TMCBLOG.com – Kami sering banget melihat hadirnya stroke sensor ketika melihat dari dekat motor-motor balap mulai dari kelas One Make Race seperti Honda Dream Cup, sampai balap kelas paling tinggi MotoGP sekalipun. Walaupun kadang juga terlihat di beberapa tuas tuas pada handlebar, alat ini paling sering terlihat mensupport penggunaan suspensi baik di depan dan belakang. Logis, karena stroke sensor ini jika dikombinasikan dengan Data Logger akan menghasilkan data seperti apa pola lendutan dari suspensi yang berguna untuk analisa tentunya. Jadi sebenarnya apa itu Stroke Sensor?

Stroke sensor sebenarnya memiliki nama umum yakni Linear Position Sensor. Secara umum cara kerjanya adalah seperti Linear Potensiometer yang menggunakan Resistor (hambatan) Variable. Jadi Panjang batang yang keluar dari sistem yang terlihat konstruksinya mirip pompa hidrolik ini akan menghasilkan perubahan besar hambatan yang linear . . Gambar di atas dan disamping adalah salah satunya TMCBlog ambil dari produk (sekedar contoh) stroke sensor merk Active Sensors MLS0950 Series . . Dan berikut adalah data sheetnya

Sobat bisa lihat di data terutama yang sudah TMCBlog kasih mark kuning, terlihat setiap ada pergerakan keluar atau masuk untuk 10 mm maka resistansi nya akan berubah 200 ohm nah angka resistansi ini jika diberikan arus listrik motor semisal 2 ampere maka akan menghasilkan daya voltage yang berubah ubah pula.

Analog to Digital Converter

Daya tegangan ini lah yang nanti akan di jadikan data analog yang lalu dikonversi menjadi data digital oleh ADC (Analog to Digital Converter) untuk selanjutnya bisa di provide ke sistem data logger.

Nah setelah sobat tahu cara kerja dari stroke sensor di atas, maka sekarang kita lihat kegunaannya. Fungsi utama stroke sensor baik pada suspensi depan maupun belakang adalah melihat seperti apa fluktuasi suspensi di tiap titik track terutama tikungan sehingga apakah reboundnya cepat atau lambat, atau hal-hal kuantitatif lain yang bisa memperkuat dan mengkonfirmasi feeling apa yang disampaikan oleh pembalap ke mekanik mengenai kerja dan respon dari suspensi motornya.

Anti wheelie

Bahkan pada motor MotoGP ataupun WSBK stroke sensor digunakan juga untuk mendeteksi anti wheelie. Bersama dengan speed sensor pada roda depan yang diukur independen dengan speed roda belakang maka saat sistem ECU melihat ada perbedaan speed putaran roda depan dan roda belakang ditambah data penunjang dimana stroke sensor berada pada posisi paling panjang yang artinya suspensi depan terangkat full maka ECU bisa mengetahui bahwa kondisi motor sedang wheelie.

Grafik di atas menunjukan motor sedang dalam akselerasi. Grafik kecepatan motor (warna merah terlihat menanjak) sedangkan ada warna putih yang ditengah-tengah angkanya fluktuatif. Itu adalah speed dari ban depan . . . Grafis fluktuatif tersebut menunjukan saat dimana ban depan tidak menyentuh asphal (wheelie) dan turun speednya di range kisaran 32 km/jam dibanding kecepatan motor. Garis kuning adalah jarak travel dari suspensi depan yang diukur melalui stroke sensor dimana saat ban terangkat (wheelie) full terlihat angkanya nol (di dasar).

Sehingga setelah mengetahui keadaan motor sedang wheelie, maka ECU akan bisa menentukan strategi untuk menghentikan wheelie tersebut misalnya dengan melakukan interupsi ke pembakaran atau hal strategi lain. Mengenai strategi anti wheelie sudah kita kupas secara mendalam di artikel techtalk tmcblog beberapa tahun yang lalu, silahkan melipir kesana bila ingin ulasan lebih dalamnya sob.

Di beberapa foto terakhir Jurnalis Dr Thomas Morselino terlihat bahwa ternyata stroke sensor juga dipakai di tuas rem depan dan tuas kopling dari pembalap MotoGP. Ini jelas  tujuan nya untuk memonitor seperti apa behavior pengereman dan proses memainkan kopling yang dilakukan oleh pembalap sehingga Chief mechanic dan engineer dapat berkontribusi lebih detail agar bagaimana pembalap bisa lebih efisien dalam melakukan pengereman ataupun pengoperasian tuas kopling yang mungkin hanya sekali dipakai sepanjang race yakni saat start . . Every detail counted!

Silahkan sobat seklaian diskusikan dan jangan lupa beri masukan ke TMCBlog mengenai hal teknologi menarik apa lagi yang mungkin bisa kita diskusikan bersama kedepan, ditunggu sob. . .

Taufik of BuitenZorg

 

21 COMMENTS

    • makanya teknologi seamless gearbox dibuat.. penggunaan kopling membutuhkan waktu lebih banyak daripada clutchless shifting, dan diperlukan seamless gearbox untuk memuluskan shifting yang ga semua orang bisa ini (khususnya downshift). klo ga salah di artikel yang lama ada sebut suara shiftingnya sampe kayak skuter/mobil matic (cvt) lagi ganti “gigi” (nyambung tanpa putus)

  1. dan tentu saja tingkat lendutan variable sensor pd suspensi akan di setting sesuai bobot rider dan kondisi aspal/track?

  2. Wak…bahas peran engineer macam Matteo Flamigni (Data Engineer). Scope tugas nya sejauh apa? Apakah dia punya andil di pengejawantahan algorithm ECU Championship saat ini?

  3. Terima kasih wak, menarik, berisi, dan berfaedah artikel tech talk begini

    Kalo boleh request, sya pnasaran sma teknologi gopro yg ada di motogp, apakah kameranya juga prototype? gmn cra kerja giroskopnya? Resolusinya? Ada brp titik di tiap motor?

    Terima kasih sebelumnya wak

  4. Kopling kering masbro, bukan kopling basah, sebisa mungkin gak d abuse pemakaiannya. pakai kopling saat motor melaju ketika upshift atau downshift malah mengurangi waktu sepersekian detik

  5. Wak bkin artikel ttg transponder yg mnghitung laptime motogp.. dmna posisi transponder pada motor… trus gmna transponder d gunakan untk mengukur hasil finish 2 motor yg berdekatan..padahal yg msuk finish line duluan adlah ban depan mtor…
    Trus titik2 pengukur transponder di tiap posisi checkpoint sirkuit…

Leave a Reply to Kang Cancel reply

Please enter your comment!
Please enter your name here