TMCBLOG.com – Metamorfosa riding style Maverick Vinales dua musim bersama Yamaha MotoGP lumayan berpindah pindah. Itu yang bisa tmcblog coba tangkap setelah beberapa Kali mengulang membaca tulisan bernas Mat Oxley mengenai cara MV12 riding. Maverick Vinales ditanya soal Kejadian 2017 dimana pada test Pra Musim ia terlihat begitu Kuat. Maverick bisa mengeksplorasi Sytle ridingnya yang kuat di Speed Corner dengan Maksimal oleh karena itu boleh dibilang test Pra Musim 2017 Ia mendominasi. Bahkan sampai dua race pertama Musim 2017 Maverick Juara back To Back di qatar dan termas

Michelin Memperkenalkan Karkas Karet baru

 

Namun begitu Michelin memperkenalkan Ban baru dengan Karkas Karet lebih keras, Maverick mengatakan ada perubahan Karakter penyikapan terhadap Tikungan. Pembalap harus lebih Stop And Go. Late Braking, mengentikan Motor, lalu Gas. Maverick Mengatakan bahwa ia harus Mengubah cara berkendara Yamaha M1. Grip band depan tidak Hilang, cuma M1 Jadi melebar.

Singkat kata, Maverick tidak bisa menggunakan Karakter ridingnya saat Karet Michelin berubah Jadi Lebih keras ( stiff)  ditengah Musim 2017. Lebih tepatnya Michelin memperkenalkan ban lebih stiff ini di Mugello . Oh ya saat itu sendiri Maverick sudah merasakan bahwa ban depan dengan kompon karkas lebih keras ini punya style berbeda. Secara umum di Musim 2017 dari 17 kali race , Maverick Menang sebanyak 3 Kali dan Mengakhiri Musim di posisi 3.

Awal Musim 2018

Awal Musim 2018 Maverick berupaya Keras menggunakan Style stop And Go ini. Ia beranggapan bahwa ini adalah Cara untuk bisa cepat ditikungan Buat Yamaha M1. Maverick harus memperlembut caranya mengemudikan M1 guna beradaptasi dengan gaya stop and go ini. Dan ini menuruut maverick Ini membuat ban depan lama Mencapai Suhu optimal Race. Ini juga yang merupakan salah satu penyebab kenapa Ia sulit cepat di awal race. Seperti sobat lihat MV12 Selalu keteteran setelah lampu start padam di 2018 yang lalu.

Maverick Mengaku setelah race weekend Buruk di Aragon. Akhirnnya ia bertekad masa bodoh dengan adaptasi riding style baru. Bodo amat, pokoknya Ia Balik ke riding style semua yang agresif dan penuh semangat dan speed corner. Untuk mengaplikasikan riding style ala Maverick ini Ia harus banyak memindahkan Bobot ke arah belakang. Ini bertujuan untuk lebih mempercepat M1 berhenti dengan Bantuan Rem belakang. Jika Motor tidak bisa dihentikan maka Motor tidak bisa dibelokan dan sebaliknya, begitu Kata maverick.

Dengan Menggunakan kembali riding stye ala maverick yang digunakan saat Menggunakan Suzuki GSX-RR Maverick mengaku lebih percaya diri. Begitu Juga di Thailand 2018 – terlepas dari Specialnya ban Khusus Thailand yang jauh lebih keras lagi. Dan akhirnnya di 2018 Hanya Ia satu satunya pembalap yang bisa Juara seri. Coba kalau Maverick tidak bertekat balik ke riding styenya sendiri . . apa kira kira yang bakal terjadi?

2019, Yamaha M1 hadir dengan mesin baru. Yamaha Tidak ( akan) pernah membuka dengan detail apa perubahan 2019 dibandingkan dengan 2018 untuk M1. Namun banyak dugaan ke penambahan Inersia dari jeroan mesin. Inersia berhubungan dengan bobot ya sob . ..  tahu kan bobot apa yang dimaksud ? . .  Nah feel yang di rasakan baik maverick dan valentino adalah engine Brake dari M1 bertambah dan kedua pembalap Ini menyukainnya.

Taufik of BuitenZorg

47 COMMENTS

      • mungkin maksudnya bisa lihat di pre test kemarin, bro. secara mesin yang digunakan pasti versi baru dibandingkan 2018 #cmiiw

    • sesi test gak bisa menjadi tolak ukur karena motor yang akan digunakan dimusim berjalan belum fix masih bisa dirubah rubah secara besar. berbeda ketika musim berjalan motor yang digunakan sudah fix dan mesin disegel sehingga kalopun ada perubahan terbatas, nah disitu baru keliatan riding stylenya ada perubahan untuk menyiasati keterbatasan atau tidak.

  1. kalo Rossi gimana, wak?
    apakah termasuk pembalap yang “apes” karena karkas keras Michelin? mengingat postur tubuh jangkung & berat.
    mau ngelembut biar awet ban, tapi ga bisa belok.
    mau kasar biar belok, tapi kedodoran di akhir race.
    gitu kah? atau memang gaya balapnya beda?

    • AFAIK, Rossi kan termasuk yg mendorong Michelin untuk menerapkan ban type 70 dg “stiffer carcass” di 13 sesi sisa. Dr awal dia sudah memiliki tipe 70, alih-alih tipe 06 seperti yang digunakan sebagian besar pembalap (termasuk Maverick).

      Tipe 70 lebih keras, sehingga cocok saat cuaca panas, tapi saat cuaca 5 derajat lebih dingin susah mencapai suhu optimalnya, begitu lose front langsung cras. Sementara Tipe 06 lebih lunak sehingga bisa memberikan feeling tambahan bagi rider saat lose front, ban sedikit deform, dan tetep memberikan tapak optimalnya sehingga ada waktu bagi rider untuk merespon pergeseran ban depan.

