TMCBLOG.com – Beberapa hari ke belakang arena MotoGP lagi ramai banget soal aero parts pada 3 unit Ducati GP19. Wheel shroud + air deflector Ducati Desmosedici GP19 menjadi polemik dan setiap media saling expose pendapat dari pihak-pihak yang bersinggungan. Seperti dua sisi mata uang, polemik seperti ini sebagai sesuatu yang positif di satu sisi namun punya sisi negatif di sisi lain. Dari sudut pandang teknologi memang aero device GP19 tersebut sebagai perkembangan sebuah motor balap prototype, tapi hadirnya perubahan regulasi mendadak yang membuat semuanya jadi kacau dan penuh perdebatan sana sini. Via artikel ini TMCBlog ingin flashback hal hal yang menurut kami tidak baik di F1 yang (amit amit) jangan kejadian di MotoGP. Dulu MotoGP berjalan aman dan tentram, hingga semua berubah ketika negara api menyerang. Loh kok malah jadi prolog nya Avatar . .

Jika sobat sekalian juga sebagai pemerhati Formula 1, skandal seperti ini bukan apa apa. Di ajang balap paling eksotis sejagad raya itu kekacauan pada hal teknis pernah terjadi akibat regulasi yang masih banyak area abu abu. Berakibat lepas dan terlalu bebasnya inovasi pada mobil Formula 1, dan hal tersebut menurut TMCBlog adalah sesuatu yang haram terjadi di MotoGP agar tidak merusak persaingan MotoGP di atas lintasan yang selama ini terlihat jauh lebih seru dibandingkan Formula 1. Sorry to say buat temen temen penggemar Formula 1 nih ya.

Six Wheeler dan Fan Car

Kita flashback jauh ke era Formula 1 tahun 1976 dimana hadirnya mobil balap Formula 1 enam roda (Six Wheeler) buatan team Tyrrell dengan nama Tyrrell P34. Tyrrell P34 ‘Six Wheeler’ merupakan salah satu mobil paling radikal dengan design yang berhasil di F1 dan disebut-sebut sebagai desain yang paling ikonik dalam sejarah motorsport. Ide/konsep dasar Tyrrel P34 adalah menggunakan ban dengan lingkar yang cukup kecil untuk bisa ‘ngumpet’ sepenuhnya ke belakang sayap depan (front wing menutup lingkar ban). Ini akan memiliki dua efek, yang pertama akan menurunkan efek drag secara keseluruhan dan dengan demikian meningkatkan kecepatan pada lintasan lurus dan lainnya adalah untuk menghasilakn aerodinamika yang bersih secara keseluruhan sehingga sayap belakang (rear wing) akan menerima aliran udara yang jauh lebih bersih.

Tyrrell P34

Namun, mengingat keterbatasan ruang, ban yang diperlukan itu harus cukup kecil, yang akhirnya digunakan ban dengan diameter 10 inchi. Hal ini menyebabkan kontak patch dan ke aspal akan terlalu kecil untuk menghasilkan performa menikung sewajarnya mobil balap F1 kala itu, sehingga muncul ide yang menyebabkan penggunaan empat roda di depan, bukan hanya dua. Menambahkan lebih banyak roda di depan juga memiliki keuntungan lebih banyak pada sektor pengereman dn traksi ban ke aspal. Kelemahannya adalah meningkatnya kompleksitas sistem kemudi dan sistem suspensi yang secara fisik menyebabkan dimensi mobil jadi lebih besar. Sayang konsep seperti ini tidak berjalan lancar meskipun Tyrrell P34 mengoleksi 4 kali kemenagnan, hingga akhirnya pada musim kompetisi F1 1978 tidak melanjutkan menggunakan mobil 6 roda tersebut dan juga FIA kemudian memutuskan untuk melarang dengan tegas penggunaan roda lebih dari 4 buah pada mobil Formula 1 selamanya.

Tyrrell Six Wheeler

Kemudian ada lagi satu mobil ikonik yang mendominasi jalannya balap di Formula 1 tahun 1977. Mesin powerful akan mubazir jika tidak bisa di-transfer secara sempurna ke permukaan trek. Semua tenaga yang mesin hasilkan harus bisa dikontrol dengan baik. Itu lah fungsi spoiler pada mobil balap yakni untuk memproduksi downforce, perangkat aerodinamika teresbut membantu roda mempertahankan kontak dengan track dan menjaga tenaga yang dihasilkan mesin tetap terkontrol. Spoiler bekerja dengan menghasilkan downforce. Udara mengalir di atas spoiler, menekan mobil ke bawah dan membantu mobil mempertahankan kontaknya dengan permukaan lintasan sehingga tidak ada tenaga mesin yang terbuang.

