TMCBLOG.com – Maverick Vinales menutup Paruh pertama Musim 2019 dengan mengovertake Posisi Valentino Rossi di Posisi 5 Klasemen Championship Sementara. Ia adalah satu satunya pembalap Yamaha di 2018 yang mempersembahkan Kemenangan seri. Dia Pula yang di Paruh Musim Pertama 2019 mempersembahkan Podium tertinggi bagi Pabrikan Garpu Tala. Maverick di awal Musim 2019 dikhawatirkan sama dengan Awal Musim 2018 dimana ia terkenal sebagai Juara dunia test Pra-Musim, sebuah Titel yang selalu menempatkan Maverick di Posisi tertinggi Time-sheet sesi test Pra-Musim. Masuk race awalnya Maverick terlihat masih belum stabil, race atar menempatkannnya finish P11 sementar Rossi P2 saat itu.

Di termas Maverick DNF, Di CoTA kembali Finish P11, Podium 3 di Jerez, DNF di Le Mans, Finish P6 di Mugello, DNF Gegara Swipe Lorenzo di Catalunya, Juara di Assen, Dan Finish P2 di Sachsenring. . . . Menurut tmcblog Maverick ini seperti menemukan dua Hal di awal Musim 2019. Menemukan Maverick yang dulu, atau menemukan Maverick Model baru. Dua duanya ini memang memungkinkan.

Lin Jarvis mengemukakan dua kemungkinan analisa kenaikan performa Maverick Vinales di paruh eprtama musim 2019. Yang menarik Lin sama sekali mengesampingkan Soal Yamaha M1 di dalamnya. Semua soal Maverick dan team. Kepada speedweek Lin Mengatakan bahwa Hal pertama adalah karena Maverick ini memiliki Karakter dimana Ia bisa terus memotivasi diri sendiri ketika depresi dengan cara terus berlatih, dan terus menjaga semangat tak kenal menyerah sampai akhirnya ia menemukan kembali puncak dari Kebugaran mentalnya. Namun Lin Juga mengatakan Kelemahan maverick yakni ia telalu mudah untuk masuk ke spiral lingkaran Negatif. Tendensi Maverick saat berada di dalam keadaan buruk adalah’ naik dan turun’ Ini dikarenakan posisinya tidak selalu berada di dasar dari Depresi.

Hal Kedua yang menurut Lin menjadi penyebab dari perubahan Maverick adalah soal team. Lin Mengatakan bahwa Ramon Forcada adalah Seorang Crew Chief berpengalaman Namun Jarak Usia nya dengan Maverick yang hampir 40 tahun membuat Gap Komunikasi antara keduanya. Esteban Garcia Memiliki usia Yang lebih muda dan tentunya memiliki pendekatan yang berbeda kepada Maverick. Ditambah Lagi Riders Analist Julian Simon yang hadir turut memperkuat Data dan masukan ke Maverick mengenai pendekatan apa yang Harus ia Lakukan.

Jadi sepertinya Maverick telah menemukan Karakter Maverrick Yang baru. Salah satu Yang berubah dari strategi Maverick Vinales di Paruh pertama Musim 2019 ini adalah ia mengeliminasi Strategi yang terfokus pada penciptaan satu Fast lap dan menggantikannya dengan Upaya Mencari race Pace terbaik . . wahhh ternyata ini karakter lama Maverick yang membuatnya diberi titel Juara Pra-Musim ?

Taufik of BuitenZorg

49 COMMENTS

  1. Halah mv .. nanti juga nyungsep lagi kayak sebelum sebelum nya hehehe ..

    Nunggu komengtator yg agresif dipramusim sambil minum kopi .. hemm

    • Mengganti head crew chief itu perubahan mayor.
      Ramon forcada udah 60-an dan sangat sulit mengajak orang setua itu untuk mengikuti dinamika modern. MV (mungkin) suka nyobain apapun sana-sini demi bersaing ama MM93 tapi si Ramon kagak setuju, gimana kagak stres kalau lu punya ide segar tapi dimentahin ama head crew chief sendiri yang gaya komunikasinya beda jauh.

      Itulah makanya ketika Brivio gabung Sijuki, gw yakin Sijuki bisa moncer lagi setidaknya konsisten di barisan depan. Brivio kan orang progresif. Maunya pembalap muda meski kurang pengalaman tapi siapa tahu bisa nemu berlian.

  2. Faktor mocernya fabio nyemplak m1 kok dihilangkan ya sama lin jarvis, padahal cukup signifikan mendongkrak performa maverick.

    • di artikel lain, lin sepertinya jadiin fq1/4 sebagai masa depan yamama, dengan asumsi vr pensi, cuma lin ga mau kalo opsi pensi itu harus dr team yamama jd dy nunggu vr yang menyatakan. walau dengan sindiran halus. seperti nya ada perombakan besar di team yamama, sampai sampai lin jg bilang dy jg tak akan lama di team tsb, pertanyaan nya. apakah lin di ultimatum pihak yamama?

