TMCBLOG.com – Bicara Marc Marquez di race weekend adalah Bicara mengenai cerdasnya dia dan teamnya dalam melakukan riset ban. Jujur tmcblog baru mantengin bagaimana Pola Riset ban marc Marquez selama satu Tahun terakhir dimana khusus di Waktu latihan seperti FP2 dan FP4 yang memiliki waktu latihan sama dengan waktu race Marc begitu serius dan Tak jarang ban yang dipakai saat race merupakan ban yang dipakai pada FP2 dan FP4.

Semenjak hadir menggantikan Bridgestone sebagai Penyuplai ban tunggal, Michelin memang sulit dimengerti karakteristiknya. Limit dari grip ban terkadang sangat tipis dan bisa membuat Pembalap ujug ujug ndlosor, Tidak jarang para pembalap bicara Bahwa ban dengan spek compound yang lebih lembut namun terasa lebih keras atau lebih durable saat dipakai race. Bukan hanya Rossi yang bilang, kalo Nggak salah Marc Pun pernah mengamini karakter Ban merk asal Perancis ini.

Namun Sepertinya Marc dan team yang dipimpin crew Chief Santi Hernandez tidak mau ambil pusing soal bingungnya untuk mengerti Karakter dari Michelin ini. Marc Nggak Mau hanyut dalam kenyataan ini. Mungkin yang ia pikirkan adalah Michelin hadir sama untuk semua pembalap dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Atau dalam artian Karakter membingungkan dari Michelin diderita semua pembalap tak pandang bulu. Yang penting sekarang adalah bagaimana menyikapinya.

Salah satu cara menyikapinya adalah dengan riset. Mencoba Secara empiris ban ban tersebut langsung di track terlebih lagi langsung di suasana cuaca yang mirip dengan saat Race dan tentunya memilih ban mana yang paling masuk dalam hitungan kompromistis antara performa grip dan Durabilitas sesuai dengan karakter Motor dan Rider. Beruntung repsol Honda Memiliki sosok marc Marquez yang punya kapabilitas mencoba dan mencari titik limit dari grip ban. Ada satu Pembicaraan menarik antara Jurnalis David Emmet dengan Marc Marquez. Dalam artikelnya David bertanya mengenai strategi race weekendnya . . begini jawaban Marc

” Di MotoGP kita perlu menganalisa HANYA FP2 dan FP3. FP1 dan FP3 bisa dilupakan ritmenya, karena kamu nggak akan mempeoleh temperatur seperti ini saat Race.  . . . Kadang kadang kamu hanya harus analisa dua run pertama dari FP dan FP4. Dua Run pertama ini adalah kondisi real yang akan ditemukan saat race “

Yes, apa yang ditanyakan Om David di atas sebenarnya sudah pernah dinyatakan Oleh Marc Setahun lalu. Ketika itu tmcblog titip pertanyaan ke Om manuel Mengenai FP2 dan Memang di 2018 sendiri Marc Bilang Sesi paling penting saat ini adalah FP2 dan FP4

Taufik of BuitenZorg

https://tmcblog.com/2019/03/30/analisis-marc-marquez-di-fp2-termas-2019-aku-masih-seperti-yang-dulu/

https://tmcblog.com/2018/10/21/menganalisis-data-fp4-motogp-motegi-2018-jangan-mau-dibohongi-marc/

 

103 COMMENTS

  1. Sedangkan bagi Vinales dan kuartararo FP2 dan FP4 sama pentingnya dgn kualifikasi,pokoknya harus bikin single lap secepat2nya dan di puncak timesheet terus

    • Dengan motor yg lebih lambat dari yang lain, penting untuk mengamankan slot di Q2. Kl harus lewat Q1 dl, berat. G heran kl buat rider Yamaha, yg penting cepat dl biar slot Q2 aman. Beda dengan Marc, dia bisa dengan mudah memanfaatkan F1 unutk melihat pace pembalap lain, dan kemudian di FP3 untuk memastikan slot di Q2. Itu juga yg jadi salah satu sebab kenapa dia marah-marah sama Lorenzo di Catalunya yg dianggap mengganggu flying lap terakhirnya, sementara posisinya terancam dr slot Q2.

