Cal Crutchlow Triple T

TMCBLOG.com – Di MotoGP sasis motor dirancang dan dibangun menyesuaikan dengan karakter karet ban yang dipakai, mungkin begitulah kira-kira yang TMCBlog bisa simpulkan dari tulisan Mat Oxley setelah mempelajari bagaimana Ace Rider repsol Honda – Marc Marquez menggunakan Triple T atas yang lebih tipis dibandingkan saat menggunakan ban Bridgestone.

Yap hal ini di akui oleh HRC Technical Manager,Takeo Yokoyama yang mengatakan; ” Bicara tentang sejarah, ban Bridgestone memiliki konstruksi yang lebih keras [dibandingkan ban Michelin], sehingga semua juga lebih keras: Triple Clamp, sasis dan parts-parts lain. Semenjak Michelin diperkenalkan, (sasis) kami menjadi lebih lembut (lentur) demi untuk dapat memperoleh feedback, feeling dan membuat Motor lebih baik saat menikung, Kami masih menjalani arahan ini. “

Secara umum juga saat menggunakan Bridgestone yang memiliki karakter karet lebih keras, sasis dibuat lebih pendek untuk membuat transfer bobot lebih besar ke ban depan saat menikung. Ban Michelin butuh sedikit Load (beban) pada ban depannya sehingga beberapa pabrikan sedikit memperpanjang wheelbase dan juga meninggikan titik pusat massa (Center of Gravity) semenjak musim 2015. Yap, sering kita dengar bahwa ketika berbicara soal ban Bridgestone adalah bicara bagaimana me-manage ban depan sedangkan ketika kita berbicara perihal ban Michelin adalah bagaimana me-manage ban belakang. Sebuah pengkutuban yang tentunya mengubah banyak filosofi dalam development motor.

Bukan hanya soal spesifikasi TripleClamp seperti contoh diatas, namun juga bicara mengenai tingkat kekakuan sasis secara keseluruhan. Dan bicara mengenai kekakuan sasis, motor MotoGP dengan pergerakan ke segala arahnya butuh variasi kekakuan bukan makna ‘kaku’ secara full. Seperti misalnya sasis butuh tingkat kekakuan Longitudinal (Kekakuan yang searah dengan arah gerak) yang tinggi ketika motor dibawa saat straight atau ketika dipakai hard braking dengan akselerasi sebesar 1,5G. Namun di sisi lain sasis yang sama tersebut juga harus memiliki kelenturan tententu ketika dipakai menikung (kelenturan ke arah samping / Lateral) karena dengan konstriksi ban depan Michelin yang soft butuh kelenturan tertentu dari sasis agar pembalap bisa memperoleh feeling dan feedback yang baik dari ban.

pict : MCN

Nah memang bila bicara soal kekakuan / kelenturan sasis ini memang banyak banget variabelnya, mulai dari kekakuan longitudinal, kekakuan / kelenturan lateral, variabel puntiran, titik bengkok dan lain-lain. Dan sampai saat ini sains yang mempelajari soal kekakuan/kelenturan sasis secara khusus atau material secara umum terus berkembang.

Oleh karena itu tidak heran ketika HRC sampai-sampai mencoba ‘membungkus’ sasis aluminium twin-spar RC213V yang dipakai oleh Stefan Bradl dengan lapisan serat karbon. Bukan hanya HRC, pabrikan sekelas Suzuki pun semenjak tahun lalu sudah terlihat melakukan riset soal frame yang dibungkus dengan serat karbon tersebut. Ducati terlihat menggunakan Triple Clamp tipis yang bagian atasnya ditumpuk dengan bagian berbahan serat karbon tebal. Dengan perlakukan seperti ini disinyalir pabrikan-pabrikan sedang mencari Click and Match yang tepat sempurna sehingga bisa memberikan kestabilan Longitudinal pembalap Honda saat melaju dan di sisi pengereman, namun tetap menghasilkan kelenturan yang pas untuk bisa merasakan feedback ban Michelin saat menikung.

Taufik of BuitenZorg

54 COMMENTS

    • memindahkan tumpuan dari yg awalnya di depan ke belakang. tentunya ini tidak mungkin cuma mengandalkan setingan ecu saja. akan ada banyak variabel non-elektronik yg perlu mendapatkan gubahan dan tambahan ‘ekstrim’

      • Dan musim kemaren ada yang terjebak dengan fokus pada ECU, tanp mempertimbangkan faktor geometri sasis. Pretty sure Burgess will be missed……….. a lot

      • sepertinya hadno akan test sasis setiap seri. mesti memperhatikan dengan sangat seksama, bagian dari sasis manakah yg nampak ‘berbeda’ pada saat FP. hehe..

    • Percumah di bebasin kalau akhirnya para pembalap akan kembali memilih ban yg di anggap terbaik,sprt dulu hampir semua pbalap lambat laun memilih ban B dan meninggalkan M,sblm akhirnya M mundur dgn sendirinya..

  1. apakah dgn sasis yg lentur gk ada efek negatifnya wak? seperti waktu mau masuk tikungan yg tajam kan ngeremnya kenceng tuh….dan pusat beban ada di depan..apa bodi belakang kagak ada efek meliuk liuk gt?? ?

    • Emm seprtinya di artikel udah dijelaskan, sasis “kaku” searah gerak motor untuk mengakomodir gaya yg timbul akibat hard braking, sedangkan “lentur” yg dimaksud adalah secara lateral atau arah kanan kiri untuk keperluan cornering. Ah malah saya ribet jelasinnya :v

      • intinya adalah kekakuan dan kelenturan yang di ingnkan, tidak kaku se kaku kaku nya atau lentur se lentur lentur nya

  2. Penggunaan huruf kapital dan kecil yang sangat random. Sayang artikel yang pembahasannya menarik tapi disusun dengan rangkaian kata dan tata bahasa yang berantakan.