    • Mungkin karena Fabio Quartararo itu Rookie, Lin Jarvis gak mau ngomongin itu, karena Seorang Morbidelli aja yang udah mendingan karena pake Yamaha, tetep aja kurang bisa diandalkan. MV cukup bagus sejak Mugello, terlebih meski Quartararo lebih bagus di Qualifikasi, tapi hasil race menempatkan Vinales sebagai pembalap Yamaha terdepan yang finish di Mugello maupun Assen.

    • Fabio P1 dulu dong, baru jadi patokan. Kalo pole position mah Zarco juga sering pole, kemana dia ?

      Vinales pas ngeliat data Fabio juga ngomong kalo cara Fabio bisa dipake dibeberapa tikungan. Ga selalu berhasil. Namanya satu pabrikan ya share data.

      Kira kira lebih banyak Vinales nyontoh data Fabio apa Fabio nyontoh data Vinales ?
      Logika aja…
      Kalo Lu Fabio ; Lu rookie, riding style lu begitu, Lu ngeliat datanya Vinales atau Rossi ?

      Hahaha.

  3. Kami sekeluarga sangat berharap tim pabrikan yang ikut motogp bertambah banyak. Tidak itu-itu saja. Harusnya semua pabrikan di dunia mengirimkan produk nya maseng maseng. Begitu juga dengan ridernya. Rider kulit hitam dari Afrika pernah lihat belum? Lalu komunitas anak motor juga punya wakilnya. Tim Sumorizor adalah wakil dari anak muda yang hobi sunmori-sunmorian. Kesian mereka, jadi tider sekaligus kameraman, editor juga. Cuma tayang di youtube, ga pernah muncul di televisi. Dengan banyak beraneka motor dengan merk berbeda membawa pesan diversity

  4. kenapa yak pembalap julian simon selalu dijadikan sebagai rider analist atau mentor oleh para pembalap spanyol ?

    • Mungkin karena dia juga tester dari Triumph Moto2, jadi mungkin aja sangat berguna bagi pembalap yang mau memahami lebih tentang motornya ataupun motor baru yang belum tahu kekuatan tersembunyi di dalamnya.

    • klo ga salah ingat, di beberapa race terakhir ini, data2 yg diperoleh Fabio, juga dipake sebagai pertimbangan & pelajaran oleh Vinalez, dan data2 dr Fabio tersebut ternyata menguntungkan Vinalez.
      Good choice tapi terkesan ironis, lebih baik pake data junior “rookie” ketimbang senior bergelar “doctor”

    • Emang bener, sih, dan dia sampe rela nyoba fork depan yang alumunium di Assen, gara-gara Quartararo yang selalu tampil apik, meski pake Fork depan Alumunium

    • Bukan opini lagi… vinalesnya juga udah ngakuin koq…
      Tp koq lin jarvis gak ngakuin ya?

      Btw kalo dipikir2 bener juga kata2 lin jarvis ttg sifat vinales yg cenderung ngambil sisi negatif
      Vinales jarang senyum
      Trus cerita ketika dia kecil, yg nangis krn cuma posisi 2 alasannya krn motornya kalah cc dibanding marc
      Padahal kalo memang kalah cc dia perlu nangis
      Lha wong wajar toh, bahkan dia juga ngalahin cc lebih besar yg lain

  5. Dalam suatu pekerjaan,kalau kita merasa tdk nyaman dengan orang diteam maka akan mempengaruhi segalanya. Jadi bisa saja mv g nyaman dgn ramon.

  6. ya emang seharusnya performa mv naik..
    udah 2 musih lebih hrsnya mv bisa lbh bnyk p1
    bukan malah uring2an, ngambek, ngeluh pd diri sendiri.
    pake suzi zong
    wajib kontrak dg ymh bisa jurdun
    atau ganti quartararo

  7. Menurut ane perform mv masih kayak spiral, naik turun gak konsisten. Musim ini marc bisa menang mudah saat musuh2nya main spiral. Semoga musim depan fq20 bisa konsisten dan diducati ada rider yg bisa kasih perlawanan ke rider hrc. Masak, musim ini duo duc perform setara cal-crut. Kalo menurut om gembel cukup dilawan sama cal aja tu duo duc

    • Rins p1 cuma pas Marc crash… ga pernah duel… Dia megang development Suzuki, ga direcokin team mate.
      Vinales menang pake Suzuki saat Suzuki belum sekuat sekarang.

      Nggak, Rins masih belum lebih bagus daripada Vinales.

  8. Nek inget, cerita pengalaman MV kecil nangis saat MM menang rasane gatel-gatel gimana gitu. Secara inyong be duwe bocah cilik nang umah.
    MV mungkin salah satu pembalap yang punya hasrat untuk lebih baik dari (baca:mengalahkan) MM.
    Ini bukan perkara yang mustahil, tapi tentu tidak mudah.
    Butuh keberuntungan luar biasa besar (selain kebutuhan lainnya).
    Sukses untuk MV12.