  2. Seharusnya MM berterima kasih sama ban astral nya michelin yg langsung import dari alam nya mbah dharmo, soalnya hanya MM yg pertama peka sama perasaan ban michelin, MM tau kalo temp aspal dingin, dia pakek soft, kalo lagi panas, dia pilih medium, tapi kalo cuacanya lagi PMS dia pakek Hard.. Jadi intinya MM di saat race tanpa ban, bisa apa dia, honda tanpa RCV213 bisa menang g..???????

    (MM ini termasuk cerdas loh dan terkadang usil juga, apalagi saat merayain menang ke 10 di Sachsenring kemarin, masak dia ngece sang lejen pakek 10 jari, itu kan manandakan di ngece kalo VR zonk juara yg ke 10 ???)

  3. Cuaca yg hampir mirip saat race day FP2 dan FP4, kelau motor sudah oke maka untuk riset atau pemilihan ban jadi bisa lebih fokus, itu kelebihannya

      • @pengamat
        kalau soal kombinasi RCV dan marc yg terbaik saat ini.
        RCV masih lebih baik ketimbang ducati.
        untuk Ducati belum bisa di bilang yg terbaik tapi punya keunggulan di akselerasi, top speed dan pengereman tapi itu belum cukup untuk jadi yg terbaik.
        kalau menurut ente gimana soal yamaha dan suzuki hehe nanya sekalian ah sama pengamat katanya

        • kalo menurut ane, sizuka terbaik sejauh ini di banding yamama. 2 hasil yamama terakhir ga bisa jd patokan. karena masih terbantu layout sirkuit yang nyembunyiin kekurangan motor. makanya masih ane liatin, nanti kalo bukan di habitatnya yamama bisa berada di sana (podium) baru bisa di simpulkan yamama sudah lebih baik(sembuh).

      • IMO, untuk musim 2019, motor terbaik sepertinya malah GSX-RR. Power dan Top speed mungkin lebih lambat, tapi senjata corner speednya bisa menutupi kelemahannya. Kl yg mengendarai JL, F1/4, atau Better Rins (Not Today Rins), bisa jadi selama musim 2019 motor tersebut konsisten di lima besar. Marc di GSX-RR, bisa jadi cepat, tapi bisa jadi juga lebih lambat dari Marc-RC213V, selain itu riding stylenya untuk bisa smooth belum seakurat JL maupun F1/4.

        GP, cepat dan stabil sayang cuma cocok di sirkuit Stop n Go.

        RC213V, sebagai lap time bike cukup optimal di seluruh sirkuit, sayangnya penambahan power menyebabkan RC213V kehilangan karakter di front end, agility, dan motornya jadi physical bike. G heran Cal yg stylenya agresif pun prestasinya g terlalu cemerlang krn dia kehilangan front end feeling. Sementara JL yg stylenya smooth ngos-ngosan saat harus cornering

        • Data dari mana GSXRR motor terbaik motogp, motor terbaik menurut data ya datang dari nilai construktor, masa iya construktor no4 bisa ngalahin yg no1, btw sampean kok tau JL ngos-ngosan saat harus cornering, emang sampean perna bicara langsung sama JL????…???

        • berarti ada kelemahan masing masing dan kelebihan masing masing. tgl rider nya yang nutup kelemahan itu jadi suatu pake (pembalap dan motor) yang mendekati sempurna (100%).

        • Semoga sarkasme, kl iy it’s a good sarcasm

          Kl bukan, kira-kira kondisinya seperti ini (termasuk biar g diplintir-plintir sama FB/AB):
          RC213V bisa diposisi atas karena MM93 yang mati-matian mengumpulkan point. Pendapat saya lebih pada bagaimana performa GSX-RR sebagai paket motor saat secara keseluruhan. Untuk benchmark, saya menggunakan GP19 dalam hal power, speed dan akselerasi, dan RC213V dalam hal agility untuk melibas tikungan. Dalam hal akselerasi, GSX-RR memang kalah tapi tidak jauh tertinggal dr GP19, bahkan beberapa kali Rins bisa memanfaatkan corner speed untuk menutup (bahkan mengambil alih) gap. Untuk agility di tikungan sendiri, g usah ditanya. Posisi 4 konstruktor lebih pada inkonsistensi dari Rins dan Mir.

