Pict : Ducati

TMCBlog.com – Part paling menarik dari epic race MotoGP Austria 2019 adalah fight antara Andrea Dovizioso dan Marc Marquez. Fight keduanya di MotoGP Austria 2019 bukan hanya Fight Fisik, hadir juga Fight Strategi di dalamnya – terlebih lagi Andrea Dovizioso pegang peranan penting dalam mengatur strategi di tengah kesalahan Marc Marquez dan team dalam pemilihan ban belakang Medium ketimbang Soft. Andrea Dovizioso mengukur di area mana ia punya keuntungan dan di area mana Ia memiliki kelemahan. Andrea Dovizioso tidak 100% bermain ofensif berhadapan dengan Marc Marquez di Red Bull Ring kali ini. Bagaikan main layang layang dengan benang gelasan, Dovi memainkan strategi tarik-ulur di sepanjang race sampai akhirnnya dengan segala pertimbangan matang ia melakukan serangan mematikan di tikungan terakhir yang terbukti sukses menekuk Marc untuk kesekian kalinya.

Pict : Repsol Honda

Marc Marquez Semenjak lap lap awal langsung tahu bahwa ia dan team melakukan kesalahan dalam pemilihan ban belakang Slick Medium. Yap semenjak Michelin mengumumkan penggunaan ban Race di awal start, tmcblog agak kaget, kenapa bisa Marc menghianati hasil risetnya sendiri di mana sepanjang FP2 dan FP4 terlihat ia memiliki race pace yang sangat konsisten di atas Ban Belakang Slick Soft.

Yang bisa tmcblog pantau dari Data seadanya yang dirilis Oleh Dorna di FP2 dan FP4, Secara head to head jumlah Lap riset yang dilakukan Marc menggunakan Ban belakang soft pada Kedua Sesi Latihan dengan temperatur track tidak jauh berbeda dengan saat race ini lebih banyak ketimbang jumlah lap riset yang dilakukan Marc dengan Ban medium. . . jadi Kepo, apa sebenarnya alasan Marc dan team? Gambling berlawanan dengan Data, Kayaknya Bukan Karakter Marc . . . bisa jadi Marc dan team melihat Suhu Track dan Suhu udara Saat race yang malah mirip dengan Suhu saat FP3 di pagi hari . . dan Di FP3 itu Marc Pakai ban Medium.

Secara Karakter Michelin ini memang tidak se-eksak dan tidak se-text book Bridgestone. Dalam Artian Dengan kasus tertentu Ban Michelin Dengan kompon lebih soft punya durabilitas yang bisa lebih tinggi daripada ban dengan kompon lebih keras. Dan di Austria ini ban Rear Soft lebih Bagus dari Ban Rear Medium. Sobat bisa lihat paling ekstrim adalah Ketika Marc berusaha mencoba mengambil terlebih dahulu T10 di lap terakhir saat ia tahu Dovi ambil dari sebelah dalam. Saat itu sobat Bisa lihat roda belakang Marc sedikit slide dan ini jelas sebuah indikator bahwa memang ada masalah grip yang efeknya mengurangi waktu dan taji Marc dalam berakselerasi keluar tikungan.

Hebatnya Dovi mengetahui ini karena ada banyak kesempatan ia berada di belakang marc dan kesempatan ini cukup untuk mengukur bahwa Marc Punya masalah dengan grip di Sisi dinding kanan ban belakangnya. Dovizioso mengukur dan membandingkan tentunya dengan kemampuan grip dinding kanan Dari ban belakangnya yang punya grip lebih. Sobat Lihat Tidak ada Slide, Tidak ada Drama dan Gimmic saat Dovi melakukan akselerasi keluar Tikungan 10.

Namun begitu Bukan Hanya itu yang diukur Dovi dari Marc sepanjang race. Sepanjang race Ia Tahu bahwa sebenarnya masalah Top Speed Ducati Desmosedici GP19 yang ia tunggangi bisa berjaban dan bahkan bisa lebih tinggi bila dibandingkan dengan kombinasi Marc Marquez dan Honda RC213V yang ditungganginya . Ok itu satu, namun Dovi mengaku tidak mau memanfaatkan kelebihan Top Speed untuk melawan Marc. Ia tahu itu bukan solusi paling mujarab.

Dovi tahu Jika Marc berada di belakangnya pasca fight adu drag Top Speed di Straight maka Marc akan punya kendali saat pengereman . Dovi sadar Jika Marc berada di belakang ia akan memaksa masuk di bagian dalam tikungan sembari melakukan aksi late Braking dan ini lah yang disebut dengan kemampuan mengendalikan titik pengereman. So Dovi berusaha sebisa mungkin berada sejajar dengan Marc dengan posisi di bagian dalam jelang tikungan.

