalo di bidang kerjaan ane mereka menerapkan “agile development lifecycle” nih. Sedangkan Jepang masih mengadopsi “waterfall”.

    • Kalo nyecrol komen jgn pake tenaga dalam ndan ,lawong komen dia dari atas mpe bawah aja pateng tlecek gitu kok dibilang gak ada !?

    • Ngah ngah ngah..melex mas brooh..
      Kaet duwur tekan ngisor sikil komen e ndrudul koyok kwi kok jarw gak ono wi piyee?
      Suamplox standar mbit kaeng kaeng sampeyan??

  12. Denger denger di Ducati itu ada saham bmw jerman ya wak…?

    Kalo betul…citarasa jerman di pengembangan motor Ducati…ya wajar tho wak…

    • nih orang apa hewan ayam? yaudah, ayam aja deh.
      elu dengar di mana, yam? pendengaran lo salah tuh.
      Ducati itu dipegang Audi sebagai penguasa saham mayoritas. Audi dikuasai oleh Volkswagen Group; barengan tuh sama Porsche dan merk-merk mobil lain seperti Seat dan Skoda.

    • Bmw udh punya divisi r2 (bmw motorad) nah audi ini ingin seperti bmw, jd jalan pintasnya akuisisi ducati dan mercedes pun begitu tdnya lwt AMG tp cuma sebatas kerjasama dgn MVA

  13. Tugas Gigi itu dah selesai wak.. Desmo sekarang malah paket paling balance mengalahkan RCV dan M1..

    Cuma sayangnya superioritas Desmo itu bersamaan dengan era Marquez

  14. Tetap aja dengan segala habbit kebijakan yg diaplikasikan pabrikan Japan bisa dikalahkan sama Europe manufacture yg lebih berpengalaman dan modal yg lebih besar,, Ducati cuman kalah pengalaman dan strategi aja,,
    Gag percaya lihat thu’ divisi balap mobil prototipe Honda F1 udah hampir 4 tahun comeback ke F1 , podium 3 pun belum pernah rasain,,
    Kontras banget memang kalo dibanding HRC di MotoGP,,
    Sampe’ Marq Marquez doain juga buat Honda F1 setiap tahun di Honda Thanks-Day ,,
    Mudah2an musim 2019 dan seterusnya Max_Verstapen bisa jadi next Aryton Senna dan buat kejayaan buat Honda,,
    Setuju gag Bror’ FBH akut,, .

    eeeekkkkeeeekkkk

    • Ah honda f1 nya pun setengah2, alonso itu driver yahud msh bisa lah ngerecoki ferrari kalau boil nya bagus pdhal yg mbangun chassis nya pabrikan terbaik dalam hal urusan itu malah dibiarkan selingkuh dgn renault

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version