Sunday, 24 November 2024

Tiga Jenis Anti wheelie di MotoGP

TMCBLOG.com – Tiga Jenis Anti wheelie di MotoGP. Di MotoGP saat ini Tiap motor tidak lagi bisa leluasa memainkan strategi elektronik menggunakan ECU dan Software Inhouse. Saat ini Mereka semua menggunakan ECU dan software yang sama dari Magneti Marelli. Elektronik ini ditengarai tidak terlalu bisa dimaksimalkan seperti Elektronik Inhous. Salah satunya adalah variabel Anti Wheelie. Wheelie adalah gejala Ban depan terangkat ke atas yang sangat dihindari terutama ketika pembalap sedang adu kebut di straight. Yap karena Wheelie akan membuang percuma Power dan membuat motor tidak 100% dikontrol oleh pembalap. Dan Saat ini menurut info yang diperoleh dari Video motoGP.com ada Tiga Jenis Anti wheelie di MotoGP . . Kita akan bahas satu persatu ya sob.

Secara umum ada tiga tipe/ tiga part Anti wheelie Yang umumnya digunakan di Setiap motor MotoGP adalah :

  • Elektronik
  • Aerodinamika
  • Rem belakang

Penggunaan Elektronik pada anti wheelie bekerja diawali dengan dua jenis sensor. Yakni stroke sensor di suspensi depan dan Juga Speed sensor pada roda depan dan roda belakang. Saat roda depan Ngangkat maka indikasinya ECU akan mendeteksi ada perbedaan speed antara Roda belakang dan Roda depan. Data ini juga diperkuat Oleh Stroke sensor yang mendeteksi tidak adanya Load pada suspensi depan karena ban ngangkat.

Dari kombinasi dua data ini ECU akan memerintahkan pengapian untuk berhenti sekejap. Setelah pengapian berhenti, Power serasa ter-cut dan drop sebentar untuk membuat ban depan turun kembali menginjak Permukaan Track.

Penggunaan Aerodinamika dalam hal ini wing sangat menggunakan Hukum fisika Prinsip Prinsip Bernouli. Aerodinamika di MotoGP Berkebalikan dengan teknologi pesawat terbang Yang memanfaatkan Gaya angkat/ Lift Force. Aero Dinamika di MotoGP sama dengan yang dipakai di Formula 1 yakni menghasilkan downforce/ Gaya tekan ke bawah

Lagi Lagi Downforce

Downforce akan menekan Bagian depan Motor agar roda depan senantiasa kembali tetap bisa berada di permukaan Tarck. Penggunaan wing untuk downforce depan haruslah penuh perhitungan. Bukan apa apa Kalau Wingnya kelewatan besar maka Downforce akan besar dan hasilnya roda depan bisa menderita/ Suffer. Hal ini dikarenakan front end tertekan kebawah saat ngebut di straight.

Penggunaan Rem belakang sebagai anti wheelie pada dasarnya memiliki tujuan sama dengan elektronik anti whellie. Saat Pembalap menekan rem belakang saat wheelie maka kecepatan Motor akan berkurang dan diharaopkan akan membuat motor berhenti wheelie . . Jadi seperti itu sob Tiga Part Anti wheelie di MotoGP. Umumnya setiap Motor menggunakan kombinasi dari ketiga jenis anti wheelie ini. semoga berguna

Taufik of BuitenZorg

sumber : motogp

53 COMMENTS

    • coba dibaca lagi artikelnya broh..
      itu order pengapian distop sekejap karena sensor2 mendeteksi adanya wili dan mengirim sinyal ke ECU, trus ECU menghentikan pengapian sekejap..

    • Iyalah, kan m1 mesin rakitan engineers kelas.dewa,.pasti jadi panutan.

      ymh pabrikan Jepang yg pertama ikut buat winglet setelah ducati.

  1. Lg taon 2017 sempet pake yg naek turun gigi itu mas..
    Dr 5 ke 6 ke 5 lg trs berulang2..
    Waktu di le mans ya? Cmiiw..
    Rossi lg vs mav pake ky gt di straight..
    Lorenzo jg kl ga slh pake strategi itu jg buat ilangin wheelie.. cmiiw

  2. Tapi kok rasanya pernah denger komentator mengomentari wheelie Marquez di straight yg lumayan lama (sekitar 5 detik), katanya buat mendinginkan front tyre??

    • Waktu itu komentator kan bilangnya “I think he try to save the front tyre” alias dia cuma kira-kira. Kenyataannya itu benar-benar strategi atau ketidaksengajaan atau wheelie yang tak terduga tapi sengaja gak turunin gas karena Marquez tau itu gak berisiko ya siapa yang tahu?