Analisa yang dilakukan Dovi ini jelas bukan analisa ‘kaleng kaleng’, Dovi menjaga dengan rapi sisi bagian dalam tikungan dengan mensejajarkan Race Pace dengan Marc agar Marc tidak memiliki kesempatan masuk lebih luas. Dovi termasuk salah satu pembalap cerdas yang mampu mengukur bahwa Kemampuan Late Braking Marc Jauh lebih bagus ketimbang dirinya di titik pengereman.

Oleh Karena itu Dovi terlihat mempermainkan Marc. Ia melakukan strategi tarik ulur berdasarkan pengukuran dan anlisanya bahwa marc tidak memiliki grip yang bagus di dinding kanan ban belakang mediumnya yang menyebabkan grip yang payah. Yang Dovi tuju adalah jangan sampai terlalu jauh dengan marc dan jangan sampai Marc melakukan Block Pass . . Di awal Stright Dovi masih bejek Throttle dengan kencang, namun ia sedikit kendorkan gas saat tahu ia sudah tidak jauh dari Marc . . Marc Pun sadar bahwa Dovi mempermainkan dirinya, Oleh sebab itu jangan heran Jika Marc Sesekali melakukan gestur aneh . . menolehkan pandangan, celingukan ke arah Dovi.

Nah sekarang Mari kita simak bersama data data dari gelaran racenya sob.

Gap antara finisher pertama dan kedua di 4 tahun gelaran seri MotoGP Austria di Red Bull Ring memang selalu berada di bawah 1 detik. Gap 0,213 Detik di Tahun 2019 ini tidak serapat yang hadir di tahun 2017 dan 2018.

Jika dibandingkan dengan tahun 2018, race Austria 2019 ini pada umumnya semua pabrikan berhasil lebih cepat. Data di atas adalah data waktu race yang dibutuhkan tiap pembalap tercepat tiap pabrikan untuk menyelesaikan race. Dari grafik di atas terlihat Yamaha, Suzuki dan KTM memiliki progress paling signifikan dalam Meruncingkan waktu race di Red Bull ring ini.

Di seri Austria, Ducati tahun ini 5,91 Detik lebih cepat dari tahun 2019. Honda tahun ini lebih cepat 5,834 detik, Yamaha tahun ini lebih cepat 13,8 detik, Suzuki lebih cepat 13,86 detik, KTM tahun ini lebih cepat 18,879 detik, dan Aprilia Hanya update lebih cepat sebanyak 2,948 detik saja dibandingkan dengan race time mereka tahun 2018 yang lalu.

Dari Grafik cacing tawuran di atas, terlihat ada dua cacing eh maksudnya dua grafik yang terpisah, yakni Grafik Marc dan Dovizioso. Keduanya seperti memiliki level tersendiri di atas pembalap pembalap lainnya. laptime Marc dan Dovi mayoritas memang lebih cepat dibandingkan pembalap lain.

Saat digabungkan sobat bisa lihat Bagaimana Dovizioso dan Marquez punya race Pace yang mirip banget di sepanjang 28 lap race. Nggak terlalu banyak terjadi deviasi laptime antara Keduanya

Ketiga Pembalap Yamaha Di Posisi 3,4 dan 5 memang bukan lawan Marc dan Dovi. Namun tidak salahnya melihat lebih dalam seperti apa ketiganya saat race. Walaupun secara logika, pembalap factory dituntut bisa lebih kencang ketimbang pembalap satelit, Di grafik atas terlihat sebenarnya Race Pace Rossi dan Vinales samadengan Race Pace Quartararo. Salah satu keuntungan dari Fabio adalah Ia bisa ngacir di depan pada lap lap awal dan ini jelas memberikannya keuntungan patokan posisi awal buat dirinya. Dengan race pace yang boleh dibilang sama, sulit Buat Rossi dan Vinales untuk mengejar posisi Fabio Quartararo.

Dari kasus Yamaha sendiri kembali mengahdirkan fakta yang menarik untuk dikupas lebih lanjut yakni performa ban Belakang soft ( Quartararo) berani diadu durabilitasnya dengan ban medium (Rossi) saat menggunakan Mesin Inline 4. Satu Informasi baru Juga hadir bahwa di race, Vinales dan team mencoba Gambling dengan menggunakan setup sasis yang membuat Yamaha M1 memiliki Wheel Base yang lebih pendek. Setup Sasis jenis ini biasannya sukses digunakan pada saat race Hujan, namun saat dipakai race kering biasanya akan malah bikin ban Overheating karena terkena beban lebih.

Ada gap performa lumayan menganga antara dua pembalap Ducati Factory : Dovizioso dan Petrucci. Petrux sendiri finish di posisi 9 pada race kemarin. Kalau hanya kalah performa dari Dovizioso atau Marc masih bisa ditolerir, namun pada kenyataannya Petrucci kalah dari 4 pembalap yang mengunakan Mesin Inline 4 di sirkuit dimana biasannya menempatkan duo Ducati factory di Top 3 pada tahun tahun yang lalu. Analisa Danilo sendiri kesalahan bermula semenjak sabtu yang menampatkannnya start dari posisi yang tidak mudah, posisi 12. Petrucci beujar bahwa sulit untuk mengembangkan race pace saat start dari posisi yang cukup jauh di belakang.