          Untuk Jl pun seperti itu, g usah jadi pembantu atau sodara angkatnya untuk tahu kl JL kesulitan dengan RC213V yg menuntut fisik lebih untuk bisa dijinakkan. Setidaknya dari permintaan tank appendage dan knee pad bisa menjelaskan kl dua hal itu diperlukan JL untuk membantu mengurangi efek G force saat braking, dimana pembalap harus menahan sekitar 1,7 G, sekaligus membantu weight transfer saat pick up the bike. Sebelumnya dengan M1 JL leluasa mengembangkan riding style Butter and Hammer, karena motornya g perlu diajak gulat untuk bisa belok. Saat pindah ke Ducati, baru JL kesulitan beradaptasi, karena GP series, seperti halnya motor bermesin V, bukan corner bike. Tapi GP series yang murni point squirt dengan stabilitas saat braking dan akselerasi, dan motor tersebut masih less physical dibandingkan RC213V yg emang design-nya sebagai lap time bike yang mengedepankan speed dan agility. Di GP series aja dia bolak-balik minta pad segala macam agar bisa menyesuaikan riding stylenya dengan karakter motor, apalagi pake RC213V yg less stable.

          Sebagai gambaran how physical, bobot Cal + riding attire kira” 77 kg, dg asumsi dia harus menahan 60% bobotnya, maka tiap kali masuk tikungan, kedua pergelangan tangannya harus menahan 80 kg, belum lagi saat harus pick up bike. Kalikan bobot tersebut dengan jumlah tikungan dan jumlah lap, maka kira-kira itulah beban bench press yg harus ditanggung rider MotoGP.

      • Ya enaklah, lawong komen spam masuk sampah semua, ada editor siap jaga 24 jam juga, dan yg paling penting beda argumen masih dalam konteks tanpa harus mengeluarkan kata2 binatang atau menyerang pribadi kayak zaman nya qwerty dkk..

        • G deh cak kalo ke akismet, saya kok agak ragu ya kalo sampean kadang g 24 jam, soalnya ada beberapa artikelnya wak haji yg sampean main jump start komen, kan curang itu????, masak pertamax komen di ambil editornya sendiri..oh ya kalo boleh titip salam aja deh ama Id cew pembntu wak haji bikin artikel waktu wak haji teraweh, kalo g salah perna 1x buat artikel dan pernah sekali wajah nya masuk Vlog nya wak haji pas naik mobil???, boleh ya wak haji, cak nugie, titip salam..

    • enak bener kalau baca komen kaya gini, beda pendapat tapi ga sampe di tandain #ehh
      ================================
      makanya ente kalo komen yg bener bakal dapat balasan yg enak juga lah gak mungkin dibully kalo komen bener.
      lah ente diartikel sebelah ngegas, dulu diartikel lain ngegas juga sampe akhirnya tau kalo ente fumi. sekarang aja sok sok bijak komennya, tapi sayangnya ente ganti nickname tapi gak ganti email. jadi ketauan dah ente ini dulu bois gokil tp karena ketauan ente fumi sekarang sok bijak ganti jadi boi hahaha

    • wkwkwk bukannya mau usil atau tandain cuma lucu kalo liat tipikal komen fumi, rada ngegas diartikel marquez tp kalo ketauan fumi jadi sok bijak hahaha.

      boi July 9, 2019 at 12:06
      jangan sombong anak muda

      Guest
      Reply
      biologokil July 9, 2019 at 15:43
      Sombong matamu

      Guest
      boi July 9, 2019 at 17:36
      baper bgt tong, ngopi dulu lah biar ga panik

        • Mana ada sih cak baku hantam, lawong g ada yg di menghantam sama yg di hantam, ada2 saja sampean ini ????, yg ada sih adu argumen cerdas, kalo g cerdas uda ditandai dan masuk spam..