Brabham BT46B

Brabham BT46B 1977, yang juga dikenal sebagai Fan Car (mobil kipas), memiliki kipas di bagian belakang ruang mesin yang tidak hanya difungsikan mendinginkan mesin tetapi juga menghasilkan downforce yang luar biasa. Kipas tersebut menyedot angin di bawah floor mobil dan memproduksi downforce yang luar biasa besar, sehingga tidak memerlukan banyak bilah bilah sirip dengan design yang terlalu complex untuk mengatur aliran angin dan menghasilkan downforce.

Dalam satu-satunya balapan yang BT46B ikuti, yakni GP Swedia 1978, pembalap Niki Lauda dengan sangat mudah meraih kemenangan. Masalahnya dengan BT46B adalah bahwa menurut aturan Formula 1, setiap fitur yang menghasilkan downforce harus tetap/fix tidak bisa bergerak dan kipas dianggap yang berputar di bagian belakang mobil tersebut sangat jelas bukanlah perangkat yang fix. Mobil itu legal pada saat itu karena emang terdapat celah menganga dalam peraturan, tetapi tidak akan lama. Era Brabham Fan car berakhir dengan cepat setelah mereka menggunakannya akibat FIA melarang penggunaan fan/kipas tersebut pada mobil F1 hingga saat ini.

Brabham BT46B

Blown Diffuser

Lagi lagi soal Downforce , yang pada bagian belakang mobil F1 merupakan hal yang sangat penting, jika pengemudi merasakan stabilitas pada bagian belakang mobil yang baik, ia bisa menekan lebih keras lagi saat bertarung di lintasan. Exhaust Blown Diffuser pada dasarnya adalah memanfaatkan gas buang untuk bergabung dengan aliran udara bersih diffuser dari arah depan mobil. Tujuan utamanya ada 2; pertama untuk memindahkan aliran udara dari roda belakang ke arah luar yang akan menyebabkan lebih sedikit turbulensi udara di bagian belakang bawah. Kedua, untuk memberi energi kembali udara bertekanan rendah di bagian belakang diffuser agar menciptakan lebih banyak downforce belakang.

Adanya knalpot yang keluar di area ini akan membantu mengurangi aliran udara agar tidak masuk ke bawah sisi diffuser saat ban belakang berputar. Jika aliran udara ini dibiarkan tumpah di bawahnya, akan mengakibatkan berkurangnya efisiensi aliran udara pada diffuser, yang pada gilirannya akan mengurangi kinerja seluruh underfloor mobil F1. Sementara itu, kini seluruh konsep Blown Diffusers telah dilarang (sejak tahun 2012). Konsep Blown Diffuser menjadi terlarang karena meskipun dengan sistem seperti itu mampu menyebabkan keuntungan performa mobil sekitar 0.5 detik hingga 1 detik lebih cepat per-lap. Tapi konsep itu akan menyebabkan konsumsi bahan bakar naik sekitar 15% dan menyebabkan pressure yang cukup besar pada kinerja mesin, sehingga itu berarti anggaran untuk mencapai reliabilitas / kehandalan mobil menjadi bengkak. Ini bukan cara FIA ingin menjalankan Formula 1, maka dari itu akhirnya Blown diffuser dilarang keras.

Tyregate

Scuderia Ferrari memenangkan gelar juara dunia F1 tahun 2003 lewat Michael Schumacher setelah pertarungan ketat melawan Williams-BMW dengan Juan Pablo Montoya dan juga McLaren-Mercedes Kimi Raikkonen dengan hanya selisih 2 point antar ketiganya, sampai pada seri ke 13 dari 16 balapan musim itu. Ferrari sedang memimpin klasemen konstruktor dan tahun 2003 pertempuran juga terjadi antara supplier ban, Bridgestone dan Michelin. Kondisi pada tahun itu Bridgestone seperti inferior ketimbang Michelin yang dipakai lebih banyak team, lebih seru lagi setelah sang seteru abadi Ferrari dan McLaren menggunakan 2 merk ban berbeda. Hingga pada Seri GP Hungaria, Williams menyalip Ferrari di poin konstruktor dan ini membuat Ferrari yang sedang mendominasi beberapa musim kebelakang terlihat geram.

