Friday, 22 November 2024

Mesin Inline 4 VS V4 dan bagaimana Suzuki – KTM mencari jalan tengahnya

TMCBLOG.com – Tulisan ini saya tulis karena permintaan pengunjung blog untuk membawakan konten tulisan Mat Oxley terakhir yang membicarakan Mesin Inline 4 dan mesin V4 terkini di motoGP dalam bahasa TMCBlog. Secara umum jurnalis asal Britania Raya ini berdasarkan data-data statistik hasil race mengerucutkan ke kesimpulan bahwa pada dasarnya motor prototipe MotoGP dengan mesin inline4 mayoritas bisa memenangi kejuaraan saat menemukan kondisi dimana mereka bisa ngacir di depan dan lepas dari pressure dan distraksi. Pada dasarnya, mesin inline-4 bisa lebih cepat daripada V4 di kebanyakan trek balap, jika mereka berada di trek ‘sendiri’. Namun pada saat fight?

Menurut Mat, angka statistik menunjukan bahwa inline-4 memang bekerja lebih baik saat sendirian daripada dalam kondisi dog-fight: dalam 50 balapan sebelum musim 2020 ini, inline-4 bernasib jauh lebih baik di kualifikasi daripada di balapan, mengambil 17 Pole Position dengan enam kemenangan balapan.

Dalam situasi balapan, Top Speed pada straight V4 yang superior bukan satu-satunya masalah untuk inline-4. Pada dasarnya mesin V4 tidak terlalu menyukai tikungan, jadi pembalap mereka menggunakan trajektori berbentuk V yang lebih tajam saat menikung, melakukan hard braking lalu secara agresif memutar sepeda motor di tengah tikungan (salah satunya dengan slide ban belakang) dan melaju keluar dengan akselerasinya yang kencang. Mesin-mesin inline-4 adalah mesin yang terbaik di tikungan, trajektori pembalapanya mayoritas menikung dengan membentuk huruf U, menikung dengan anggun dan membangun speed corner setinggi mungkin.

Masalahnya, dalam sebuah dog fight dekat antara inline-4 versus mesin V4, menurut Mat pembalap V4 biasanya melakukan pengereman lebih telat dan lebih lebih dalam, jadi lebih mudah bagi mereka untuk mengungguli pembalap empat silinder segaris di ujung straight. Dan begitu V4 berada di depan, inline-four tidak dapat menggunakan cornering speed superiornya. Nah ini yang agak sulit dicari tahu penyebabnya, karena Mat sendiri tidak menjelaskan lebih dalam. Menurut TMCBlog mungkin karena melakukan speed corner butuh trajectory yang clean dan ini sulit diperoleh pengguna inline-4 saat dalam kondisi dog fight dengan motor bermesin V4. Yap karena trajectory dalam mengambil racing line mereka berdua berbeda.

Kenapa inline-4 dan V4 memiliki karakter alami seperti itu? Mat menjelaskan bahwa ini disebabkan karena perbedaan karakter dari konfigurasi kedua jenis mesin ini dimana mesin inline-4 memiliki crankshaft yang lebih lebar dan membuat gaya inersia mereka bagus buat melahap tikungan dengan cepat, sementara mesin konfigurasi V4 menurut Mat memiliki chankshaft yang lebih kuat. Yap bisa dibayangkan 1 bandul digerakkan oleh dua piston, bila dibandingkan dengan 1 bandul per satu piston pada mesin inline. Juga mesin inline-4 memiliki pumping lost yang lebih besar.

Dan ketika bertemu dengan sirkuit dengan tikungan-tikungan lambat seperti dua tikungan V-Shape di Red Bull Ring, senjata inline-4 benar-benar tumpul. Mereka harus mengandalkan strategi lain. Dan ini lah yang sempat diperlihatkan oleh Suzuki GSX-RR. Mereka menggunakan mesin inline-4, namun secara umum terakhir ini mencoba tetap mempertahankan top-power mereka agar gap mereka tidak terlalu menganga saat melawan motor V4 di straight. Mereka tahu mereka tidak boleh bikin V4 di depan dan men-distraksi inisiasi dan jalannya (keunggulan) speed corner mereka.

Yang juga sedang dipantengin adalah peforma KTM RC16 yang disinyalir mencoba cara yang berbeda dari apa yang dilakukan oleh Honda, Ducati, dan Aprilia -sesama pengguna konfigurasi mesin V4. Soal karakter nikung sebenarnya masih sama dengan Honda, Ducati, dan Aprilia yakni V-shape, namun yang berbeda adalah feel roda depan yang lebih baik sehingga pembalap KTM bisa membuka bejekan rem lebih awal dari pada ketiga mesin V4 lainnya itu sehingga bisa menghasilkan speed corner yang lebih baik. Wahhhh makin seruuu niih . . .