Ada banyak yang bisa dijadikan pelajaran dari Race MotoGP Austria 2019 ini terutama soal strategi brilian nan Jitu Dovizioso untuk meraih kemenangan. Dovi mengorbankan Potensi Top Speed Ducati dengan cara mempertahankan Throttel gas Untuk sesuatu hal Yang ia anggap lebih berpeluang . . .  benar benar Menginspirasi

Taufik of BuitenZorg

143 COMMENTS

    • ini sprti pertunjukkan matador
      dovi sbg manusia
      mm sbg banteng
      yg satu pake otak
      yg satu ngamuk membabi buta

      valeban mode on xixixi

      badewe lubang moncong gp19 mirip m1

      • Diartikel sebelumnya Marc berusaha menghancurkan mental lawan lawannya, dam diartikel kali ini Dovi berusaha menghancurkan mental Marc
        Boooom ?

    • Kalo mm sadar saat race tentu tidak ada aksi aneh macam celinguk dsb wak, justru dia heran kenapa dovi tiba tiba nutup gas tiba tiba,
      Dan mm sadar dia di permainkan ketika sudah mau udahan 2-1 lap, dan itu terlambat karena ban dah payah, tiap tikungan selalu mm di kasih duluan ma dovi

      Ya itu sih cuma cmiww

    • Ketiga Pembalap yamaha Di Posisi 3,4 dan 5 memang bukan lawan Marc dan Dovi.
      Wak Haji ae wis ngomong dw ngunu, tp yo mnusiawi sih ngeyel… Smanusiawi klw Mentok 4 Klep tu pruntukan bwt kencang! ??

  1. Kelihatan banget saat akselerasi dan masuk tikungan motor dovi anteng gak geol2.. sayang trek model gini gak sebanyak trek yg butuh kemampuan nikung yg mantul wak… Kalo cuma unggul dibeberapa trek sementara ditrek lain kedodoran ngadepin marc ya alamat susah membendung performa marc yg konsisten dihampir semua trek

  2. Dovi sadar ga bisa touring kayak Lorenzo dulu karena pace kurleb sama. Honda progressnya gede tahun ini.

    Kalo bisa leading jauh buat apa mainin throttle

  3. Rare mistake, meghianati hasil riset sendiri. Marquez terlihat glagapan pada race ini motor begitu banyak slide,mungkin sebenarnya dovi bisa leading dr awal dan meninggalkan marquez. Namun seperti ada misi tersendiri,dovi berhasil menang psikologis lawan marquez. Marquez terlihat sangat ngotot dan “ogah” d salip dovi,terlihat pada awal lap marq mendorong dovi sampe keduanya outwide. Well,marq kurang santuy dalam race kmarin,tp ya gimana satu2 ny track yg belum pernah d menangi. Hehe

    • Kayaknya Dovi memang ngajak main2 Marq. Jelas tujuannya bukan cuma buat menang atau juara 1. Dia berharap Marq 0 point alias dlosor. Sengaja dia pancing Marq buat main2 dan tarik ulur, berharap Marq lakuin kesalahan krn emosi. Kalau cuma unggul 5 point (Dovi p1 dan Marq P2), ga akan signifikan buat pangkas selisih poin di championship. IMHO strategi ini bisa diterapin krn secara kebetulan Marq salah pilih ban. Tapi sayangnya, Marq masih P2 dan itu membuktikan strategi Dovi ga sepenuhnya berhasil.

      • Marc rider paling konsisten. Dovi tau. Semua orang tau. Jadi emang keduanya ngotot. Ngarep Marc jatuh itu peluangnya kecil banget.

        • Susah bwt ngarep marq jatuh di kondisi skrg yg unggul 58 point,krn marq (mulai seri assen) tiap race selalu “bawa” kalkulator…?

    • Wkwkw race kemarin aneh bgt sih kalau dipikir. Biasanya 1 di depan ngacir gak terkejar terus yg di belakang rebutan P2. Kemarin 2 orang rebutan P1 eh 3,4,5 malah touring.

  4. Dovi Dovi,andai di setiap sirkuit Pace mu seperti ini pasti akan jadi lebih seru
    Dan bisa bikin rambut Marquez mengalami kerontokan lagi,saking stress nya

  5. Sebelum muncul komen goblok soal ban ghoib, gw mau nulis lagi.
    HARD, MEDIUM, SOFT Michelin itu lebih banyak menggambarkan seberapa banyak grip ban. Sedangkan soal durability, harus dilihat juga dengan temperatur operasional optimum bannya.
    Di suhu tertentu, SOFT bisa lebih durable dan bisa disiksa drpd HARD. Begitu juga sebaliknya. Beda di jaman Bridgestone yang mana kompon apapun di suhu berapapun, durabilitasnya sdh jelas straight-to the point ama label.
    Jadi sekali lagi, karena MM93 mengkhianati hasil risetnya sendiri, akhirnya harus dibayar dengan podium 2. Bisa jadi kalau pake soft, menang sekebon.