Sampai pada akhirnya pihak Ferrari yang menggunakan Bridgestone, diwakili oelh Ross Brawn yang kala itu menjabat Direktur teknis Ferrari melayangkan gugatan ke FIA (Federacion Internationale d’ Automobile) untuk menggugat Michelin yang spesifikasinya berubah antara awal dan akhir balapan. Pada awal balap ban milik Michelin lebarnya sesuai dengan regulasi 270 mm namun setelah grip tergerus, lebar ban Michelin menjadi 286 mm sehingga menyebabkan Michelin tetap memiliki traksi yang lebih baik saat grip menipis. Yang terjadi setelah itu, FIA memenangkan gugatan Ferrari dan mewajibkan Michelin mengubah spesifikasi ban agar pada awal dan akhir pemakaian bannya tidak berubah dimensi lebarnya. Kemudian kita semua tau bahwa Ferrari bersama Michael Schumacher dengan mobil F2003-GA nya menjadi juara pembalap sekaligus konstruktor.

Stepneygate

Stepneygate atau juga sering disebut Spygate adalah skandal yang melibatkan McLaren-Mercedes mencuri informasi teknis rahasia dari Scuderia Ferrari, dan menduga team Renault pun mendapatkan informasi teknis rahasia milik Ferrari tersebut dari McLaren. Jika tidak salah ingat, informasi teknis tersebut mengenai rancang bangun suspensi depan. Skandal Stepneygate ini dibuat oleh Ferrari F1 terhadap mantan crew mereka yakni Nigel Stepney, lalu Senior Engineer McLaren-Mercedes yakni Mike Coughlan, dan juga istrinya Trudy Coughlan. Menarik karena kejadian tersebut diduga kuat terjadi saat jamuan makan malam di rumah Coughlan.

Meski FIA tidak menghasilkan hukuman untuk McLaren, namun pada sidang pengadialn kedua berlangsung pada 13 September 2007, dalam penerimaan bukti kuat menghasilkan beberapa hukuman bagi team. Parah karena McLaren harus dihapus poinnya dari kejuaraan konstruktor meraka di musim 2007 dan memecahkan rekor denda yang pernah dijatuhkan kepada sebuah team F1 sebesar $100 juta. Apapun hasil balap McLaren, poin akhirnya tetap 0. Unik karena Fernando Alonso selaku pembalap team McLaren kala itu yang membantu FIA menyelidiki dan mengungkap skandal tersebut karena ia merasa spionase dalam Formula 1 akan mematikan sportifitas antara team.

Crashgate

Lalu ada lagi nih sob yang namanya Crashgate, dan lagi-lagi Fernando Alonso ada di dalamnya dan hanya berselang 1 tahun setelah Stepneygate. Alih alih sebagai pelaku, Alonso bisa dibilang sebagai korban. Awalnya tidak ada yang aneh pada GP Singapore 2008 ini, dan tidak terlihat adanya kontroversi secara kasat mata. Nelson Piquet Jr. pembalap Renalut F1 mengalami kecelakaan pada race day sehingga menyebabkan Safety Car keluar, berujar bahwa kecelakaan yang ia alami saat lomba merupakan kesalahan dari dirinya sendiri, sampai saat itu selesai, tidak ada yang janggal. Setidaknya sampai satu tahun kedepannya saat Piquet Jr mendadak dipecat oleh Renault F1 pada tanggal 3 Agustus 2009. Tidak puas atas pemecatan dirinya, Piquet lantas memberikan sebuah pengakuan bahwa kecelakaan di GP Singapore 2008 merupakan sebuah taktik team agar bisa menolong Alonso untuk meraih kemenangan.

Nelson Piquet Jr. GP Singapore 2008

Menurut penuturan Piquet Jr. dirinya menerima instruksi beberapa hari sebelum lomba oleh Pat Symonds dan Flavio Briatore, petinggi Renault F1. Symonds menjadi orang pertama yang mengusulkan trik kecelakaan ini, lantas ia menemukan bahwa titik yang aman untuk dipakai lokasi kecelakaan adalah di T17 karena disana ditemukan bahwa areanya cukup sempit dan tidak ada crane alias penderek, dua hal yang mana jika terjadi sebuah insiden akan menyebabkan safety car masuk track. Ide curang ini ditengarai karena petinggi team Renault ini cukup frustrasi dengan hasil buruk team Renault selama musim 2008. Baik Symonds maupun Briatore tidak pernah memberitahukan rencana ini kepada Alonso sebagai pembalap utama karena merka tahu Alonso tidak akan setuju dengan ‘kecurangan’ tersebut.

