TMCBLOG.com – Sebelum tmcblog mau cerita soal Alberto Puig dalam Kacamata Marc Marquez . . . tmcblog mau cerita dulu soal Alberto Puig dalam kapasitasnya sebagai Direktur dari Asia talent Cup. Yaaa, Gini Gini tmcblog sudah meliput Asia talent Cup semenjak tahun pertama gelaran balap Kadet ini bergulir Ketika itu wakil dari AHM adalah Pembalap Wilman hammar. Dan kala itu Boleh dibilang tmcblog meliput hampir semua seri mulai dari Watar, baklan pernah ke Zuhai China segala  . . dan Memang salah satu yang cukup terkesan adalah saat melakukan debrief dengan Alberto Puig . .

Yap ketika TMCBLOG bertanya kepada alberto Puih bertahun tahun lalu seperti misalnya pertanyaan ” Seperti apa Pace pembalap Di satu race weekend ” alberto tidak berupaya menutup nutupinya . .   ia sering berkata Bahwa ” pembalap Masih belum kencang, mereka masih sangat pelan ”   . .  Atau ia bilang ” Yap pembalap dari Indonesia, Malaysia atau Filipina Pacenya di ATC masih kalah ketimbang pembalap lain dari jepang misalnya yang telah memiliki kultur balap Lama ”   . . . dan dengar dengar dari beberapa team jika sedang kesal atau memperoleh hasil buruk Alberto ini tidak sungkan sungkan mengeluarkan kata kata Yang buat orang timur itu terkesan Kasar . ..  namun Yaaa begitu itu karakter dirinya  . . .

Alberto Puig – Livio Suppo

Dan saat ini Alberto Puig menempati Posisi yang awalnya ditempati Livio Suppo . ..  Manager team repsol Honda, sembaripula merangkap di divisi Talent Dorna khususnya untuk Asia talent Cup . . . dan Setelah bergabung dengan repsol Honda, jelas pembawaan Dari Alberto ini tidak berubah dari apa yang dikenal Orang orang yang eprnah berkomunikasi dengan dirinya . . . Marc Marquez mengatakan bahwa ALberto ini memiliki personalitas yang berbeda dibandingkan dengan Livio Suppo, lebih teknis dan karena Puig Juga bekas pembalap GrandPrix yang kebetulan berbicara dengan bahasa sama dengan dirinya, Maka Marc merasa ia bisa mengkomunikasikan hampir apa saja kepada ALberto ini  . .

kepada Motorsport. Marc Menambahkan bahwa Alberto ini merupakan salah satu dari 5 orang di Paddock yang mengerti banyak soal Motor  disebabkan oleh Pengalaman panjang dirinya dan Banyaknya Posisi yang ia geluti sebelum ini Plus Koneksi dengan Jepang Yang bagus. Menuruut Marc, Alberto mengerti sangat mengenai Prespektif team. Namun salah satu Hal Yang menurut marc Marquez sangat penting dari diri Alberto Puig adalah ketika di Race weekend ia menemukan suatu kebodohan maka Ia akan Bilang kebodohan itu langsung ke pembalap atau team. dan Jika ia melihat prestasi iapun akan tidak sungkan mengapresiasinya . . . yes Klop sangat apa yang diinfokan Marc dengan experience yang TMCBLOG pernah rasakan