  6. Intinya, Dovi akan semaksimal mungkin memaksimalkan tenaga dan pikirannya di cirkuit yg Ducati punya kelebihan dari RCV.

  7. Over all race brjalan “lumayan” seru sih…dn mnurt sy kekalahan marc krn dia lengah uda buka pintu sdikit di last corner…sadar ada celah dovi pun masuk dgn apex corner normal sdngkan marc jalurnya di pksa agak melandai apex nya krna sejajar dgn dovi…tp bravo lah buat dua rider tsb

  8. dovi sangat2 flawless di ‘kandang’
    2 race dimana ducati memang powerhouse dia gak bikin kesalahan sama sekali

    Tapi tahun ini marc lagi gila2nya, kecuali apes di austin dia finish 1 atau 2, udah kayak video game

  9. Dovi memang seperti sdh terbiasa mempecundangi marquez,tapi itu hanya berlaku di trek yg ducati punya keunggulan mutlak,itupun marc masih bisa kasih perlawanan sampai lap terakhir tikungan terakhir,tapi saat masuk trek yg spesialisasi honda/marc dovi with ducatinya gak pernah bisa kasih perlawanan alot macam marc kasih perlawanan di sircuit spesialisasi ducati.sampai saat ini dengan keuntungan regulasi yg ducati dapatkan,ducati baik lewat dovi,lorenzo,maupun petrux belum pernah juara tanpa ngegass,sedang marc entah berapa kali finis juara tanpa ngegas

  10. Sering kita mendengar (membaca)
    Sirkuit A sirkuit yg cocok dengan Yamaha
    Sirkuit B sirkuit yg cocok dengan ducati
    Hampir tidak pernah mendengar sirkuit C sirkuit yg cocok dengan Honda

    Tapi kenapa nyaris di semua sirkuit H melulu yg menang …..

    • Karena sebenarnya karakter rcv dibikin di tengah tengah,jadi bisa berkompromi di karakter sirkuit manapun
      Tapi masalahnya yg bisa mengeksploitasi keunggulan yg sudah dipunya rcv itu cuma segelintir orang

    • Rcv punya karakter seimbang
      G terlalu spesial d salah 1 jenis trak
      G sebagus ducati dalam faktor kestabilan d trak kurus dan pengereman
      Tp juga g semulus m1 atau suzuki d speed corner
      Tinggl ridernya aja mampu menutupi kekurangan ini p g

  11. mirip2 catalunya 2009 di lap akhir dan tikungan akhir ( hanya pendapat saja )
    sisi pengereman ducati mash lebih baik dan lebih stabil jadi saat masuk tikungan lebih stabil, mungkin jika honda sudah bisa memperbaiki area itu bis ajadi akan lebih bagus lagi ( CMIIW ) kususnya di track macam Spielberg

    • IMO…
      pengereman RCV saya rasa udah lebih baik (atau setidaknya bila berada di tangan si Marc),
      hanya saja ban belakang Medium itu dr awal race memang sudah payah gripnya, berimbas ke kurangnya akselerasi saat keluar tikungan, dan kurangnya kestabilan saat deselerasi ekstrim (geal geol)

      hanya saja, jika dia saat race kemarin pake ban belakang soft, mungkin dia akan segera kabur menjauh dr kejaran Dovi dr semenjak start, dan bila sudah berhasil membuat gap maka sisanya dia tinggal mengatur pace (mirip kasus di Brno) agar ban belakangnya tetap awet hingga akhir.

      Namun jika Marc melakukan start buruk sehingga berujung dgn Marc (setelah tikungan 3) berada di belakang beberapa rider, apakah ban soft-nya akan tetap bs bertahan hingga akhir race ??

      Di Austria Marc yg pake ban belakang medium, dipermainkan ama Dovi, sementara sebelumnya di Brno Marc bisa “ngontrol “si Dovi yg make ban belakang medium.
      Apakah opsi Kompon ban belakang Medium adalah memang opsi ban yg buruk ???

      • Rcv keunggulannya di brake n agility. Ducati brake n stability.

        Keduanya powerful … Udah seimbang.

        Soal ban… Menurut gw, Michelin ngerusak motoGP. Cuma ngejar lap time, rider jadi ga fight sejak awal.

        Kalo mau ngelihat strategi, gw milih nonton catur. Kalo cuma ngeliat lap time, buat apa puluhan rider dalam satu lintasan. Suruh aja balapan sendiri. Terus catat siapa yg paling cepat.

        Tiap sirkuit pas free practice isinya riset ban mulu. Kalo unified ini itu bolehlah emang bikin seru. Tapi Michelin merusak serunya motoGP.

        • klo menurut saya sih tidak murni kesalahan Michelin saja.

          klo opini saya (debatable) ini mirip kasus di F1,

          Selain faktor ban, kurang serunya race juga imbas dr motor2 prototype Motogp jaman sekarang yg dibuat terlalu mengejar Downforce. Motor jadi makin kencang namun sangat sensitif.