Lalu di tahun 2009 Piquet membongkar semua skandal yang dilakukan team nya pada GP Singapore 2008. Dan pada tanggal 30 Agustus 2009, FIA melakukan penyelidikan terkait kasus ini, sampai pada 4 September 2009, FIA memerintahkan petinggi team Renault menghadiri sidang untuk mendengar pendapat dengan Dewan Olahraga Motor Dunia di Paris, Prancis, 21 September 2009, terkait tudingan melakukan kecelakaan yang disengaja di GP Singapura 2008. Piquet mengakui dan membongkar semuanya. Hingga pada akhirnya Symonds dan Briatore mundur dari Renault dan sekaligus dilarang untuk berkecimpung lagi di ajang balap manapun di masa depan oleh FIA.

Aerogate Ducati GP19

Kami sebut Aerogate hanya untuk mempersingkat penulisan saja, setuju yah sob? Hal tersebut tidak bisa dianggap sebagai hal yang biasa dan merupakan pekerjaan rumah untuk Dorna sebagai promotor. Perseteruan yang dimulai sesama team Italia ini (Rivola melaporkan perangkat yang diduga ilegal milik Ducati pada Dir teknis) kalau diperhatikan makin lama makin larut dan meluas. Ketika pada awal mulanya hanya Rivola dan Brivio (Suzuki) yang ikut serta memprotes, kini permasalahan melebar ketika Ducati lewat pernyataan Luigi Dall’Igna yang berbalik mempermasalahkan legalitas winglet milik Honda RC213V.

Jika pikiran kita terbuka, hal tersebut bisa dibilang memang legal secara regulasi merunut ke amandemen peraturan teknis tanggal 2 Maret. Menjadi sumber api adalah pernyataan dari Massimo Rivola (Aprilia) yang merasa dipermainkan oleh regulator karena pihaknya lebih dahulu membuat parts dengan ide yang sama namun ditolak. Dari sini terlihat seperti ketidak-tegasan dari pembuat peraturan. Belum pasti apakah memang terjadi lobi lobi untuk mengubah regulasi dari pihak Ducati demi memuluskan implementasi dari ide aero device tersebut atau memang ini murni blunder dari pembuat peraturan, tapi hal semacam ini pernah terjadi di Formula 1 dan terjadi secara terang-terangan seperti yang sudah kami jabarkan di atas dan lantas semuanya bisa cepat diatasi.

Bisa kita lihat bagaimana dinamika di Formula 1 dalam hal teknis yang terjadi dan bagaimana FIA menanganinya agar tidak terus berlarut-larut dan menjadi polemik berkepanjangan. Sangat responsif meskipun harus melewati prosedur (ya pasti lah ya) lumayan panjang, tegas karena mereka tidak bertoleransi terhadap pelanggaran sekecil apapun dari pihak manapun, lalu mereka bisa lugas menerapkan aturan sehingga tidak ada team ataupun pihak yang merasa ‘diakalin’ oleh pembuat regulasi dan tidak tebang pilih. Aah, ini levelnya sudah tinggi masalah pembuatan dan pelaksanaan kebijakan kita serahkan saja kepada yang memiliki wewenang. Cuma, kami tahu kalo sobat sekalian sudah gemas dengan apa yang terjadi saat ini. Satu hal yang kami harapkan adalah FIM selaku badan yang memayungi balap motor seluruh dunia beserta DORNA selaku promotor bisa dengan cepat menangani masalah seperti ini agar tidak mencederai sportifitas dan kompetisi pada MotoGP.

Aerogate Ducati,.? Yah semoga cepat usai lah yah dengan semua pihak tetap tidak mengalami kerugian berarti. Aamiin . .

Nugi TMCBlog

117 COMMENTS

  1. Baca dulu hehehe. MotoGP sudah bagus balapan dalam lintasannya ga perlu lagi drama drama off track. Jenuh juga sih mengikuti perkembangan kasus ini. Semoga bisa diselesaikan dengan tuntas dan bisa dihindari masalah2 serupa di masa depan dengan membuat peraturan yang better worded dan tidak ambigu/multitafsir

  2. kalo dari sisi mentalitas, sementara ini saya rasa pembalap motogp lbh ‘spartan’ dan ogah ikutin konspirasi sprti di F1 (too much team order,dll).
    ntahlah jika semisal terpaksa krna dia rider team satelit, hehe. yg jls moga dorna ga sampe salah kaprah demi rating.. cmiiw

    • .. kayaknya ducati memulai era tim order di motogp baru, saat lorenzo di sepang dan Valencia jg kayaknya.. klo taon ini jelas petruci diplot sbg wingman dovi

    • juara seri sih bisa lah ducati angkat deflektor di podium, tapi kalu jurdun, tahun ini kayaknya tetep hondut deh.