      • wkwkwk ampun dah mas bro, emang ente yg paling bener deh paduka stang oblak.
        yg ngegas duluan siapa, gw cuma bilang jng sombong anak muda, udah kepancing liat tuh balesan komennya “sombong matamu” trus lo seakan2 yg peling bener kalau gw penggemar rossi emang knapa sory gw bukan penggemar buta dan ga pernah gw jelek2in fans lain, gw emang boigokils tapi parahnya ada yg ikut2an pake nama biogikol sok2an di balik.
        slow aja bro ga usah nanda2in orang itu artinya anda panik dengan saya, salam kenal aja yah
        piss #kapangassbareng

      • sory kalo merasa rada di gass, yg laen aja biasa2 aja, nanti gw full gass deh sekalian gass bareng kalo perlu
        slow aja masbro Stang oblak jng merasa paling bener
        kalo oblak ga enak di pakenya ga bisa ngegas.
        piss ahh yuk kita ngopi

  4. Marq emang gendeng. Walaupun race kemarin bikin ngantuk, saya fresh lagi ketika liat rins jatuh. Sayang banget padahal udah di posisi nyaman, mav udah ketinggalan 1 detik lebih

  5. mungkin ditambahi “yang terpenting itu FP2 & FP 4 untuk persiapan race day”
    kapan2 bahas tentang ban michelin yg bisa beda hasil meski kompon yg sama wak. karena di salah satu Fanspage ada yg mengatakan “ban ghoib”

    • Sepertinya TMCBlog udah banyak jelasin soal hal itu mas bro.
      Marc dan Honda punya strategi dan setup berbeda untuk menyiasati ‘keunikan’ ban Michelin.

      Kemakan isu fansboy mah puyeng sendiri kang broh, KATANYA Michelin menganak-emaskan Marc dan diberi istilah ban ghoib, lalu awal tahun ini dibilang Drona yang menganak-emaskan Dicatu, nanti siapa lagi yang di-anak-emas-kan siapa. . . Hehehe

    • Ban sama hasil beda itu seperti bertanya kenapa ada 2 org yg main gitar, gitarnya sama tapi musik yg dihasilkan beda

    • “mungkin” ada misi dari Dorna untuk secepat mungkin mencari “new VR46” karena memang sampai saat ini belum ada sosok yg bisa menggantikan kepopulerannya. Nah karena motogp urusannya dgn duit yg banyak, maka dilakukan upaya² yg kalo dinalar gak mungkin dan mempertaruhkan reputasi dari dorna sendiri. Maka isu “ban ghoib” menjadi semakin nyata karena hal tersebut, kalo istilah lainnya “pembalap karbitan”

    • bobot motor+pebalap, distribusi beban pebalap pas gerak2 di atas motor (nikung kanan-kiri), sepersekiandetik kecepatan buka gas, talent…. mbuh liyone. Kalau pengin hasilnya sama cuma karena bannya sama plek ya itu 20 motor pas finish posisinya ajek tetep kaya baru start dong??? hehe
      (Yg lain jgn suudzon dulu ya ada “ban khusus”, nanti pikirannya kemana-mana)

    • Menurut saya sih uda kepikiran kesana, buktinya pas selesai warm up MM psy war ganti ban belakang, para kompetitor terdekat ikut2an ganti ban, dibajulin deh sama MM, cuma yg g bisa mereka tiru kan gaya ridding MM sama data telematri nya..

  6. Yaelah cak nugie, comen joke receh nya pakek dikasih sambel trasi lagi pagi2, kembaliin donk, kalo dikabulin, tak doain biar cepet2 kesampean deh beli moge 600rr nya???

  7. MM joss.
    Hodna? gak tau ?
    Nunggu bukti Jolor99.
    M1 4i superior? mayan.lihat Quantarejo20 sama MV12 konsisten dapat poin (angka besar)
    4i yg ono?? No komen sebab kalau dipaksa kenceng berujung nyeleng.
    Duc? Mayan bukti konsisten finish baris kek lagi balap OMR sendiri ?

    Analisa realistis

    • Kl murni dari performance paket motor, sampai paruh pertama musim 2019, tetep GSX-RR jauh lebih baik dibandingkan M1.