          Dengan ECU yg “standard”, motor jadi mendapat banyak accessories “tambahan” demi Downforce tersebut

          Lap time jadi makin cepat, namun kerja ban juga jadi makin terforsir.

          Para rider jadi fokus untuk ngatur pace tiap lap sepanjang race berlangsung, agar opsi ban yg dipilih bisa “survive. Tidak bisa explore seenaknya lagi.
          ga heran jadi banyak “balapan turing”
          apalagi jika layout trek tidak mendukung untuk terjadi banyak overtake saat race

          Seandainya aja winglet dilarang, mungkin race akan lebih menarik barangkali (walau lap time mungkin akan jeblok) dan akan ada pabrikan yg tidak terima.

          btw
          ini cuma opini pribadi ya (bisa salah) ^^

    • sekalian aja.. race bagi rata… ganti ganti motor..
      Gg ada lagi pabrikan..

      Bertarung antar paketan pebalap & kru

      3 race pake RcV
      3 race pake Desmo
      3 race pake M1
      3 race pake GSX
      3 race pake KtmRC
      3 race pake Aprilia

      • Ide bagus bro, Bakal seru

        ntar pertanyaan nya yg gaji rider siapa ?

        Pabrikan berani bayar mahal biar namanya terangkat.

        Masalahnya ban cuma satu, cuma Michelin. Kalau lap time tetap tapi aksi di lintasan lebih seru, motogp naik daun… Michelin juga dapat image positive. Ga harus selalu lap time yg jadi patokan.

        Secara bisnis masih kena.

        Kalo rider gonta ganti motor, secara bisnis ga kena.

    • iya ya
      denger2 si Ricciardo (driver Renault) memperingatkan para rider MotoGP mengenai bumpy di tikungan T6 tersebut

      • Kl masalah bumpy kynya g terlalu mikirin, buktinya d Austin aj pada lempeng. Ngeluh iy, tp y tetep balapan jg. Yg bikin pusing drainase tracknya. Kmrn alasan bslapndibatalkan jg karena drainase sirkuit g bisa ngilangin air dr track, akhirnya bikin genangan. Rabst jatuh bukan karena track bumpy, tp krn aquaplaning

        • Iya tapi ini yg diomongin udah keluar duit banyak, benerin drainase masak ga sekalian benerin yg bumpy … Ya ibarat facial tapi ga bersihin komedo.

          Wkwkwk

        • Pasca 2018 fiasco kemarin (sampe Mat Oxley terancam kasus hukum gara-gara artikelnya), AFAIK, track g cuma resurface, tapi benar-benar diperbaiki. Dan kontraktornya pun ganti, jadi Tarmac (bukan Agregate Industries) dengan Dromo sebagai konsultan. Logikanya drainase g bakal jadi masalah.

          Masalah Bump setelah resurface juga sumber masalahnya salah satunya dr mobil F1 sendiri. Dan itu pun baru jadi isu setelah Daniel Ricciardo berkomentar “MotoGP rider won’t be pleased”. Well, they will. Tapi seperti kata Rossi “From what I understand during my career the secret to riding a bumpy track is to not care”, mereka bakal lempeng aj nekat hajar tuh bump track.

  12. Marc93 dan tim pastinya sudah membuat catatan PR di sirkuit ini..
    Salah satunya yaitu sektor 4.. Dimana marc93 masih terlalu sering melebar serta lebih lambat dari sektor lainnya.
    Aku rasa di tahun depan RCV butuh sedikit tambahan di akselerasi.. Dan stabilitas motor di tikungan yg Akan banyak di tingkatkan.. Mengingat.. Adanya sasis baru yg sudah beberapa kali di coba.

    Berharap.. Aksel bisa lebih baik dari ducati.. Jadi di RBR sini.. Bisa menang melawan ducati

  13. Setuju, gesture aneh Marq terlihat ketika tikungan terakhir sebelum straight, dia selalu menoleh dan melihat Dovi yang berada sejajar dengannya. Saya pikir sebelumnya, “gila ini Marq, dalam kecepatan tinggi masih bisa tolah-toleh” ?

  14. Menang ya menang gitu aja. Mungkin karena sirkuitnya memang cocok ditambah dengan pemilihan tipe ban yang pas.
    Ga usah bicara cerdas atau apalah. Kalo memang dovi menang race kemarin karena “kecerdasannya”,terus kemaren2 kenapa dia kalah melulu?

    • Terus pengunjung blog mau baca apa dong? Emang situ mau baca berita kayak di situs-situs macam ok***ne, k*mp*s, d*ti*, dll. Yang isinya pada mirip, gak ada analisa, cuma berita yg disampaikan ulang

      • Busyet nih… Komentator crash, motomatters dll yg fans Marc pun kali ini semua memuji Dovi, eh ini ada yg ga masukin faktor rider… Cuma ban ama sirkuit …

    • Rian@ Aku ga bilang Dovi pebalap ayam sayur. Tapi maksudku,dia menang kemaren memang faktor pendukungnya adalah sirkuit dan pemilihan ban.
      So,ga usah di bombastis seolah2 dovi cerdas banget,dan MM bego. Ciz kalo memang Divi menang karena kecerdasannya,berarti kemaren2 dia bego?