Taufik of BuitenZorg

35 COMMENTS

    • Udah lama kultur balap ada disana, alias udah mendarah daging. Indonesia kan baru rame balap motor setelah 90an, awal mula karena diadain Motoprix. Sebelum itu balap motor cuma jadi ajangnya kaum borjuis Indonesia, karena jadi ajang ekslusif itulah makanya pembalap sebelum 90an lebih berkualitas karena selain punya duit, mereka punya passion. Motornya pun spek GP karena bener2 balapannya orang berduit. Di Indonesia cuma ada Suzuki GP, para pembalap impor sendiri Suzuki T250 dan T500 dan dijadiin motor balap, di Indonesia cuma ada CB200, pada impor sendiri CB350 dan dijadiin motor balap. Sejak 60an udah belasan pembalap Indonesia ke Belanda, Singapura, Macau dan balapan disana, pakai duit sendiri. Sekarang? Mana ada. Dona Titi aja gak berani keluar duit sepeserpun buat amanin kursi dia di GP, alasannya selalu gak ada sponsor. Ya kali mana ada sponsor mau bayarin pembalap jurukunci tapi tingkahnya melebihi juara dunia. Selain itu ada pula pembalap yang memang aslinya anak orang kaya, tapi ogah2an keluar duit sampai botak baru ke Eropa, karena nunggu penjual beat dan vario kasih dia ongkos. Sementara 99% pembalap dunia pasti modal sendiri diawal karirnya di GP. Lorenzo rela bayaran abis buat biaya akomodasi dia di tahun pertama GP125, Zarco harus jadi mekanik kalau pas gak balap, balap pun cuma pakai motor seadanya, bapaknya Stoner harus berani jual peternakan dan bengkel dia di Australia dan rela jadi nomaden cuma tinggal di mobil van di Inggris, Miller beli sendiri NSF250R di akhir 2010 cuma biar bisa gabung Caretta Technology, pun dia masih harus bayar mekanik disana dan akomodasi sendiri. Hasilnya? Mereka jadi pembalap MotoGP sekarang. Nah yang berhasil sampai ke MotoGP itu semua contoh dari penduduk negara yang udah punya kultur balap sejak lama.

    • Darso mungkin teori ente ada benernya juga,,, kalau pembalap mau ngebuktiin diri musti ngeluarin modal finansial dulu,,,
      sayangnya pambalap Indonesia kurang pede, takut rugi atau takut gagal kedepannya,,

    • mungkin kalo di roda 4 indonesia udah ada yak contohnya kaya kasus ryo haryanto & sean galael yang turun balap dibiayai oleh perusahaan milik mereka sendiri.

      kalo roda 2 sendiri adenanta termasuk gak yak ? bapaknya beli gp mono biar adenanta bisa terus beradaptasi ketika balap di ATC.

    • Negara yang dari dulu udah ada balapannya dan sering menyelenggarakan balap baik nasional maupun internasional, jadi otomatis banyak pembalap yang ada di negara itu dan negara itu paham betul tentang apa itu balap, bukan sekedar tahu kalo balap itu cuma adu cepat. Mungkin seperti itu pengertiannya, hehe

    • yang penting jangan pernah ikut balap bebek. balap bebek itu merusak feel yang didapat saat mengendarai motor sport.

      kalo perjenjangan lokal uda mulai dari cross/ xcross/ pocket bike/ 150cc sport
      dijamin mulai ada taji di event2 eropa.

      jangan lupa sirkuit nya. jangan pake karung pinggirannya. feel lihat curb sama karung akan beda jauh.

      bukan ane ga dukung event2 balap lokal tapi kenyataan emang pait. kalo ga dipaitin duluan yang ada kecepetan bangga kaya beberapa yang masuk event asia aja uda selangit kesannya.

      jangan lupa belajar bahasa inggris biar ngomong sama mekanik/ engineer nyambung.

  1. Usaha tidak menghianati hasil. Itulah buah dari mencintai brand tertentu, koleksi produknya, alhasil jadi “pegawai” di pabrikan itu salah satunya dapet job yang sesuai passion, nonton MotoGP langsung + dibayarin ongkos + digaji. Makanya kalau jadi fansboy salurin ke tempat yang bener, bukan cuma jadi keyboard warrior kosong. Saya aja tau tmc awalnya karena baca sejarah CB yang beliau tulis, dan ternyata penggemar berat sayap kepak ini 9 tahun setelah saya baca artikel CB nya bisa malang melintang Asia Tenggara dibayarin pabrikan idolanya. Ngeri gak tuh.

  2. lebih tepatnya keheranan bro, waktu ATC balap disentul si andi gilang disuruh nyoba nsf250r. eh malah melebihi ekspetasi puig sampe waktu itu dia nanya, apakah andi sudah sering balapan menggunakan nsf250r ? puig gak percaya kalo waktu itu andi gilang baru pertama kali naik nsf250r.