  3. talking about race means every little thing is count…

    dulu wkt msh kecil menonton balapan semacam F1 dan motogp tu hanya sekedar tau mereka kencang, semakin tua semakin banyak baca banyak tau bahwa ternyata balapan prototype seperti F1 dan motogp itu memang berada di level yg berbeda. mereka udh beyond the limit, hal hal yg tdk terpikirkan oleh org awam ternyata bisa sangat berpengaruh dalam sebuah balap terutama berbicara prototype… bicara F1 dan motogp itu bukan sekedar bicara “kecepatan” tapi jga berbicara adu kecerdasan kepintaran ilmuwan ilmuwan segala bidang.. furusawan-san bapak M1 seorang ahli vibrasi?? saya bahkan baru tau ada hal seperti itu?

    • yap bener, Ahli vibrasi dalam artian dia sebenarnya Jago Fisika
      dan yamaha memang tidak bisa di jauhkan dari Makna Vibrasi/ musik dsb

      • Kalo inget ilmuan, jadi inget Tony Stark ? udah mati, gara gara jentikan jari

        Kebanyakan nonton film fiktif

    • furusawa mmng orang teknik mesin. tapi fokusnya di internal combustion chamber bro.. maka dari itu ia mmpelajari tntang noise, dynamic dan vibration, di kyushu institute. di yamaha jg dia bnyk membuat karya dan paten untuk motor jalanan yamaha mulai snowmobile dan roda dua.

  4. Apakah yamaha sudah sadar akan hal ini? Atau saya gak sadar yamaha sudah melakukan perubahan d bagian triple campnya wak haji?

    • Pasti dah sadar lah..mereka tuh pinter.. cuma level motogp sekarang itu dah jauh banget.. 0,0.. detik aja berpengaruh.kompetitor juga melaju kencang.

  5. Ketika para pengguna twin spar segitu pusingnya mencari rumus terbaik rame-rame, masih ada KTM yg dengan keras kepalanya maksa make pipa tubular sendirian.
    Akan sangat menarik jika pada akhirnya KTM berhasil, sebuah fairy tale di dunia Motogp modern.

    • Bos ktm stefan pierer bilang.”kami rela menunggu 10 tahun untuk ktm menang di motogp dan kami tak akan merubah filosofi sasis tralis itu”. Nah nanti 10 tahun lagi paling CEO nya lengser, nah setelah itu mungkin mereka baru ganti ke twin spar. Wkwkkkkkkk…

    • Yap Mungkin Karena KTM sudah punya banyak Data awalan soal Sasis Tralis ini sehingga mereka merasa kalo mulai dari sasis jenis lain maka mereka mulai dari Nol.

      • Menurut saya sangat berat dan sulit menjadikan sasis tralis bisa mengalahkan twin spar di motogp, mungkin secara hukum fisikanya memang ditakdirkan tralis itu dibawah twin spar untuk hal kecepatan.

        Kita lihat orang-orang ktm ini mungkin memandang remeh insinyur2 jepang yang mereka anggap tidak tahu apa-apa tentang sasis tralis,, ya jadilah hasilnya seperti sekarang ini ktm.

        Saya sampi bingung itu wak bagaimana meningkatkan performa sasis tralis yang jelas-jelas bahanya sudah baja, atau mungkin ada perubahan bahan, atau ada perubahan geometri yang luar biasa sulitnya.

        Mungkin ktm perlu buat motor nungging seperti yamaha dengan sasis tralisnya agar jadi easy handling.

    • gak melulu chais…stoner jurdu dengan duc bersasis teralis…. kencang dan susah belok….the only one…

      • Anti gravity@ kalo menurutku ktm ini bukan liar seperti honda atau ducati era stoner,, tapi ktm ini lebih ke lambat di pertengahan tikungan serta pada saat masuk tikungan seperti yamaha di musim lalu.

  6. Kalo inget ilmuan, jadi inget Tony Stark ? udah mati, gara gara jentikan jari

    Kebanyakan nonton film fiktif

  7. so that’s why marquez never had a problem with tyre degradation. ternyata segitu rumitnya ya untuk dua pasang karet bundar.. salut deh buat para ensinyur HRC ?

    • 1. banyak yg berasumsi mngenai derajat dan siklus ledakannya bahkan sejarahnya. motor apa aj yg pake.
      2. posisinya rada inferior karna mesin V terlihat superior ditangan marquez dngn teknologi HRC.
      3. sedikit bnyak pasti ada lah.. pnggemar kedua tipe mesin ini di blog wak haji. kalo lg unggul berbangga dan pas lg keok pasti di bully..

      itu pndapat sy aj sih.. knapa artikel tsb lbh rame dr ini hhehe..

    • karena untuk balap hal pertama yg dikulik-kulik pasti bagian engine mas. setelah engine beres, baru mengulik bagian lain, termasuk posisi spion supaya seimbang downforce-nya. hehe..

  8. membaca artikel wak haji memang selalu menambah ilmu dan tambah pintar.. makanya sy silent rider setia wak haji sejak 2011

  9. Ilmu saya naik brp derajat setelah membaca artikel dan segala commentnya…bahagia rasanya punya wadah untuk menimba ilmu tetang printilan motogp
    Terimakasih wak Taufik serta netizen yg budiman, semoga di bulan yg baik ini semua di limpahkan rezeki dan hidayah dari yg Maha Kuasa..aamiin

Leave a Reply to DwiPram Cancel reply

Please enter your comment!
Please enter your name here