TMCBLOG.com – Rehat Summer Break terasa begitu lama, baru pekan depan kita bisa kembali merasakan atmosfer Grand Prix yang akan memulakan persaingan di paruh kedua  di sirkuit Brno – Ceko. Dalam sebuah wawancara Super Rookie Fabio Quartararo bercerita kepada Mat Oxley mengenai beberapa hal salah satunya analisa penyebab moncernya proses adaptasi yang ia lakukan di Yamaha M1.

Fabio mengisahkan bahwa secara umum untuk bisa sukses di masa awal MotoGP, pembalap harus memiliki motor dan support orang-orang yang bagus di sekelilingnya. Mekanik dan Crew Chief bagus yang menyatu seperti sebuah keluarga. Mengenai motornya sendiri, menurut Fabio karakter Yamaha M1 sesuai dengan karakter riding dirinya yang smooth. Fabio mengingatkan betapa Jorge Lorenzo banyak memenangi race juga dikarenakan karakter ridingnya yang smooth di atas Yamaha M1.

Tiga Engine Map saat race

Yang juga menarik adalah ketika Fabio Quartararo menceritakan proses pembelajarannya dalam mengenal motor prototipe kelas raja ini. ” MotoGP tidak seperti Moto2 ! “ Ujarnya. Jika di Moto2 asal motor sudah mendapatkan setup bagus, maka ibarat kata pembalap tinggal buka gas dari awal sampai akhir race. Namun di MotoGP minimal ada 3 set up mapping mesin yang berhubungan dengan jumlah bahan bakar di Fuel-tank. Saat penuh, saat setengah penuh dan saat hampir kosong.

pict : http://www.motorsportmagazine.com/

Hal selanjutnya yang juga bikin kepo adalah pengakuan Fabio yang mengatakan bahwa umumnya ia hanya mengubah 2 sampai 3 kali engine map sepanjang race. Dan mapping tersebut adalah Mapping Power dan Mapping Engine Brake. Fabio boleh dibilang tidak banyak mengutak atik besaran nilai Traction Control. Dan mungkin inilah salah satu resep kenapa Fabio tidak terlalu bermasalah dengan yang namanya spining ban belakang seperti yang banyak dikeluhkan oleh Rossi, Vinales dan Morbidelli.

Tangan kanan sebagai TC

Secara singkat, Fabio Quartararo tidak terlalu bergantung pada elektronik (Traction Control) soal hal tersebut. Pembalap Perancis ini mayoritas menggunakan tangan kanannya sebagai Traction Control. Derajat bukaan grip gas (throttle) yang dikombinasikan dengan kemampuan ajaib Fabio merasakan spinning dari ban adalah data yang mendasari keputusannya menghadirkan berapa derajat bukaan gas saat berakselerasi keluar tikungan.

Fabio tidak pelit berbagi resep, menurutnya dengan Yamaha M1 tidak bisa langsung 100% buka gas saat berakselerasi keluar dari tikungan. 80% bukaan gas adalah hal menurut Fabio ia umumnya lakukan saat keluar tikungan. Namun jelas beda pembalap, beda jumlah tepatnya derajat bukaan gas. Setiap pembalap harus riset sendiri sendiri untuk bisa menemukan jawaban ini. Namun untuk seorang Rookie bisa menemukan hal hal seperti ini sudah cukup luar biasa. Mulai terlihat muyul seorang Rider Developer-nya nih .

Taufik of BuitenZorg

68 COMMENTS

  1. Wak…kayaknya ini rider lebih cocok disebut rider bunglon juga. Dia nyobain setup dari siapapun kemudian dikombinasikan ama riding-habit dia selama ini, dan kombinasi hasil serta apa yang dia lakukan jadilah artikel ini. Rider developer ya harus membiasakan diri cari limit motor. Kayaknya gak banyak deh kayak CC35, JL99, Iannone, Rins de el el.