      Analisa Realistis

      • Ya jelas lebih baik dari M1 donk, soalnya GSX ada embel2 nya RR, kan biasanya kalo motor ada embel2 RR pasti kenceng dan race oriented, lah M1 g ada RR, paling g ada 1 saja R nya..entah kapan mungkin dikasih juga jadi M1-RR?????…

  8. unggul 50 poin atau setara dlosor 2x bisa menambah semangat dan sedikit kisi2 riset motor 2020 bisa meruntuhkan mental lawan … dan ini seperti taun2 lalu

    • Emang setara kok sijuki sama hadno di GP, emang ada yg bilang kalo sijuki g setara sama hadno, maksud saya setara motornya loh, kan sijuki motor, hadno motor, emang ada yg bilanga kalo sijuki becak ..???

    • Kl dari performance motor, hampir mirip lah. Tp dr tim secara keseluruhan kynya Suzuki masih jauh dr setara dengan Honda

  9. Wak, kok kemaren ane kepikiran pas warm up lap marc pasti mlorot, berbanding terbalik dengan kebiasaan lorenzo dulu pas warm up lap, mulai dari grip manapun pasti ngacir paling duluan. jadi gak tau bener atau salah, warm up kayanya sih juga di pake marc buat ngepoin ban musuh-musuhnya. misal ngelirik dovi pake soft atau hard buat memprediksi bakal pakai strategi apa dovi pas race nanti. soalnya kalau gak salah pas warm up marc dibelakang quartararo.

    • Kelihatan nya sih ada bener nya analisa sampean, mungkin marc agak mundur keblakang mau lihat ban yg di pakek kompetitornya, kira2 ada yg pakek ban tahu atau semua pakek ban sliik, atau jangan2 pakai ada yg pakek ban dokar..???

  10. kekuatan honda tidak hanya di rcv,,
    klo berbicara motor,, desmo gp, gsxrr juga punya keunggulan dibanding rcv di kriteria lain,
    tapi emang kekuatan honda itu adalah dr sebuah konstruktor dan team
    secara manajemen sangat mendukung,, rider a dan b didengar masukannya, komunikatif, permintaan rider a dan b ditampung,, respon thd permintaan rider juga cepat,, dana berlimpah,,
    lalu yg paling kental adalah kekompakan,, dari manajer team, rider, chief crew, sampe crew mechanic semua pada kompak dan hangat
    bandingkan dengan ducati yg manajemennya amburadul, antar rider ga akur, rider – manajer juga ga bagus2 amat (kasus lorenze), ujung2nya team order
    yamaha juga sama, tapi masi lebih baik dr ducati
    suzuki yaa masi butuh waktu dan dana masi kurang
    intinya kepribadian+skill marc+bagusnya manajemen hrc – repsol+rcv yg klop adalah resep manjur
    rider mau perform mantap juga butuh motor dan “rumah” yg hangat dan mendukung

    • Dan jangan lupa sama sumbangsih dana dari hasil jualan sparepart kampas rem beat..apalgi kalo marc mau balapan gp pakek beat, menang juga, uwiiih tambah rame dunia perGPan..????

    • Mknya, dr dulu jaman masih main fp MotoGP di facebook, sy selalu bilang kl Rider-Motor-Engineer adalah triumvirate untuk bisa memperoleh hasil maksimal di MotoGP. MM93 sebagai rider, g usah dijelasin, RC213V sebagai motor secara performance dia blm yang terbaik, tp jangan lupa masih ada engineer dengan sumber daya melimpah di belakangnya. G heran MotoGP musim 2019 mulai tercium baru “boring” kl team lain g bisa keep up dengan MM93-RC213V-HRC.

      Yamaha???? Selama masih ada Lin Jarvis-VR46 dan Uccio di paddocknya, manajemennya g bakalan beres.

      • G ada tuh yg nama nya mr.sunday, paling ABM yg ngomong gitu, yg ada mah the doctor, baby alien, top gun, little samurai dll..

  11. kalo karakter ban bridgestone lebih mudah disiasati apa bisa dibilang bridgestone itu lbh superior dari michelin ya? apa dulu bridgestone tdk bs perpanjang kontrak supplier? apa semua cuma agenda dorna biar pada sering ndlosor gitu, biar ada struggle, bumbu drama, hal-hal yg tdk bisa prediksi dll?

    • IRRC, dl saat Michelin dan Bridgestone masih bisa berkompetisi bareng, performancenya jauh lebih konsisten motor dengan ban bridgestone. Jadi kl ad yg berpendapat Bridgestone better than Michelin, y ada benarnya juga.