  3. wkwkwk kata puig pembalap asia tenggara itu kalo balapan pas overtake lawan terlalu sopan ?

    tapi dia pernah terkejut yak dengan skill pembalap” muda indonesia, ketika dia tau kondisi sentul mengenaskan ?
    wkwkwk keheranan bisa diatas pembalap malaysia yang negaranya punya fasilitas balap yang sangat mumpuni.

    • padahal kalo dipikir2, kultur berkendara sepeda motor di Indonesia cukup beringasan loh,, ga pake helm, ga pake pelindung tubuh, ugal2an,,, ? kok disirkuit bisa beda ya ???

    • Dijalan berani petakilan kan cuma kecepatan 40-80kmh, selebihnya ngeper. Naik mobil di jalan tol aja kebanyakan cuma berani sampai 140kmh doang, apalagi motor yang anginnya sangat kerasa di kecepatan tinggi

  4. Di team Movistar lebih general ada Italy+spanyol, Ducati Corse emng Italya style

    Dikubu repsol getol kental aura Spanyol yg mana trennya kini Spanyol lg on fire dibidang Olahraga yg dapat “memuluskan komunikasi ” balap motor

  5. Absen wak

    Kalo pimpinannya tegas begitu ya joss wak, salah bilang salah, kalo bener ya bilang bener, g cari2 kesalahan team atau pembalap..

  6. @Eiscell Baca motorklasik.wordpress.com entah mana yang duluan, tapi saya tau penulis dari sini dulu. Dan disitu seingat saya gak pernah nulis motor klasik Suzuki atau Kawasaki. Dan memang cikal bakal blog ini yang ada embel2 ijonya karena saat itu lagi ngetren bikin blog pakai motor kebanggaan dan si penulis saat itu motor kebanggaannya ya yang ijo.

  7. terlepas fansboy atau bukan, menurut saya TMC paling relevan tulisannya berimbang tidak berat sebelah, selalu on the track, gak pernah ada intervensi dari pabrikan….malahan bro nugi yang gak bisa nahan diri jadi terpampang jelas fans siapa…hehehe piss yah om nug…

  8. pak doohan dan pak puig ini seru kalo lagi duel di lintasan. saya lihat video balap gp500 di assen tahun 1995, aksi mereka saat masih muda emang gokil. haha…

  9. @Eiscell Sekarang mungkin emang profesional, karena memang sudah jadi profesi. Saya kan komentari 9 tahun lalu kesan pertama baca tulisan penulis, disana sangat terbaca pabrikan mana yang jadi idolanya. Dan sekarang hidup dari pabrikan yang pernah diidolakan. Menurut saya itu sebuah pencapaian luar biasa. Apa salah? Toh kalau bukan diongkosin pabrikan itu, apa bakalan liput ATC pakai dana sendiri misalnya? Cuma demi blog kalau memang bukan karena dibayar? Pasti pikir2 dan lebih pilih buat bahagiain keluarga duit segitu dibuang cuma buat tulisan kalau memang gak ada hasil secara finansial. Itu poinnya. Mungkin kata “fansboi” gak terlalu disukai penulis entah apa konotasinya bagi penulis makanya selalu marah atau terpancing kalau ada yang bilang gitu dan gak mau dibilang fansboi, saya sendiri jujur aja fansboi Suzuki tapi juga koleksi Yamaha L series, ada juga mito walaupun no paper, juga trail lawas RM sama DT. Apa yang dikoleksi gak jaminan fansboi apa, tapi jujur aja, pabrikan mana yang disukai dari hati entah karena sejarahnya atau produknya atau alasan lain, itu lah definisi “pabrikan idola” atau bahasa salesnya yang sangat dibenci penulis “fansboi”. Kalau gak ngaku ngefans pabrikan tertentu sekarang, saya bisa paham karena sekarang kan sponsornya bukan pabrikan tertentu yang dalam artian kalau mengakui secara pribadi di bl og publik, bisa ngancam pemasukan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here