  9. tidak semudah itu bung

    imo…..
    ubah mesin
    ubah sasis
    ubah ergonomi
    ubah setelan elektronik
    besar kemungkinan mengubah riding style ridernya.
    ubah segalanya berarti nambah budget
    minim data berbagai hal alias tidak ada basis & patokan (misalnya efek terhadap ban untuk full race – dry & wet race)
    kena aturan penyegelan mesin pula (kecuali bersedia turun “kelas” masuk tim konsesi)

    Satu ridernya tua, rider satunya lg moody doyan uring-uringan. Yakin bakal dpt input signifikan dr keduanya ???

    Duc dan Hon melanjutkan “kesuksesan”, sementara situ nyuruh Yam untuk mulai dr “nol”.
    ini bukannya akan ngejar Duc ama Hon, yg ada malah makin tertinggal jauh plus rugi bandar (setidaknya di 3 tahun pertama penerapan mesin baru) dan bs jadi berimbas ke pengembangan M1 di WSBK.

  10. lebih baik melihara dua pembalap muda (macam Suzuki lha)
    ketimbang melihara 1 pembalap TERLALU tua
    yg udah dibayar mahal pula
    tapi hasil KAGA ADA

    xixixi

  11. Kalo naiknya cuma di Assen, Sachsenring, Silverstone, sama Phillips Island y masih semu juga apakah emang MV12 jadi lebih baik ato masih Bipolar kaya musim-musim sebelumnya………

    • Kalo kata rider motoGP, situs situs yg ngebahas motoGP, sirkuit-sirkuit itu menyembunyikan kelemahan Yamaha.

      Bukan sirkuit yg menunjukkan kelebihan Vinales

      Jadi term bipolar menurut gw ga nyambung bro !
      Yamaha satelit juga bagus di sirkuit itu. Bukan Vinales doang. Kalo Rossi yg ga bagus belakangan ini, masak Vinales yg disebut bipolar ?

      Disisi lain Hon-da sudah meningkat jauh dari tahun sebelumnya. Jadi motor yg lebih ramah sirkuit (gw ga nulis rider friendly ) di tangan Marc. Kekurangan Honda di tahun sebelumnya, berkurang karena peningkatan motornya juga. Marc bisa mengurangi resiko saat balapan… Ini Marc yg ngomong sendiri.

      Dari total 19 seri, lebih banyak sirkuit Du-cati daripada Y a m a h a ; jadi kalo team du cati diatas y a m a h a… Dengan performa ya ma ha saat ini. Wajar.

      Toh nyalip saat lurus lebih mudah daripada saat nikung.

      Jadi mau dibandingkan dgn team lain pun, posisi Yamaha tetap seperti itu. Itu sebabnya Jarvis ga ngomong Yamaha. Dia sadar diri.

      Kalau mau menang di banyak sirkuit, harus pole, T1 didepan, ngilang … Kayak Lorenzo. Problem dia selama ini start dgn tangki full ga bagus. Belakangan bagus.

      Philips Island 2018 Vinales juara padahal start jelek… Ya karena dia ngacir disaat yg tepat… Di sirkuit yg menyembunyikan kelemahan Yamaha.

    • Ini yg gagal paham siapa ya?
      Krn sirkuit tsb menyembunyikan kelemahan yamaha makanya bro aimin bilang masih semu
      Bisa jadi sebenarnya vinales masih bipolar
      Koq malah dibilang gak nyambung ya

      • #genesis

        Makanya gw tulis lihat juga team satelit, toh di sirkuit itu ikutan bagus… Ya Zarco, ya Syahrin, Fabio n Morbi

        Bipolar dari mananya ? Bro AIM-1N nulis Vinales, bukan Yamaha. Kalo Yamaha sih gw setuju.

        Lu aja bener komen ” bedanya team juara dunia ama juara seri… Bukan Vinales secara individual ”

        Wkwkwkwk

        • Iye… hampir semua yamaha bagus
          Tidak hanya vinales,
          Bisa jadi vinales naik krn faktor trek yg condong ke yamaha
          Makanya belum tentu vinales lebih baik spt kata jarvis
          Padahal sebenernya vinales masih bipolar
          Bagus di trek tertentu jelek ditrek lain
          Makanya harus liat juga ditrek yg bukan tradisi yamaha

  12. @k1n
    Gak jadi benalu kok, hohe pernah bilang sendiri kalo rossi bisa jual lebih banyak motor ketimbang dirinya, kalo gah salah itu waktu awal musim 2016, pas rossi lebih dulu dapet perpanjangan kontrak dari hohe

  13. Setelah Fabio yg cenderung berprospek cerah, lalu Vale yg terkesan suram, skrg analisa thd Maverick yg terkesan menjanjikan, tinggal si Franco jd “penentu” engineer di Iwata perlu sampe kerja lembur/ga utk M1 2020…

Leave a Reply to Genesis Cancel reply

Please enter your comment!
Please enter your name here