      IMO, jadi suplier ban juga memerlukan biaya yang tidak sedikit dan komitmen untuk dapat memenuhi semua permintaan promotor-rider dan team. Dan sepertinya itu jadi salah satu alasan kenapa Bridgestone mundur dari MotoGP. Simply because, Bridgestone tidak memiliki/bersedia menyedian resource untuk bs berkomitmen penuh di MotoGP.

      • Berarti bridgestone ini agak bangkrut donk cak, soalnya uda g mampu suplay secara gratis ban di gp, kalo boleh tanya, kenapa g gandeng saja IRC/Swallow/Corsa/Pirelli(khusus pirelli biar bisa buat ecu sekalian) atau paling g kerja sama dengan michelin biar biaya g banyak dan dapat hasil riset berjalan..????

        • Bangkrut, mungkin ngga. Tapi kl hitungan cost and benefit udah mulai g masuk akal, atau cost yg udah dikeluarkan g bisa memperoleh eksposure yang diinginkan, y mending mundur. Kecuali emang udah obsesi harus ada, macam Honda dan KTM, atau kl di F1 seperti Ferrari

        • nope, focus bisnis bridgstonenya berubah, lebih ke roda 4 jadinya yg roda dua dia kabur, beda cerita dengan michelin, ekspansi kemana mana di roda duanya, jadi ya wajar, michelin masuk moto gp

  12. Siapa mas yg bilang g setara, semua setara, seimbang, yamma motor, sijuki motor, hando motor, ducduc motor, masa iya ada yg bilang kalo yamma itu odong2..??????

  13. saya rasa marc meriset ban di sesi fp2 fp4 bukan krna motorny udah sempurna, tpi marc mencoba dengan kondisi motor yg ada dan krakter sirkuit plus kekuatan rider2 lain kira2 tipe ban mna yg pling cocok agar saya tetap bisa kompetitifff…
    saya bilang gitu krna tak jarang marc meriset ban agar tetap bisa dekat dgn pemimpin bukan untuk mnang contoh ny mungkin pda masih ingat kan race assenb selain itu race qatar catalunya dan mugello juga sama. itulh klebihan marc beserta tim ny bisa menganalisa di tingkat mna performanya dn kompetitorny di fp1 dan mayoritas analisany itu akurat

  14. Lupakan sejenak gelar legend ……soalnya ternyata seorang yg PERNAH juara dunia (udah lamaaa sekali sih) yg katanya sangat berpengalaman, ternyata bisa juga bikin crash karambol, bahkan bikin orang lain cedera, ga malu apa tingkah kayak “rookie”. padahal juga udah dibantu elektronik lho.
    Apakah perlu dibantu juga pake roda bantuan ???

    Lupakan juga sejenak gelar “the doctor”, karena dr 2013 sampe sekarang, alias 7 tahun berturut-turut pake motor yang SAMA, ternyata kaga mampu “mengembangkan” motor, untuk diri sendiri sekalipun. Sungguh selama ini dia make gelar hasil tipu-tipu,
    Ga nyangka kakek legend ternyata selevel ama Komar.

    What amazing things…semua perlahan-lahan terkuat dengan sendirinya satu-persatu seiring waktu. xixixi

    • IIRC, kynya dl dia bikin/dapat julukan “The Doctor” bukan karena bisa develop motor, tapi lebih pada kemampuannya yg dianggap ky dokter, yang “memeriksa” lawannya dan situasi, terus kemudian “melakukan tindakan” untuk mengalahkan lawan di track. Dan kl g salah, akhirnya dr omongan itu, dia bikin helm spesial Mugello yg gambarnya dia lg pegang stetoskop -CMIIW. Dari situlah gelar “The Doctor” dipake terus. Which is Ironic, karena ternyata the doktor bolak-balik dikalahkan “pasiennya” dengan cara yg sama (terutama di era unified). Kl ngikutin blognya Randy Mamola, dia punya julukan satire sendiri “The Dentis”, yg akhirnya bikin ambigu karena sekarang di MotoGP ada juga seorang Dentist, literally (biarpun blm lulus juga)