Taufik of BuitenZorg | @tmcblog

102 COMMENTS

      • Intinya saat ECI in-house membuat inline powerful di sektor tikungan even long corner or v-shape di kebiri oleh penyeragaman ECU…
        Kalau topspeed memang sudah karakter alamiahnya mesin V4.

        ECU Magnetti Marelli karakteristik variabel2nya dedicated utk V4 yang ini yang masih belum ketemu pas buat inline.

        • Seingat saya, pada saat untuk algoritma pada Unified ECU, masing-masing pabrikan (Ducati-Honda-Yamaha) bisa mengajukan input untuk develop software ECU-nya sendiri. Bentuknya berupa logic flow chart untuk strategi mapping yang mereka inginkan. Dari masukan inilah, software engineer MM menyusun algoritma untuk software ECU. Logikanya Base software untuk ECU MM sudah mengakomodasi kebutuhan mapping strategies kedua jenis mesin.

        • Yes absolute rite. Logic flow/algoritma hierarki ini yang berperan penting membuat setup program ECU bisa signifikan atau malah banyak deviasi.

          Problem2 klasik Motor Honda HRC dapat diminimalisir oleh fake fired MM karena notabene mesinnya similar dgn Ducati yaitu V4/L4.

          Nahh problem2 klasik Motor inline ini yang belum bisa di solved oleh engineer computer menggunakan ECU MM.
          Kalau pakai ECU in-house langsung solve karena emang Know-how on its engine.

      • Sewaktu ECU in-house betul2 kuat Yamaha dgn dikuasai VR Dan JL.

        Kembali ke ECU, program developer pasti punya hierarki algoritma berbeda di sesuaikan dengan keinginan si pembuat.
        Orang Italia pasti berbeda pola pikir dan alur kerjanya di banding orang jepang.
        Nah itu yang tidak bisa/belum bisa di ‘ulik” oleh insinyur computer Jepang.
        Dan harus hijack orang dalam MM. Ini yang langsung di lakukan oleh Honda.

        Menurut hemat ane sih mending buatkan optional 2 ECU. Italiano dan Jepang atau ngga di luar dua2nya misal dari Amerika.

        • Istilahnya kaya codeigniter ada dokumentasi flow programnya, tapi ane yakin program input data masing-masing programer punya cara yang berbeda. 😀

        • Bukannya jaman Stoner ecu in house hrc udah mulai kebangetan sadisnya? Sampai pernah ada ulasan dgn makai ecu MM honda mundur 2 step secara eltktronik… waktu itu yamaha udah g bener2 dominan kan? Cmiiw

      • Yes absolute rite. Logic flow/algoritma hierarki ini yang berperan penting membuat setup program ECU bisa signifikan atau malah banyak deviasi.

        Problem2 klasik Motor Honda HRC dapat diminimalisir oleh fake fired MM karena notabene mesinnya similar dgn Ducati yaitu V4/L4.

        Nahh problem2 klasik Motor inline ini yang belum bisa di solved oleh engineer computer menggunakan ECU MM.
        Kalau pakai ECU in-house langsung solve karena emang Know-how on its engine.

    • dan satu dari empat pabrikan yang tidak memakai ohlin sebagai shock depannya…
      berhasil dengan mengendalikan roda depan lebih baik pabrikan lain yg memakai ohlins

      • Pak haji kemarin saya liat markes pas nonton MotoGP Austria itu dia pergelangan tangan nya di perban bukan lengan atas nya.alex markes bilang kondisi Kaka nya rumit,Puig juga gak bisa ngomong tanggal pasti mm comeback.ada apa ini sebenar nya apa tangan nya komplikasi ada masalah lain selain humerus pak haji ?

      • Ada yang tau engga apa sih sejarah nya HRC dari dulu gak mau pakai mesin inline ?apakah mereka sudah menghitung mesin pilihan mereka mampu mengakomodir seluruh jenis sirkuit yang di pakai MotoGP..
        Gimana juga KTM menemukan formula feel front end..kenapa HRC tidak bisa menemukan front end feel itu juga ?apakah sebenarnya HRC ini permasalahan utama nya ada di sasis nya ?kalau gitu mesti lebih keras lagi divisi developer sasis mereka

        • @Antigosip HRC/Honda awal-awal ikut ajang Grandprix malah pake Inline dan Yamaha awal-awal ikut Grandprix pake V4

        • In the end, sepaket motor harus menemukan balance nya. Yg V4 harus memecahkan kekurangan mesinnya. Gitu jg sebaliknya. Itulah gungsi development.

          Perkara Honda pilih V soalnya filosofi nya mesin sih. Mesin yg kentjang. Makanya konfigurasi V dipakai karena potensi power sangat kuat. Masalah alami V4 yg cenderung ogah-ogahan diajak belok disiasati dgn banyak hal. Dari sasisnya lah, aerodinamika, dll. Banyak lah pokonya enjineer sini pasti lebih paham.