    • itu bukti pengaturan elektronik dan perangkat aerodinamik honda yang sudah lebih baik. ketika straight, roda depan tidak harus nempel. selama roda depan naik tidak melebihi derajat tertentu, justru roda belakang mendapatkan tambahan downforce. bagus buat akselerasi. hal ini dirasakan pembalap. selama motor terasa narik/njambak, roda depan tidak ngangkat tinggi gas terus. jika naik terlalu tinggi/jambakan berkurang, berarti elektronik dan aerodinamis gagal, opsinya bisa rem belakang atau atur tangan kanan.

    • Meski straight cuma sebentar, kalau geometri dan elektronik bagus, cukup bisa buat nyalip dengan cara slip stream.
      Kalau wheelie atau spin masih berlebih, mustahil nambah power mesin. Di motogp nambah power mesin itu gampang banget, yang susah itu menyalurkan power ke aspal seluas telapak tangan,
      Ducati sukses transfer power akselerasi, yamaha sukses traksi cornering. Honda gabungan keduanya, meski cornering tak sehalus y, akselerasi tak sebuas d, tapi balance.

    • Bukan belum mampu, tapi memang banyak batasan. Makanya seolah dikebiri dan perkembangannya lambat. Karena Dorna yang atur update apa aja yang boleh dan apa aja yang gak boleh ditingkatin. Muaranya biar balapan kompetitif. Terbukti pabrikan2 besar gak bisa menang terus bahkan ada yang pernah jadi papan atas harua stragel, sementara pabrikan baru jaraknya gak terlalu jauh bahkan 3 pabrikan baru masing2 pernah finish top 6. Dan itulah tujuan Dorna, biar balapan menarik dan adil.

    • ECU InHouse dikembangkan oleh pabrikan motor itu sendiri, artinya mereka paham betul karakter mesin dan chassis lalu develop ECU yg paling pas utk kebutuhan mereka sendiri.

      ECU MM inikan bikinan pihak diluar pabrikan, yg pemahaman thd karakter motor mungkin sebatas parameter umum yg bisa mereka akses, dan pihak pabrikan juga ternyata pemahamannya terbatas thd cara kerja ECU MM ini.
      Ducati agak “beruntung” karena tergolong tim pabrikan yg lebih dulu mengenal dan memakai ECU MM sebelum diwajibkan oleh Dorna

      • Yamaha juga dulu suplier ECUnya Magneti Marelli (customized). Coding dan Engine Mappingnya yang full racikan engineernya sendiri

  3. Yang pakai jurus terakhir itu (manual pakai rem belakang) awalnya Stoner sejak di Ducati GP7, tapi orang mengira itu peran elektronik. Padahal Capirossi yang pakai motor sama aja gak berani buka gas lebih awal dan top speed-nya gak segila GP7 Stoner. Yang dilakuin Stoner cuma ngurut gas lebih awal, begitu motor tegak dibejek habis-habisan dan waktu roda mulai terangkat dia maintenance pakai kaki kanan. Efeknya jelang tikungan pertama topspeed-nya sampai mentok GP7 karena sanggup hampir 20rb rpm. Tapi ada pembalap lejen saat itu gak terima, nuduh Stoner adalah generasi elektronik pertama, kebantu mesin desmo + ban. Kemudian dia merengek ke timnya dibikinin mesin kenceng + elektronik wahid + pindah ke Bridgestone. Padahal GP7 sendiri keunggulannya cuma mesin, handling dan elektronik kacau tapi ketutup skill bocah 21 tahun itu. Di 2008 Stoner punya penyakit aneh + kemakan teori konspirasi, fokus pertahanin gelar ambyar terutama setelah insiden Laguna Seca, melayanglah gelar ke lejen. Dan saat itu lejen jumawa, merasa semua tuduhannya benar. Tapi setelah dia ke Ducati dia paham sendiri itu motor banyak masalah.

    Nah di era sekarang Marquez pun punya keahlian yang sama, kayanya banyak kesamaan Marquez dan Stoner. Sama-sama pinter pakai rem belakang, sama-sama pinter manage ban dan kecepatan, sama-sama dibenci valeban, sama-sama dimusuhi kakek lejen.

    • Om Darso ini kayanya dulu fans berat Stoner dan Ducati. Iya ga sih? wkwkwk

      Btw dulu juga ada info kalo kakek lejen dapat keistimewaan dari Bridgestone. dibuatkan ban khusus untuk race day dengan data hasil kualifikasi. Itu bener?