    • salut gw sama maki2 sama cak aimin…kalo bales komentar panjang2 banget….sampe kaya artikel didalam artikel…salut sama kalian…. detail dalam menjelaskan…

  15. Sepertinya masalah ban ini selalu jadi topik yg menarik. Malah kalo dpikir pikir lebih sering membahas masalah ban dari pada kehebatan mesin itu sendiri 🙂

    • Ya jelas menarik to cak xXx, dibeberapa artikel wak haji aja uda di ulas, kalo motogp itu mulai merancang motor dari karakter ban itu dulu, baru meracik sebuah motor yg sempurna, coba saya tanya sampean, bisa apa motor tanpa ban di sebuah balapan..???????, lah kalo motogp tanpa mesin kan masih bisa jalan, meskipun harus di pancal???..

  16. Boleh nggak mas Taufik kalimat “karakter ban yg membingungkan” kita lugaskan mjd “ban jelek”? Dunia olahraga hrs sebisa mungkin menjauh dari eufimisme.

    • Pertimbangan wak haji mungkin utk etika penulisan… Tapi bagi pelaku olahraganya sendiri sy yakin tidak eufimisme. Ban bagus ya dikatakan bagus, ban jelek ya dikatakan jelek (ban berkarakter membingungkan juga masuk sini), meskipun tiap pebalap pasti beda pendapatnya. Relatif…Perkara ban ghoib/apalah istilahnya saya setuju dimasukkan ke kriteria ban jelek karena ban seperti belum mantap racikannya dibuat, ada yg udah cocok tapi lebih banyak yang kurang cocok, lalu bisa kita tonton Gp skrg ban-nya yg cepet keliatan pengaruhnya ke laptime menurun sebelum race berakhir seakan-akan mengurangi esensi olahraga balap motor yg semestinya memperlombakan mesin+pebalap dari start sampai finish… Miss the old gp huhu -_-

  17. Suatu hasil yang dipengaruhi banyak faktor, seperti hasil race misalnya, tetap yang menentukan itu faktor X (kesampingkan dulu keberuntungan). Faktor X itu talenta/bakat, mau itu motor merk apapun dg seabreg bantuan teknologi sensor2 yg bikin motor cepat/mudah dikendarai, menduplikasi data/teknologi/gaya balap/profil ban/racing line/dsb, atau menggunakan motor yang sama plek detailnya tetap saja tidak sepenuhnya sama hasilnya. Semua variabel2 tadi akan menjadi satu paket dg faktor talenta itu. MotoGp meskipun sekarang sudah bermain dg angka/data2, seperti halnya ilmu pasti, namun hasil akhir race tidak bisa ditentukan seperti halnya memecahkan masalah pada ilmu pasti. Pebalap lain mungkin mencoba metode sperti itu utk mengalahkan Marc, tapi hasilnya tidak mungkin pasti mengalahkannya begitu saja. Tetap ada margin error disana…faktor talenta salah satunya.
    Bukan sedang mengagungkan Marc adalah segalanya di Gp, tapi memang bisa kita amati orang inilah yang paling paham cara kerja tunggangan Gp sekarang. Heran saya wkwk

  18. sejal lahir di motogp 2013, dengan kemapuan cepat beradaptasi dan penyesuaian dengan motor,marc bisa memanfaatkan keungggulan dari rc213v untuk menutupi kelemahan motor tsb. dengan bertambahnya jam terbang marc dengan rc213v sampai saat ini sebenernya motor tsb tidak terlalu marc oriented! terbukti dani, miler dan cal pernah juara dengan rc213v! nah pertanyaanya kenapa hanya marc yg mampu juara dunia dengan rc213v?! yg ngikutin warung ini dari musim 2014 sampe 2019 ini (seri jerman kemarin), sudah gamblang dijelaskan oleh team TMCblog apa pembedanya!!! ga percaya?! buka lagi data ulasan motogp dari wak haji maupun mas nug tentang ulasan marc marquez mulai 2014-2019! dan sampai di artikel ini salah satu contoh dari sekian banyak contoh pembeda kenapa hanya marc yg bisa jurdun dengan rc213v! exp: case 66 derajat! hahaha

Leave a Reply to Typhos Cancel reply

Please enter your comment!
Please enter your name here