    • Ducati..ah itumah tim semenjana, kebanyakan koar2 dan gaya. Dlm sejarah MotoGP, Duc baru juara 1 x, itupun lebih karena Stoner-nya!

  3. segitiga, segitiga, kotak, bulat, X, L1, L2, bawah, bawah

    langsung keluar mobil sejenis brabham di GTA SA ??

  4. Kalo kata McQueen “mobil Rapuh” pas ngejek Francesco
    kan sering tuh kejadian ban depannya f1 ketenggor dikit langsung njepat ???

  5. dulu motogp cuma persaingan antar sembalap di track pake motor dan di media pake psy war , semua berubah ketika d*rno menyerang , panitia sama petinggi antar pabrikan ikut ketularan psy war jadinya kayak politik di jaman now

  6. kayanya gate2an ini cuma pemanis drama dorna deh biar selama jeda orang ga miss dari motogp.com nya.

    karena apa? traffic. itu sangat bagus untuk website. apalagi mereka jualan subscription berbayar

    di F1 juga begitu, para penggemar F1 seneng dengan intrik2 ini justru.

    kalo kalian penggemar balap doang tanpa drama memang ga suka hal ini tapi ingat DRAMA itu no 1 dalam segala hal kehidupan manusia. mau film, musik, entertainment, kerja, dll.

  7. Kasus f1 bikin geleng² kepala udah kek di film, di meja makan pun masih curi kesempatan berbuat licik untung yg pada makan malam gak diracun pake sianida :v

  8. Gegara ilmu agama mengajari, orang yang didzalimi doa nya terkabul. Maka sekarang tak cukup berlomba visi misi tapi juga berlomba jadi terdzalimi. Terkriminalisasi. Tergencet. DLL.

  9. Konyol ada mentega yang menjelma menjadi ngunuo, eh dia mulai playing victim sambil lempar kotoran yang dia keluarin sendiri. Padahal orang udah pada tau siapa yang bau kotoran. Masih berusaha giring opini, khayalannya udah melebihi tingkat nirwana?

  10. Korelasi sama kisruh di MotoGP sekarang memang ada, yg jelas Gigi_Dal’inga memang sosok yg oportunis dan never give up, jadi buat cari celah akibat mesin yg dibekukan, ECU yg diseragamkan, si pelopor winglet Ducati cari cara gimana Desmo’nya bisa jinak ditikungan, bisa friendly sama pembalap dan tetap unggul di power khas engine Desmo maka dibuatkanlah aneka winglet yg boleh dibilang belum rilis di MOU MotoGP,, tujuannya jelas dia pengen juara dunia,
    Kalo menurut saya 11-12 antara creative dan cheatless,, ?
    Mungkin kalo belum juga juara dunia solusi nya adalah sodorkan kontrak termahal ke Marc_Marquez,,
    Time will tell ,,
    ?

    • Kalau tentang mafia, sebenarnya saya punya sikit pandangan hasil ngobrol2 sama bule Inggris, Spanyol, Jerman dan Belgia jaman masih sering nonton langsung GP era 800cc dan kebawah di Eropa. Cuma karena hasil “ngobrol” doang jadi males saya ungkapin, ga ada pernah dibahas media. Tapi saya sangat yakin di GP juga ada, terutama kalau nyangkut pembalap dari negara yang terkenal dengan mafioso-nya. Kalau awal denger memang kesannya ga masuk akal, tapi selang beberapa waktu jadi masuk akal. Tentu bukan asal mangap seperti penggemar spek motor yang dibaca dari internet kemudian mendeklarasikan diri sebagai pengamat atau bocah kemarin sore yang hidupnya mulai terguncang karena jadi bahan bully akibat ulahnya sendiri, karena yang ngobrol sama saya waktu itu kebanyakan adalah mekanik, dan ada beberapa juga pemilik tim kecil 125 dan 250cc. Kalau GP saya belum pernah ngobrol, karena ga ada kenalan. paling cuma kru-nya Ellison waktu di tech3 itupun yang diobrolin kala itu cuma tentang kargo tim dan attitude Ellison selama di tim, jangan buruk sangka, Ellison termasuk pembalap berattitude jempolan dan bikin siapa aja suka. Tapi serius, aslinya GP ga sesederhana cari juara, tapi banyak drama dibelakang paddock.

