TMCBLOG.com -Lin Jarvis dalam penjelasannya ke Motorsport menjelaskan dua hal yang bisa membawa seorang Maverick Vinales bisa bangkit di musim MotoGP 2019. Hal pertama yang menjadi stimulus utama adalah perubahan strutur team box-nya dengan kehadrian Esteban Garcia. Menurut Lin, di tahun 2017-2018 walaupun Maverick dikelilingi oleh sosok-sosok hebat seperti Ramon Forcada dan Wilco Zeelenberg, namun tidak hadir semacam keterikatan/bonding team yang kuat. Tahun 2019 ini dengan kehadiran Esteban Garcia, hal tersebut menjadi sangat berbeda. Maverick menurut Lin memerlukan seseorang di team yang bisa membuatnya merasa betah seperti di rumah, ia butuh merasa semua orang bekerja untuk dirinya.

Hal kedua yang menurut Lin Jarvis bukan pelecut utama adalah akselerasi performa dari sosok Fabio Quartararo di paruh pertama musim 2019. Fabio berada di depan Maverick dalam beberapa race, di posisi start . . Namun menurut Lin itu bukan stimulus utamanya. Fabio Quartararo memang fenomenal di 2019. Menjadi peraih Pole Position sementara dengan torehan umur termuda sepanjang sejarah dan konsisten berada di posisi front row. Fenomena ini kadang membuat orang lupa bahwa pembalap Yamaha yang paling tinggi perolehan pointnya di akhir musim 2019 adalah Maverick Vinales.

Dan jangan lupa juga tahun 2019 hanya Maverick yang bisa kasih Yamaha podium tertinggi, bukan cuma sekali  . . Bahkan dua kali . . dan bahkan dalam dua musim terakhir hanya Maverick yang bisa menang bersama Yamaha. Hal itulah yang menjadi dasar utama penjelasan dari Crew Chief Esteban Garcia ketika menjelaskan soal Maverick Vinales kepada Motorsport. Menurut Garcia, Ace Rider, rider referensi dari Yamaha di 2019 adalah Maverick Vinales. Quartararo boleh jadi menjadi sebuah ‘wake up call’ buat Valentino Rossi maupun Franco Morbidelli, namun bukan buat Maverick Vinales . . Begitu Garcia menyimpulkan.

Kesimpulan Esteban Garcia ini bukan hanya didasarkan pada kenyataan bahwa hanya Maverick yang bisa menang selama ini dengan Yamaha, namun karena pola kerja Maverick Vinales dan team yang berbeda tahun ini. ” Kami fokus pada permasalahan sendiri dan mencari solusinya. “ Yap memang sudah beberapa kali TMCBlog informasikan bahwa terutama setelah menemukan basis setupnya di Catalunya, Maverick Vinales terlihat jarang mau mengubah terlalu drastis strategi pengembangannya. Swing-arm carbon, knalpot double barrel yang dicampakkan adalah dua dari contoh nyata yang bisa kita lihat bersama.

Menurut Esteban Garcia, Maverick Vinales sebenarnya di paruh pertama musim 2019 sudah mulai bagus, namun beberapa kendala non-teknis menerpanya. Dan Garcia pun mulai mengeluarkan alasannya; ” Di balapan pertama kami pole position dan Quartararo belum terlihat. Di Argentina kami memiliki kecepatan untuk menang, namun hadir masalah saat race dan dilanggar pada lap terakhir. Di Austin Kami bisa mengusahakan kemenangan jika tidak terkena masalah Jump Start, kami memiliki pace yang lebih baik dari pemenang (Alex Rins kala itu). Lalu hadir Jerez, sebuah track dimana Maverick tidak menyukainya, dan kami belum bisa meraih podium. Semenjak itu kami mulai memperbaiki masalah saat start. Di Le-Mans kami kesulitan menghadapi keadaan mix di Q2, lalu di langgar (Oleh Bagnaia). Ketika mulai pulih lagi di Barcelona kami dilanggar lagi (oleh Jorge Lorenzo). Dan saat di Assen lah kami menang. “

Taufik of BuitenZorg

56 COMMENTS

  1. Esteban ini benar benar “duta” nya Vinales.
    Iyalah Vinales yg ngangkat dia ke tim mentereng sekelas Yamaha (dr KTM) gantiin Forcada ?

  2. Race Amerika Vinales lebih cepat dari Rins ? Andai ga penalty ?

    Kalo pake andai… Ya tetap Marc juaranya. Andai Marc ga crash.

    • yup, klo pake perandaian tentu MM yg menang..

      setuju klo progress MV emang potensial kok 2019 kmrn..
      hanya faktor ‘unlucky’ berulang kali kejadian..

      PR MV cuma satu, klo lagi h2h ma dovi sulit pass nya..,
      AR juga sulit h2h ma Dovi, MM juga sama sulit kalo h2h Dovi..

      F1/4 menang publikasi, krn faktor usia yg fenomenal,
      but overall MV ini best player kedua sepanjang 2019 kmrn..

      • DNF 3x
        Gara gara Morbidelli Pecco dan Lorenzo

        Rins DNF gara gara ulahnya sendiri.

        Kelihatan ngotot MV sampai akhir musim. Kalo cuma ngejar point, PI udah dapat 20 point. Bisa jadi runner-up ngalahin Dovi.

        Kita tunggu MV di Ducati…

        Eeeaaaaa

    • Budayakan baca yg bener..

      “BISA MENGUSAHAKAN UNTUK MENANG”

      “LEBIH CEPAT DARI ALEX RINS”

      Tidak ada kalimat “PASTI MENANG” dan “LEBIH CEPAT DARI MARQUES”

      Jd klo Markes ga jatuh, ya logikanya posisi kedua klo emg lbh cpet dr Rins.