      • Premis nya benar, pengambilan kesimpulan yg keliru…

        Jadi gini, Marc n team itu ahli strategi, bolak balik udah ditunjukin di balapan flag to flag free practice, kualifikasi dll.

        Marc kalah di Assen, dia nggak ngomong apapun kecuali MV too strong. Sebagai catatan Marc menang di Assen tahun kemarin. Dia pede bisa menang lagi. Tapi nggak. Saking ngototnya sampe harus diingatkan Puig.

        Di Austria, dia mau dominasi total, mau ngancurin mental lawan sejak free practice. Rins jadi korban. Bisa aja dia ngasi alasan ga lihat Rins (walaupun gak masuk akal juga sih) tapi apa bisa ngelak kalo ditanya.. masa ga dengar dibelakang ada Rins mendekat ?

        Kualifikasi brno juga begitu… Ohh ada yg alasan dia khawatir miller pole ? Halooo… Marc ga pernah khawatir ama Miller. Mau dia pole, di akhir T1 udah Marc duluan. Cuma Dovi (n Lorenzo di Ducati ) yg dia khawatirkan bakal gangguin dia di row 1. Finish aja masih sempat nengok ke belakang terus berdiri.

        Di Austria kemarin, Marc udah komplit prepare… Siap siap ngilang didepan. Ehhh Dovi beringas… N di akhir menang. Apa Marc ngomong Dovi too strong ? Kagak…

        Dia bilang, Dovi playing with me.
        .
        … Siapa yg dimainin ? Marc.

        Balik ke paragraph awal. Marc cerdas nggak ? Cerdas… Lalu dia dipermainkan … Berarti yg lakuin itu lebih cerdas dong. Logikanya begitu…

        Kalau jika A maka B apa udah pasti jika bukan B maka pasti A ?

        Ya belum tentu… Hehehe.

        Jika Dovi cerdas n menang Austria maka kalo pas kalah dia bego ?

        Ya belum tentu…

        Strategi dia bisa jalan kan kalo dia bisa di level permainan yg sama dgn Marc. Kalo nggak ya ga bisa dilakukan.

        Sama kayak Ya ma ha vs v4 di Austria. I can close the gap, but not overtaking… Ya bisa jalan sama v4 selain Dovi n Marc. Kalo sama Dovi n Marc yg pace diatas rata rata jelas ga bisa close the gap. Terbukti Fabio Valentino n maverick pace nya sama.

        Kalo cerita final corner, orangnya beda, di kondisi sama, kira kira lap terakhir, jack miller di depan Marc. Kira kira dia bakal nahan gas biar Marc nyusul n dia mainin di lap terakhir ? Gw ga yakin… Hahaha

      • jadi ulasan uwak ini “lebay” yach? xexexe,,,emang kecerdasan dovi ini nunggu timing yg pas… ibarat… si anu … baru hongat kalo pas ketemu janda montok…tapi kalo pas ketemu nenek2…nakal letoy…. 😀

    • Memang di turn 9 ke 10 marq lebih sering wide.. dia udah konfirm pas after Q2… alien bisa khilaf n lupa juga ya.. hahaha…

      Mungkin gg bisa tidur 2-3 malam.. mikirin ban soft n tikungan 9-10…

    • Nah ini yg menarik..
      Saya rasa tim 93 gak sebodoh itu salah pilih ban.. Saya menduga Marquez ingin mengeksplore karakter rear medium saat race.. Race dianggapnya Free Practise 5..

      Marquez lebih risau oleh ketidakcukupan data ban belakang medium ketimbang risau gak podium 1

      • @Fifauzee Betul. Marc tidak salah pilih ban. Sejak FP1 Marc sudah riset medium medium dan kombinasi itu terus dipakai saat yang lain beralih ke soft [bahkan Dovi pakai kombinasi soft soft]. Dengan ban tsb Marc merasa lebih nyaman dan bisa explore motornya di Spielberg. Jadi tidak tepat kalo ada yg ngomong ‘salah pemilihan ban’, dia cuma kalah tipis di trek yang cocok dengan Ducati, yang belum pernah ia menangi. That’s it . .