    • ini kalau dibikin puzzle asik untuk coba dipecahkan. hehe..
      saya melihatnya begini, alur plotnya sbb; gigi > dirni > dikiti, alur ini yg saya lihat sebelum protes resmi.
      sekarang kalau diubah sedikit posisinya; gigi > dirni < dikiti. setelah protes resmi.
      terlihat kan siapa yg jadi dalang kisruhnya? hehe..
      tiba-tiba gigi dan dikiti berubah dari "anak emas" menjadi "anak durhaka" bagi dirni. haha..

      • Yang jelas peran “mafioso” sangat besar disini Pak Bangun. Sekarang coba ada tidak media yang secara gamblang bahas tentang Dorman paksa Yahaha dan Lorence untuk terima Rosita lagi di 2013? Ga ada. Padahal Rosita cerai fengan Yahaha ga dengan cara baik2, Rosita sesumbar ga akan pernah kembali ke Yahaha. Sama sekali tidak ada berita tentang karir Rosita yang diselamatkan Dorman dengan mengorbankan Yahaha. Padahal desas desus di paddock sudah seperti gosipin si A yang suka ke rumah si B malam2 dan pernah ke grebek tapi beritanya aman cuma mentok jadi rahasia umum. Bahkan penggiringan opini sampai bisa seorang pembalap jadi seperti superstar punya basis massa kuat pun karena peran “mafioso” dalam mengolah media. Nah kali ini tinggal kita lihat, mafioso Dacoti sekuat apa begitu digencet sesama pabrikan Italala + uang dari Honad dan Reb Dull. Kalau Dacoti masih tetap menang dan tetap legal, betapa kuat backingan mafioso dibelakang Dacoti.

    • Semua petinggi pabrikan yg protes juga gag pengen poin Dovi dan hasil race Qatar dianulir Bro’,, yg di protes itu caranya Ducati,,

  11. pada sadar gak sih.. ada tokoh yg sengaja dibikin admin dgn tujuan komen gak baku.. pas dgn konsipirasi durno gp

    • Membuat ‘tokoh’ itu sulit karena kalo admin/editor komentar di blog orang lain pun akan muncul nick dan email yang sama. Jadi dengan senang hati dan tangan teebuka, monggo dicoba aja buktikan kalo antara Wak Haji (administrator) atau Saya (editor) punya nickname double. Hehe. . .

      Cuma kalo “memanage” komentar, memang kami bisa banget. . ?

      • Belakangan komen ane sering nyasar
        (Apa krn belakangan sering lewat hp)
        Gak bisa kah yg kaya gitu juga d manage?

  12. Sudah kuduga Bro’_Nugie passionate juga bahas F1, memang antara F1 nd MotoGP itu kayak adik kakak,
    Sama-sama balap prototipe,
    Sama-sama kasta tertinggi di kelasnya,
    Sama-sama punya enthusiast fans yg luas,,

    Lanjutkan Bro_Nugie ,
    Biar tambah keren Tmcblog ,,

  13. Flavio Briatore itu bener2 salah satu pemimpin yg jenius, terlepas dari halal atau engga caranya.
    Sy masih ingat saat itu tahun 2002 Flavio bilang kalo target mereka juara dunia di tahun 2005.
    Dan boom! Alonso bener2 jadi juara dunia ngalahin Schumi, bahkan sejak awal seri.

    Di tahun yg sama (2002) saat Jenson Button masih di BAR Honda, dia bilang
    “Jenson adalah pembalap hebat, hanya butuh pembimbing yg tepat”.
    Boom! 2009 di bawah Ross Brawn (Brawn GP) JB bener2 juara dunia. Saat di mana persaingan cukup merata, saat Formula 1 punya 4 juara dunia dalam 4 tahun berturut-turut (bahkan 5 bersama Vettel 2010).

    Ya walaupun sebenarnya di tahun 2008 jika tidak ada crashgate, Felipe Massa yg seharusnya juara.

    Persamaan kasus2 di atas adalah, semuanya melibatkan orang Italia.
    Ini bukan hal negatif, ini level kejeniusan dalam bidang politik dan strategi di jaman modern. Tergantung dari sudut pandang mana kita melihat.

    Sorry OOT, btw ?.

    Peace!