      • @Morphix emang bener, dulu udah suka banget sama GP3 awal keluar karena paling seksi + montok bentuknya, tapi semenjak Desmo GP pakai DELTABOX saya mulai kurang respect lagi, ciri khasnya ilang cuma karena nurutin kakek lejen, padahal Stoner bilang monokok justru lebih baik ketimbang tubular dan Ducati cuma perlu improve aja, malah mereka bangun basis dari nol lagi dengan rangka aluminium yang saat itu gak merubah apapun. Stoner saya suka karena dia bakatnya alami, bahkan Pedrosa yang saat itu anak emas Dorna diharapin patahin dominasi Rossi yang mulai gak sehat (bawa fansboy ke arah fanatisme berlebihan) sampai dibuatin kelas yang bikin motor MotoGP sekecil GP125 justru Stoner yang “buangan” juara dunia di era baru itu. Patut diingat bahwa awalnya Stoner udah dapet tawaran Camel Yamaha, tapi lejen tolak karena takut Jeremy Burgess beralih ke Stoner. Padahal yang bawa Stoner ke Yamaha ya Camel, Camel liat bakat dia waktu di 250 dan waktu merek pisah sama Honda Pons mereka berupaya bawa Stoner ke tim baru mereka yang mana Yamaha gauloises (2005) menjadi Camel Yamaha 2006. Stoner yang udah terlanjur ditolak akhirnya lobi Cecchinello buat balik ke 250 dan janji bakalan juara dunia, tapi Cecchinello justru punya ide lebih gila yaitu bikin tim MotoGP dengan beberapa kru bekas Honda Pons. Dan di 2007 Stoner pindah ke Ducati karena dia pengen ke tim pabrikan dan saat itu cuma Ducati yang mau. Ada film dokumenter tentang Stoner di YouTube yang saya yakin sebagian besar udah nonton, tapi kalau baca biografinya, film pendek itu berasa cuma trailer dari kehidupam asli Stoner.

        @Pak Bangun saya aslinya cuma enek aja sama kelakuan fans lejen yang sukanya merendahkan dan mengkerdilkan prestasi pembalap lain, padahal secara de facto junjungan mereka sama sekali bukan yang terbaik, makanya suka iseng nyentil mereka?

      • Bukan cuma ada, tapi banyak, dan saya yakin itu. ???

        Masalahnya mau dibalas dengan argumen apa? Karena memang kenyataan, kemampuan mengendalikan motor seorang vr memang tidak sebaik stoner, bahkan seorang dani pedrosa yg belum pernah juara dunia di kelas utama, menurut saya punya kemampuan lebih bagus dari vr dalam hal mengendalikan motornya

      • @RAV,
        Yups setuju sih,
        andai saja, bilamana, jikalau, Pedrosa tidak sependek itu, Lorenzo, dan kakek legend mungkin akan kehilangan sedikit/beberapa gelar Jurdunnya (dgn mengabaikan faktor luck)

        but this just my opinion

    • @morphix…ente bener bro..dulu pak tino dapat keistimewaan ban, tapi pabrikan nya bukan bridgestone, melainkan michelin…begitu kalah dengan stoner dengan ducati+bridgestone, si kakek beralih pakai bridgestone…

      sekarang dia ga dapet keistimewaan lagi dari michelin, makanya sering ngomel2 masalah ban…

      • Kl menurut sy wajar. Krn saat itu yg berkompetisi g cm pabrikan dan pembalap, tp jg produsen ban – Bridgestone dan Michelin. Kebetulan Michelin yg diuntungkan, krn dg sebagian seri motogp d Eropa, Michelin dg mudah bs menyiapkan set ban, berbeda dg Bridgestone yg pabrik utamanya d Jepang. Kenapa Rossi yg mjd benchmark, y karena dia pembalap tercepat yg menggunakan Michelin saat itu. Berdasarkan hasil free practice Jum’at, Michelin bisa dg mudah produksi ban untuk race d hari minggu berdasarkan Input dr Rossi.

  4. Cara kerja anti wheelie kira-kira sama ga dengan anti spinning, karena yg diukur adalah speed dari roda depan dan belakang

  5. Satu lagi mas Taufik, kontrol gas. Jika rem belakang bisa dijadikan alat anti wheelie, hrsnya gas malah lebih signifikan. Tinggal bagaimana sang rider piawai memainkan gasnya, motor tetap laju tp ban depan tdk ngangkat.

  6. berarti rider iomtt “tidak normal” ya? masuk tikungan pendek sambil wheelie. ini lagi nonton videonya iomtt, guy martin nikung sambil wheelie

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

TERBARU

KONTEN PILIHAN

MOTOGP