        • weleh bener juga ya
          bahkan temperatur trek saat race juga mirip sama temperatur saat FP1. sama2 32 derajat.
          Jadi pantas dia milih opsi ban yg sama dengan saat FP1 yakni Med-Med.

          saat FP2 dengan peningkatan suhu trek jadi 49 derajat, Marc udah ngetes ban belakang soft (walau ban depan Hard)

          tapi apakah bener Marc rela mengabaikan kemenangan di Austria demi kecukupan data ban belakang medium ??
          Dan pengakuan diri sendiri saat Press Conference bahwa dia sendiri salah milih opsi ban adalah semacam trik & mengelabui rival ??

          sungguh menarik ini

        • Marc tetep salah milih ban, Kang. d after race press conference dia juga ngakui itu. IMO, mungkin dia dan timnya merasa suhu akan meningkat drastis seperti saat di Brno kemarin, makanya dia memilih menggunakan Rear Medium, dengan harapan saat suhu track meningkat Medium masih punya durability buat fight di akhir lap. MM masih merasa Ducati akan tetap dominan di Austria, makanya dia simulasi race dengan dua jenis rear. Soft untuk menjauh dr AD04 dr lap awal, dan Medium untuk fight hingga akhir. Bahkan, demi kemenangan Austria juga MM93 bersedia make sasis kue lapis dan aero scoop, yg sebelumnya g pernah mau make biarpun sempat coba running saat FP. IMO, dengan sasis dan aero tersebut, MM93 berharap RC213V lebih baik saat harus adu late braking dan adu akselerasi. Sayangnya, kondisi saat race g seperti itu. Peningkatan suhu track g terlalu drastis, dan dengan ban medium yang lebih minim grip, MM93 mengompensasi kondisi tersebut, dengan meningkatkan load rear tyre. Jangka pendeknya bisa lebih cepat, tapi dampaknya tyre wearnya juga lebih cepat. Selain itu, dia masih harus fight dari awal lap setelah bikin kesalahan, dan AD04 seperti biasa race dengan mempermainkan rythm rival.

          Tapi asli, race Austria 2019 kemarin emang layak masuk nominasi “greatest race”. Dua pembalap dan dua pabrikan bertarung mempertaruhkan hegemoninya masing-masing sebagai pembalap dan pembuat motor terbaik. Bahkan Oxley yg biasanya ngeluarin edisi Muttering hari Selasa, minggu ini, senin sore udah nongol di motorsportmagazine.com. Dan sekarang saya masih nunggu Randy Mamola ngerubah artikel “MotoGP Race Review: Austria” yang dia bikin di hari Sabtu……

          #marvelousaustria

      • “Already when I exited the first corner on the first lap I said to myself, pah, the grip is not there. We were thinking of racing the soft but the temperature was increasing before the start, so we thought the medium would work better to the last lap but the reality was completely the opposite. But Dovi rode an incredible race.”

        Confirmed by Marc . . . dia mengaku salah setelah melihat adanya peningkatan temperatur yang signalnya hadir di T1 pasca Start

        • “But Dovi rode an incredible race.”. Seperti halnya saat after race fiasco di Qatar, Marc selalu bilang kl dia kalah, berarti ada pembalap lain yang lebih baik saat race. Kl kata temen main saya “Rai njanc**i, tapi ombo ati”

  15. ini gada yang bilang dovi pake ban ghoib? padahal pake ban soft tapi bisa lebih durable dibanding medium nya marc. Coba kalo marc yang pake soft pasti dibilang ban ghoib. hahahhahaa

  16. Ban ampas,gak ada yg coba test privat beli Pirelli spek WSBK terus dibandingkan lapnya gitu kah,siapa tau lebih cocok pake Pirelli ??

  17. Saya gak percaya Marquez salah pilih ban.. Tim secerdas mereka pasti punya hidden strategy yg pasti gak akan diumbar ke publik..

    • Faktanya :
      Marc n HRC well prepared disini
      Marc mau nunjukin dominasi total … lately
      Marc unggul jauh n relatif aman
      Marc belum pernah menang n pengen bgt u pecah telor

      Hidden agenda ?

      Ga make sense ama gw… Untuk rider dengan ego segede itu di posisi point yg relatif aman.

      Marc dua kali DNF pun masih diatas Dovi. Dia pengen menang apapun caranya.

      • Setuju. MM93 juga manusia. Sedikit atau banyak ada unsur “kesalahan” pilih ban. (Mungkin) karena belum pernah menang disini jadi emosional.

      • Couldn’t agree more. Tiga parts baru dipake langsung, Carbon covered Chassis, Aero Parts baru, sama Aero Swingarm. Padahal sebelumnya MM93 selalu ogah-ogahan karena bilang belum cukup data untuk race performancenya. Semua demi extra nol koma sepersekian detik dibandingkan faster GP19. Salah pilih ban bukan karena hidden agenda, tapi salah perhitungan dalam pertaruhan mereka untuk bisa lebih baik dibandingkan lawan.