  2. pembalap di lapangan lebih tahu…seperti Rossi vinales morbi

    tp ada benarnya resep Quart bawa M1 Now…dan harus ditunjang mnajemen ban dan manajemen gaya balap

    tp harus hati2 bila pakai style quart bisa loss grip low speed dan godek2 di high speed corner…cmiwww

  3. Asal jangan kayak Zarco aja,pas di tech3 Yamaha heboh banget tapi pas keluar dr Yamaha langsung hilang ditelan bumi,selain kabar “SH!t chassis,sh!t power delivery”

    ,,Jadi jangan sampe lepas dr Yamaha deh ya!

  4. Bakat & Skill mumpuni, tinggal mentalnya yang harus diasah. Dia sendiri yg bilang yg bikin dia zonk di moto3 & moto2 karena beban saat digadang2 sebagai next marquez…

    • Nah , di team sekarang dia tidak punya beban. mm awal masuk, ngak punya punya juga,yg punya beban daped. Tapi mm bisa jurdun.

      Nah tinggal sekarang , quartaro bisa samain mm di awal masuk jurdun

    • Itu jg yg dibilang Cal ttg FQ, nanti setelah dia sdh mikirin set up, memikirkan ban, memikirkan kata2 orang, kejuaraan dll, disitu dia bener2 diuji.

  5. Yg menarik, d interview dg Oxley dia menceritakan bagaimana dia berdiskusi dg MM93, termasuk tentang perbedaan riding style di Moto2 dan MotoGP. Sesama rider happy aj, fansnya kelojotan……

      • Iy. Jd sebenarnya para rider juga g ad masalah diskusi satu sama lain. Fansnya aj yg suka kegeeran.

        Dr pernyataan F1/4 sih emang yg penting bagi rider adalah know How to ride around the bike. Beda dg moto2 yg karakter motornya hampir sama, sehingga asal dapat settingan pas, tinggal mikir gimana crnya riding presisi, ngejar corner speed. D motogp, variable yg dipikirin banyak, mulai dr mapping engine, karakter ban, volume bahan bakar di tank dll. Sehingga mau g mau para rookies harus menyesuaikan riding style yg udah sering dipake sebelumnya dg kondisi yg baru.

        MM93 yg setelah naik kelas pk mesin V4, akhirnya harus berkompromi, meninggalkan riding style presisi yg mengejar corner speed menjadi riding style yg mementingkan entry poin, mengorbankan corner speed tp lebih cepat d v2. Itu sebabnya dia g lagi mengejar corner speed, tp mengoptimalkan titik yg lain. Dan F1/4 pun jg menyadari, setelah dr Moto2, dia naik M1 yg cara bawanya sama” explore corner speed. Mknya di interview dg Oxley dia bilang kl dia berusaha mempertahankan kemampuannya d corner speed, krn itu yg optimal saat ini dg motornya.

        Musim depan kynya dia bakal jadi anak emas Yamaha, buat senjata buat ngelawan MM93. Talent dan grit ya sebelas dua belas. Tinggal mentalnya aj (dan motornya terutama)

        • Musim depan kynya dia bakal jadi anak emas Yamaha, buat senjata buat ngelawan MM93. Talent dan grit ya sebelas dua belas. Tinggal mentalnya aj.. Kayaknya masih jauh buat ngelawan MM. Notabene f1/4 cuma bisa melawan d sirkuit ‘yamaha’. D sirkuit kesukaan mm liat noh gap nya..

        • Di sirkuit kesukaan MM, pembalap mana yg bisa ngelawan dia, apalagi F1/4 yg cuma pake M1 KW………

          IMO, dengan performanya sebagai rookie selama dia dapat support motor yg lebih baik dari yg sekarang, bisa jadi dia akan termasuk pembalap yg bisa bertarung dengan MM93. Untuk bisa tahu pembalap bisa cepat atau tidak, kita tinggal melihat sesi kualifikasi. Lagipula, finishnya F1/4 g terlalu jauh dari finishnya motor M1 yg lain (sometimes even much better), dan itu menunjukkan kl dia masih terkendala dengan kemampuan motornya.