    • Vettel 4X Om (2010, 2011, 2012, 2013) pakai sasis RBR gendong mesin Renault 2400cc V8 NA , dan mulai 2014 until now ganti ke 1600cc V6 Turbo Hybrid, niatnya buat menghentikan dominasi Vettel pakai isu lingkungan, tetapi sekarang malah di dominasi Mercedes,
      Memang yg namanya dominasi itu membosankan, tetapi tetep aja kayak gitu susah dihindari,,
      Lewis 5X (2008, 2014, 2015, 2017, 2018)
      Dan nanti berubah lagi di 2021,
      Yg unik di era regulasi sekarang dengan engine 1600cc V6 Turbo Hybrid lap record di semua race track tercepat sepanjang sejarah F1 padahal cc paling kecil,,
      gap F1 dan MotoGP rata2 20detik lebih per lap, memang keunceng itu F1 car,,
      ?

      • jaman V8 Vettel udah kaya titisan Schumi eh sekarang Mercedes dengan Hamiltion tapi masih bingung laptimenya jadi bener’ cepet banget F1 versi V6 Turbo Hybrid padahal secara kubikasi mesin tambah kecil

    • kalo ane masih demen sama adrian newey…
      dulu pernah ada yang bilang…di F1 ada 2 orang dengan talenta luar biasa…satu scumacher satunya lagi adrian newey.. dan mereka saling bersaing satu sama lain…

      schumi bisa membawa mobil biasa menjadi mobil juara dengan skill nya, sedangkan newey membuat pembalap biasa menjadi pembalap juara dengan mobil buatannya…

  14. anulir aja dah poin konstruktor duc hasil Qatar, evaluasi sang Dir. Teknik MotoGP, lalu larang dah winglet di swing arm itu. biar Duc kapok. F1 yang pake aerodinamika aja jarang atau kayaknya ga ngebolehin aerodinamika di moveable part, eh Duc malah bikinnya di moveable part-nya. jangan sampai “inovasi” split-Turbocharger nya Mercedes ada di MotoGP. bagus buat riset teknologi, tapi ga bagus untuk keseimbangan kompetisi.

  15. Tetep setia ngikutin F1 Bro,,
    Masih nunggu siapa yg bisa stop dominasi Mercedez,
    Sukur2 Si Verstappen dan Honda nya,,
    ?

  16. Cuma TMC yg bahas motojipi gk setengah setengah..
    Gk kayak yg lain ..comot sana comot sini…
    Kyk sebelah.biasa bahas bocoran ..true bahas motojipi…jadi morat marit…wkwkwk

  17. Ada lagi mas nug, mobil F1 yg bisa menghasilkan ground effect yaitu Lotus 79. Gara2 efek ini bisa masuk tikungan dengan kecepatan yg nggilani di masanya. Ditambah ada Williams yg nerapin active suspension yang bahkan lebih nggilani ketika masuk tikungan.

  18. pada intinya adalah ketegasan dari aturan main pihak dirni sebagai penyelenggara hajatan. isi dari aturan main bila menyisakan ruang yg “abu-abu”, bisa memicu terjadinya kecurangan yg dilegalkan, dan hal tsb memang “tidak sehat” untuk hajatan itu sendiri. dampaknya lebih banyak ke negatip bila ketahuan, terutama untuk penyelenggara hajatan, maka wajar bila dipertanyakan kredibilatasnya dalam mengelola managemen direksinya. dalam hal ini yg paling fatal terkena imbasnya adalah direktur tekniknya.
    apakah pemilihan direktur teknisnya ini sesuai prosedur? bebas suap-suap/titipan jabatan/kepentingan tertentu dari salah 1 pabrikan?
    apakah direktur teknis yg ditunjuk memiliki kapasitas yg layak untuk menjabat posisi tsb?
    apakah direktur teknis yg ditunjuk ini bisa tetap menjaga “fair-play” dg membuat aturan main yg baik dan tegas?
    apakah direktur teknis yg ditunjuk ini bisa menjaga konsistensinya untuk tidak memihak pabrikan/tim/rider manapun?
    hadno racingf1 lebih garang dalam memberikan pernyataan terkait aturan main yg “abu-abu”, dan tidak mungkin jg nanti hadno motogp jg bisa melakukan hal yg sama kepada dirni. ini yg saya sebut dg “elite war”. hehe..

    • situasi dan kondisi yg terjadi, saya melihatnya sperti memang “sengaja” dibuat sperti ini. menarik dan seru untuk diikuti selama beberapa pekan, namun bila “skenario” ini tidak segera dihentikan akan menjadi bumerang dan merugikan untuk semua pihak. karena bisa membuat sisi hiburannya jadi menjemukan. hehe..