        Democidal Dovi yang tiba-tiba muncul di Austria pun juga lebih karena AD04 nothing to lose, bukan karena memang karakternya sebagia rider yg cunning. RedBull Ring adalah “the Alamo” atau “Bastones” bagi Ducati, mereka harus menang di sini karena memang “the three drag strip circuit” adalah sirkuit bagi GP19. Kl sampe kalah, maka udah waktunya Gigi lempar handuk unutk musim 2019 dan seperti kata Dovi, fokus untuk musim 2020. Sementara bagi AD04 sendiri, yg sudah berulang kali menyatakan lebih baik fokus untuk 2020 karena point gap dan konsistensi MM93, dia berani “All in”. Dan pertaruhannya di last corner pun berhasil

  18. “Wheel Base yang lebih pendek. Setup Sasis jenis ini biasannya sukses digunakan pada saat race Hujan” Menarik dicoba nih, boleh dijabarkan lebih detail lagi wak? semakin panjang emang lebih mudah slide si harusnya, tapi lebih anteng kendalinya

    • IMO…..sebenernya dr semenjak Mugelo, Marc udah terlihat lebih smooth ketika ngelibas tikungan terutama tikungan terakhir dan tikungan pertama mugelo.
      di musim2 sebelumnya (2016-2018) tikungan tersebut seringkali dilibas secara “nervous” ama Marc.

    • Salah pemilihan ban, mau gak mau harus ngikutin ritme balap dovi karna fia lebih unggul di grib dan bisa bawa motor lebih stabil dan presisi. Awesome job for both riders, tapi semangat marc buat tetap nekan dan mencoba juga perlu di apreasiasi. Dia kalo gak finish 1, selalu finish 2 kecuali austin. I don’t if it not alien level then what? Is he must win every race?

  19. Saya rasa pilihan ban bukan penentu. Ducati msh unggul dari sisi pengereman dan akselerasi, apalagi di sirkuit yg cepat seperti ini malah lbh cocok..
    Sdgkan strategi Marc sdh dari awal sdh siap siksa ban utk hadapi Ducati, namun ini strategi spekulasi, klo menang syukur, klah ya wajar.
    Pintarnya Dovi lbh pada ketenangan dan tdk menampilkan kemampuan 100% GP19, cukup sebatas menempel Marc sekaligus mengukur kemampuan RC213V dan Marc utk 2020…

    • Dovi dan Tim Jarang bs 100% plus y. Di sirkuit jajahan aja ga berani 100%.
      Pantesan ga bs lawan Marc di Championship.

  20. Berarti dovizong cuma hebat di sirkuit nya Ducati,intinya SKILL DOVIZONG CM KW 2,SEMUA JUGA TAHU LAWAN MM CM LORD HOHE TP BARU CEDERA EFEK ADAPTASI, TX U DOVI ENTE BISA NGEHIBUR PENONTON WALO SEBENARNYA DUNIA JG TAU DOVIZONG GAK AKAN PERNAH JURDUN????

  21. keliatan mmng.. selepas dovi nyalip marc dri sisi dalam di last corner, baru deh dovi baru betot throttle. dsitu jg marc rada wheelie krna klah aksel pas di finish line.

    • Keliatan juga ya anti-wheelie nya RCV sebenernya juga adalah tangan kanan ridernya hehehe

      Tapi asli mantep banget akselerasi GP19 itu.
      Desmodromic!

  22. Girang bingit tch tim merah,mudahan konsisten trus dch desmodovi,biar MM trtantang n strateginya makin brkembang. Tentu sy dukung Marc utk bayar tunai prmainan dovi kali ini

  23. Sibuk bahas pembalap…, sampe lupa bahas moncong desmo yg mirip moncong M1….., andai saja klo moncong rc213v mirip moncong M1, bisa hebohh mendidih dunia ini

  24. rumor, daniel pedrosa akan ada d grid start motogp 2020 menggantikan johan zarco yg akan nyebrang ke wsbk bertandem dgn bautista di h….

  25. Kok gak ada bahas nama pembalap pas MM fight sama dovi ada satu pembalap yg nomor mbuncit alias SANGAT LEMOT kesalip marq & dovi last lap ya?

  26. Ada logo dan tidak ada logo sponsor utama tetep phillip morris..biarpun hanya berwarna merah saja..berlaku untuk scuderia ferrari juga…

  27. Mau p2 Austria pun… Marc p1 klasemen…

    Mau p3 Austria pun … Fabio masih dibawah Marc Dovi Rins Rossi n maverick…

    Selow aja bro K1n

  28. Ya sbnrnya susah jg kalo ada 2 living legends dalam periode sama. Mau gak mau ada yg banding-bandingin.

    Muncullah asumsi bahwa rider legendaris itu harus di pabrikan berbeda, itupun cuma asumsi dari fans legend 1 ke fans legend 2. Sambil nodong : Can He do that like our?

    • That so stupid honestly, sport is about respect. 2 legends can’t have same path of career. And discrediting another rider achievement just to make another rider “looks better” is so toxic for the sport itself. Mending enjoy the race, nikmatin analisis Wak haji dari fp sampai selesai balap biar nambah ilmu, biar lebih bisa menghargai kalo setiap rider dan teamnya org2 luar biasa

    • Motegi sirkuitnya emang punya honda, tapi karakter sirkuitnya kayaknya bukan saklek motor honda, kalopun honda menang disini seinget gw gak sampe beda jauh macem cota, sachenring
      Cmiiw

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here