          Selain itu, fokus pabrikan saat ini bukanlah mengalahkan Honda, tapi mengalahkan MM93. Dan demi tujuan itu, mereka pasti memilih pembalap terbaik untuk mengendarai motor mereka. Itu sebabnya saya mengatakan F1/4 akan menjadi senjata utama melawan MM, tapi berhasil atau tidaknya y tergantung Yamaha sendiri, bisa memberikan motor yg kompetitif g buat pembalap mereka.

          Saya sendiri tidak memungkiri kl kita masih perlu melihat bagaimana performanya di sirkuit yg Ducati banget, selain untuk melihat apakah dia bisa cepat atau tidak, tapi juga untuk melihat ketahanan mentalnya. Tapi setidaknya dari jawaban F1/4 saat wawancara dg Oxley, menunjukkan kl F1/4 “Know how to use his brain”.

    • Alex Rins bagus, cuma kayaknya dia terlalu bernafsu, mungkin dia ngiranya kebanyakan sirkuit punya grip yang sama, padahal enggak

  6. bearti Sofw Electronic M1 skarang terlalu canggih walaupun masih dibawah ecu sofware in house Yamaha…

    padahal yg harus dilakukan adalah manually right hand dan spirit pembalap…

  7. ga salah jin jarvis bakal pertahankan dengan segala cara dan mencoba narik ke team factory? cmiiw

  8. keren sih emang fabio ini, sebagai rookie analisa dan kemampuan adaptasinya luar biasa

    saya yakin dengan motor dan tim yg tepat dia bisa selevel marq atau rossi..

    kalau dia mengakui karakter balapnya adalah smooth maka tdk ada lg yg cocok buat dia selain yamaha dan mgkn suzuki, seperti terlihat nasib lorenzo dan zarco yg bagus di yamaha krna karakter mereka yg smooth tapi hancur dilain motor..

    • jolor gak ancur pas di ducati dibanding rossi atau Doviziosonk yg butuh 4 musim baru bisa klik! lu gak lihat waktu musim lalu ducati? kalau bukan krna cedera bisa2 ampe selesai musim akan banyak memberikan kemenangan buat Ducati!
      masih lu kata dia salah satu pembalap smooth yg hancur dilain motor?

      kayaknya musim lalu ente nonton di tv one kali yah?

  9. “Namun untuk seorang Rookie bisa menemukan hal hal seperti ini sudah cukup luar biasa. Mulai terlihat muyul seorang Rider Developer-nya nih”

    Secara halus tersirat bahwa wak haji mau bilang kalau 2020 mbah VR46 pensiun, yang masuk Yamaha factory itu Quartararo bukan Morbidelli :mrgreen:

  10. Patut dinanti sepak terjang si Rookie ini, apakah bisa tetap konsisten ataukah bakalan ada JZ5 jilid ke II sama2 Rookie sensasional pas debut, tapi melempem setelahnya!Hehehe

  11. Petronas sbg sponsor di M1 untung banyak setidaknya sampai akhir thn 2020, selalu jadi berita positif, datang di sirkut paling akhir, tapi selalu berkibar di lini depan

  12. pembalap harus memiliki motor dan support orang-orang yang bagus di sekelilingya. Mekanik dan Crew Chief bagus yang menyatu seperti sebuah keluarga.
    nah…f1/4, MV12,dan Carlo pernat udah ngomong gitu, apa The mantri ga niat ganti Crew nya nih??? biar ada kemajuan……

  13. Kyaknya intinya adaptasi si rider aja deh ini..mirip dng Zarco dulu, dan mungkin Vinales belakangan ini…

Leave a Reply to pengamat katanya Cancel reply

Please enter your comment!
Please enter your name here