      • @Gusta

        Budayakan baca komen asli dalam bahasa Inggris. Jangan telan mentah-mentah terjemahan tanpa konteks.

        Kalimat pertama sudah pengandaian ( andai ga kena penalty jump start )

        Kalimat kedua ” In Austin we would’ve fought for victory ”
        Victory itu menang. P1. Bukan fought for podium.
        Paham ?

        Kalimat kedua ga akan terjadi kalo Marc ga crash. Pace Marc lebih baik dari MV saat itu. Jadi pengandaian pace gak cocok diterapkan untuk kata fought for victory.

        Akan butuh terlalu banyak andai untuk fought for victory.
        -MV tidak kena penalty start
        -MV start bagus
        -Sampai pertengahan lap MV ga DNF disikat rider lain
        -Marc crash

        Jadi kalau butuh andai sebanyak itu… Marc cuma butuh satu andai. Andai ga ada kesalahan motor.

        Kita bicara Cota 2019. Bukan Sepang 2019. Kalo Sepang 2019 cuma raja atau ratu halu yg ga ngakui pace MV disitu.

    • Iya juga sih.

      Coba fans Yahama disini pasti menjunjung tinggi nilai-nilai the doctor, dan memuja super rookie melulu.

      Hampir ga kedengeran die hard membela Vinales ?

      Tanya kenapa

  3. Saat itu dia melihat tim Y sebagai tim juara, dan dia optimis bisa juara dunia bila pindah ke tim Y. Dan di awal musim dia bergabung dengan tim Y terlihat hasilnya memang sangat fantastis, dia selalu tercepat di sesi tes pra musim, dia bahkan menang di seri perdana, menang di seri ke dua, namun zonk di seri berikutnya dan sampai sekarang zonk terus bersama Y. ✌?

  4. Esteban hanya ingin mengatakan bahwa secara team,rider,dan mesin sebenarnya sudah pada jalur yg benar. Alias tidak buruk2 amat.
    Tapi memang dalam race selalu ada faktor eksternal yang diluar perhitungan. Tapi meski begitu Vinales tetap yg terbaik dalam kubu yamaha.

    • Ekstrak kulit manggis Garcia sebenernya engga cuma-cuma mengangkat derajat Vinales. Karena lagi preparation jualan Vinales ke Dukati.

      Apalagi ada arah perpanjangan kontrak the doctor. Plus Lin Japri juga udah terang bilang masa depan Yahama is Fabio.

      Hadeuh, semoga nanti keputusannya tepat ya, Yahama ?

  5. Remember, ini segera masuk ke Silly Season utk konstelasi 2021.

    MVK dan jg bbrp pembalap (termasuk crew chief) lain perlu meninggikan diri, menaikkan daya tawar, agar dpt tim & fasilitas incl gaji setinggi2nya di 2021.. Jualan citra lah judulnya..

    Jadi jgn kaget, berita2 semacam ini akan sering kita dengar hingga bbrp waktu ke depan..

  6. Untuk saat ini iya karena dia yg juara 3 dunia. Musim depan tentunya pembuktian antara dia atau fabio. Wah panas kayaknya,klo rossi blg klo performanya musim depan mengecewakan bakal pensiun. Wah mandalika gak ada rossi oi.

  7. Kalo MV12 gak keluar dari Suz*ki, maka Yam*ha tidak pernah menang di 2 musim terakhir ini (2018 & 2019) karena cuma MV12 yg bisa menang..
    Dan di 3 musim terakhir, Yam*ha cuma menang 1 kali via Assen 2017 doang…

  8. Tul…
    Dia keiming-iming M1 yg memang sangat bagus di musim 2015-2016

    M1 musim itu hasil setelan paduka Hohe. Musim 2017 Jarko tjakepp juga pake M1 sisa-sisa developan paduka.

    Tahun 2017 sebetulnya Vinales diperhitungkan. Namun mulai tengah musim ke akhir makin gak jelas M1 nya. Entah hasil masukan siapa itu ?

  9. Di Suzu-ki malah lebih apes. bisa jadi ga menang satu seri pasca salah engine 2017.

    Suzu-ki kan baru menang tahun ini. Vinales tetap menang tiap musim di Yama-ha. Walaupun sesekali.

    • Suzuki salah pilih engine kan gara2 rombak rider dua duanya,rins pas test cidera sampai awal musim,Iannone baru pindah dr Ducati 0 pengalaman di inline,baru nyoba GSX ya bilang enak enak aja

      kalo Vinales tetap di Suzuki (waktu itu) ya pengembangannya akan tetep berkesinambungan

      • Salah pilih engine ya peran engineer ama test rider lah. Masa jeroan mesin yg milih rider.

        Kalo yama-ha memang problemnya kompleks. Suzuki ga ada problem elektronik (setidaknya ga muncul di media, complain spinning dll) ga ada problem tyre degradation.

        Vinales juga bukan developer yg baik… Selama masih ada Rossi

  10. wak kenapa gak pernah bahasa dovizong yg cm mentok runer up macam Pedrosa,padahal Ducati factory loh,apa gak ada nilai jual sama sekali????,rumornya malah next year musim terakhir gak diperpanjang??,kasihan temen2 dah jurdun, dia cuma runer up doang itu juga pas ad lorenzo

    • Wak Haji sepertinya mencium Sully season yang menarik bagi Vinales.

      Kalo Marc, Rossi, Miller, Rins, dkk. Mereka udah hampir ketebak bakal bercokol dimana.

    • Pernat sih ngotot Dovi bakal pindah ke Redbull KTM,apalagi Redbull udah nempel di helm Dovi sejak di Repsol sampai sekarang

Leave a Reply to GPmania Cancel reply

Please enter your comment!
Please enter your name here