    • @AIM-1N ada benarnya, actually secara umum saat ban ditest di jerez sebelum di pakai resmi pada gelaran Mugello 2017 mayoritas pembalapMenyukai ban dengan karkas Karet lebih keras ini . . Namun sepertinya yamaha tidak berfikiran sampai efek lebih jauhnya Yakni membuat Ban belakang spining dll dll

      • IMHO, kynya M1 2017 blm punya masalah power delivery yg mengakibatkan ban blkg spin. IIRC, d seri 2017 Rossi dan Vinales mengeluhkan kurangnya akselerasi dibandingkan M1 2016. Itu sebabnya d 2018 Yamaha menerapkan lighter mass crankshaft. Cm saking light nya malah bermasalah power delivery nya k ban belakang (ditambah Yamaha blm menguasai seluk beluk ECU MM)

      • kalo pirelli ada kemungkinan jadi supplier ban motogp engga wak haji? bosen michellin terus dan selama era michelin penggunaan ban jadi hal yang krusial

    • susah kalau buat rossi, di motogp modern kalau gak mau ubah riding style bakal susah buat bersaing, di depan.
      contoh lorenzo yg mau ubah gaya dan nyesuaiin sm motornya, pasti bakal bisa ttp bersaing, bukan cuma maksa motor dan ecu buar sama kaya keinginanya pembalap

    • Sudah dijelaskan MV, Itu dikarenakan ia memperlembut riding style sehingga ban lama siap panas/ siap dipakai geber kencang

    • secara umum kalo dibilang tidak cocok, semua pabriakn tentu tidak akan cocok karena Software/ elektronik MM secara range kecanggihan umumnya kalah ketimbang elektronik inhouse

  2. Urusan adaptasi/riding style ini sepertinya lama juga ya. Lorenzo dulu baru naik kelas kelihatan tdk terkontrol, sering crash, butuh sekian lama dng M1 sampe “sadar” dan akhirnya ketemu butter hammer, lalu berlanjut ke Desmo +/- mirip. Skrg Vinales jg +/- butuh separuh musim.
    Mmg nya saat jatah uji coba ato FP ato bahkan QT terlalu fokus pada seting ban/suspensi/elektronik/racing line saja kah sampai lupa utk seting style diri sendiri?
    Bisa ga disamakan, klo kita ganti motor, entah pas pinjam teman sbntr ato baru beli, entah tipe sama ato beda, brp menit/jam/km kita “menguasai” karakter motor tsb?

    • logika sederhananya gini contoh test kan dijerez nih, nah apakah sama layout sirkuit jerez dengan austin atau qatar ? tentu berbeda bukan ?
      mau dia setting itu motor sudah paling enak menurut dia, tapi apakah settingan untuk sirkuit jerez bisa dipake buat austin atau qatar ?
      dari sini aja sudah ketauan butuh penyesuaian dimotor untuk digunakan disirkuit yang berbeda dari sisi pengereman, tikungan dan segala macem.
      masa disamain sama penggunaan motor sehari hari sih, hadeh…

      • Lha kok malah penekanan beda sirkuit? Gmn sih.
        Persepsi sama bukan teknikalitas/performa motor GP vs harian langsung, tp adaptasi ridernya. Contoh motor harian yg ada di pasaran sini, biarpun blm prnh coba sekalipun, saat akan pakai, kita sdh seperti paham scr garis besar akan seperti apa karakter motor. Hal yg sama saya yakin jg terjadi pada rider di GP.

    • Setuju sama stang oblak, apalagi motor harian dan motor balap berbeda, belum lagi motor untuk MotoGP juga di kecepatan tinggi dan selisih sepersekian detik aja udah berpengaruh sama hasil race, apalagi selisihnya banyak. Oke katakan saja dengan penggunaan motor sehari-hari bisa menguasai, tapi soal kecepatan dan keakuratan ditikungan pasti beda sekian detik, belum lagi kalo pas ngoper dan pas tarik gas juga pasti beda, dan itu gak masalah karena kita gak balapan di kehidupan sehari-hari, hehe, jadi laptime berkurang atau bertambah pun gak masalah.

      • Jelas beda lah klo h2h motor. Tp urusan adaptasi rider GP beda ga dengan rider pada umumnya? Selisih itu saya rasa klo terbuai menuntut seting detail (motor menyesuaikan)

  3. Bagusan mana sich wak..michellin dg bridgestone…??? Dari sisi gripnya..
    Bneran nanya??? Knp bridgestone putus contrak?

    • Saya rasa msh bridgestone. Ingat kan kasusnya dulu, Michellin dicerai di tengah kompetisi oleh rider sendiri krn kalah dlm hal kualitas & performa.
      Knp bridgestone mundur, saya rasa krn alasan etika dan bisnis, tp entah iba dari bridgestone sendiri atau krn tekanan Dorna. Klo skrng? Kita tdk prnh akan tahu, oleh Dorna dng alasan penyeragaman maka dibuat 1 vendor saja agar tdk terulang lg ada vendor yg malu luar biasa seperti kmrn. Dan saya rasa bukan kebetulan klo Michellin yg menang tender.

  4. Lagian yang dia tanya kan yang nulis artikel which is yang menurut dia lebih ngerti, tapi yang nyamber malah yang suka sotoy dan butuh pengakuan. Udah asal samber kalimatnya agak merendahkan yang tanya pula?

Leave a Reply to Taufik Cancel reply

Please enter your comment!
Please enter your name here