  19. Thanks tmc….

    kmaren komen drama F1, eh langsung ada artikelnya
    gak sekalian akibat skandal stepneygate, ron dennis bales ungkap skandal sex max mosley hehehe walau diluar balap tp itu petinggi f1 smua

    trus teori konspirasi max mosley mau ngangkat tim bangkotan f1 di pertengahan 90an

    polemik moncong mobil yg mendongak menyerupai kepala hiu sharknose, inovasi tim papan tengah yg diprotes tim papan atas…. toh akhirnya pada pake semua sampe muncul regulasi ketinggian moncong jd balik kg merunduk

    salam lolipop man

  20. revisi lagi dong,ganti V16 atau W16 kayak mesin devel atau Bugatti gitu ?
    masa namanya jet darat tapi suaranya ngoong

  21. pertinyiinyi.. apakah dovi happy menang dengan motor yg kontroversial? apakah dia akan tetap menggunakan lengan ayun berdeflektor atau memilih tidak menggunakannya sampai ada keputusan banding itu.

  22. Blown diffuser itu ulahnya si genius aerodinamika adrian newey.
    Idola banget nih orang.

    Ngikuti f1 itu harus dengan pasion yg lebih, kalo nonton f1 tanpa ngikuti beritanya secara detail, pasti bosan. Dan isu dibelakang balapan itu sangat banyak.

    • bener banget gan…si adrian newey ini orang jenius soal desain mobil…
      seperti yang ane bilang di komen atas…dia mampu buat pembalap biasa jadi pembalap juara dengan mobil buatannya…

    • Ada noh diatas, dia nyamar jadi ngunuo sama nginio. Dari bahasanya aja udah ketebak. Siapa lagi yang bahasanya macam bocah SMP di kolom komentar selain dia seorang?

  23. Ya mau gimana lagi, namanya balap motor faktor pembalap juga berperan. Ini bukan balap tamiya asal bikin kenceng begitu disirkuit cuma tinggal jongkok ngeliatin sambil tunggu hasil. Mau Ducati diuntungkan kaya apa selama mereka cuma punya pembalap kelas 2 juara dunia cuma ngimpi. Crutchlow dibuang, Iannone dibuang, Lorenzo dibuang. Justru pembalap kelas 2 dipelihara bertahun2.

    • Selain Marquez, beberapa tahun ini semua pembalap yg lain itu kelas dua. Ya termasuk crutchlow, termasuk iannone, termasuk lorenzo.

      Apa Ducati harus merekrut Marquez ?

      Ga ada serunya lagi …

      Sekalian aja motoGP ridernya dibatasin ama pembalap kelas 1 aja.

      Marquez.
      Balapan sendirian.
      Pake Ducati.

      Orang pengen lihat ada rider yg rebound. Berkali-kali dianggap kelas 2 akhirnya bisa juara. Orang pengen lihat pabrikan kelas 2 nyodok kedepan.

      Kayak…
      Mourinho ngangkat Porto
      Weidman ngalahin Anderson Silva
      Stoner bisa menang dengan Ducati

      Bahkan Pedrosa yg ga sempat juara tetap jadi bumbu sedap motoGP. Ironi yg membekas.

      Nikmatin aja serunya musim 2019

      • saking sakit hatinya hohe ke ducati sampai dia nulis tagline di helm nya “i’m not a great rider, i’m a champion”

      • Kalau ngeliat persaingan motoGP sekarang, yg menang yg paling bisa adaptasi. Terhadap Michelin (ban perusak keseruan motoGP ) terhadap ECU dll.

        Lorenzo masuk ke Ducati. Team yg paling diuntungkan dgn aturan baru dorna. Katakan Ducati telat ngasi request dia, tetap aja terlalu lama dia adaptasi. Dia tidak sebaik Stoner, yg ga butuh waktu selama itu. Bisa dibilang dia kelas dua di era Michelin penyeragaman ECU, software dll.

        Bisakah dia jadi kelas 1 lagi ? Bisa sih, kalau dia juara bersama Honda. Kalau cuma menang seri aja ga cukup. Lah Dovi yg berkali kali menang aja dianggap kelas dua ama Darso.

        Hahaha

  24. saya yakin gunjang-ganjing masalah aerodinamika ga hanya di kasus aero swing-arm ducati
    dimasa depan pasti ada team yg digugat oleh team lain karna masalah aerodinamika
    karna utk masalah aerodinamika itu sangat kompleks, ga bisa cuma “ditahan” dgn regulasi penempatan parts aero, jumlah aero, dimensi aero dll
    masih buaanyaak celah utk aero
    maklum, berurusan dgn hal ghoib itu susah ????
    .
    .
    .
    #ghoib : angin soalnya ga bisa dilihat ????

Leave a Reply to ADI Cancel reply

Please enter your comment!
Please enter your name here