          Hal yg sama berlaku untuk pabrikan yg memilih mesin inline, mereka jg harus nemuin balance untuk nutupi kekurangan mesin inline, di lapangan secara umum masalah horsepower mereka (dibanding mesin V) yg muaranya akselerasi dan topspeed di trek gak sebagus mesin V, tapi itupun bisa disiasati dengan macem-macem cara.

          Masalah feeling front-end sebetulnya ga kentara waktu inhouse ECU Honda-asimo wkwkwk ?
          Dani yg udah lama bergabung di RHT juga sebenernya sangat ngebantu banget bikin RCV jadi ke-Yamaha-Yamaha an (dalam artian mudah belok) which is nice.

          Tapi begitu ECU + software ganti, mesin V Honda udah kayak ga bisa diajak kerjasama. Liar.
          Perubahan radikal?? Challenge accepted! Tapi tetep aja namanya Honda, semua berawal dari mesin. Rela kehilangan power yg selama ini dibanggakan mesin Honda, demi bisa tetap kompetitif via Marquez & Dani.
          Tapi seperti kita tau. Ace rider tetep lah Ace rider. Fakta kalo ace rider nya yg selalu di depan & menang tentu gak akan mungkin bisa dikesampingkan oleh pabrikan manapun. Secara teknis, menejer bakal lebih asik nanya : “Bro, motor ini kurangnya apa menurut ente?” ke Marc atau Dani??

          Yoi banget!
          Betul kata Cal Curut35, masalah Honda adalah punya rider seperti Stoner dan Marc.
          Secara santai mungkin mereka cuma akan bilang : “I love the power of this thing! Can I get more?”
          Gak akan ada enjiner yg mengabaikan request dari seorang jurdun.
          Saya harap sih mereka gak mengabaikan faktor ‘balance’ yg udah susah-susah Dani cari resepnya bertahun-tahun.

          Tapi ngeliat Marc yg hampir selalu punya resep instan “Marc’s style : how to ride RCV with not-so-good front-end” sepertinya beberapa tahun ke belakang ini Marc berhasil membuat RCV kembali ke nature nya mesin V (yg susah diajak belok) ?
          Dasar alien tengil

  1. Diluar plus minus konfigurasi mesin, saya tetep penasaran klo ada satu full musim penuh ECU seragam ditiadakan dlu. Masih tetap kah dominasi yg dlu sempat hadir, atau malah ada kejutan lain.

      • Nah bener… Bukannya jaman Stoner ecu in house hrc udah mulai kebangetan sadisnya? Sampai pernah ada ulasan dgn makai ecu MM honda mundur 2 step secara eltktronik… waktu itu yamaha udah g bener2 dominan kan? Cmiiw

        • Stoner bukan pembalap yg ketergantungan ma perangkat elektronik.
          Livio Suppo sendiri yg bilang gitu. Bukan katanya katanya…..

    • Betul bro Rizal, Q sangat penasaran jika motor gp kayak dulu jika pabrikan diberikan kebebasan full apakah bakal nongol V4 oval piston dengan otak asimo ato bahkan V6 dengan oval piston

  2. Gsx rr emang jozzz
    kalau saja, andai saja, misal saja seorang jorge lorenzo yg punya skill dan mental champion yg bawa, bisa juara lebih cepat
    #baniandai

    • nahh iya bener nih,, dan kalo sukses membawa Suzuki jurdun, percayalah, si JL akan dianggap Pahlawan baik oleh Suzuki maupun dunia Racing secara umum, nama dia akan dikenang,,

      • udah di bahas itu.brivio sendiri yang bilang bahwa suzuki ingin juara dgn seseorang rider yang asli didikan suzuki.jk tercapai akan sgt bangga sekali dan kesempatan itu dulu ada dgn lorenjo tp suzuki tdk ingin instan mncapai kesuksesan

        • Mereka juga gak kelihatan ngebet jurdun dengan gaet langsung pembalap top. Paling kasus ianone doang. Kalo aleix sih lebih karna butuh pengalamannya untuk pengembangan. Opini pribadi sih

    • Bener om…brivio lbh cenderung pakai pembalap muda,yg mereka bs latih dan adaptasi pakai motor suzuki…menurut saya om…kalau salah maap ya…hehehe

      • Alasannya budget itu broo…. Wkwkwkwk

        Semua tau bahwa satelit itu penting. Lihat aja KTM yg beneran care ama satelitnya…

        Sayangnya kan budgetnya kurang.

        Makanya nyari rider muda. Makanya belom ada satelit.

        Gw main ke booth Suzuki di Sepang aja SPG-nya kalah budget.
        Hihihi

  3. Kalo ngomongin komparasi V4 dan I4 emang gak ada habisnya diluar karakteristik almiah kedua mesin ini … dan cara menanggulangi masing-masing kekurangannya.

    • Kalo gaya braking yg very-very-very late adalah sesuatu yg cocok buat mesin V, Rossi yg sering pakek metoda late brake dengan M1 bukan berarti salah tempat kan ya?

      Soalnya lebih condong ke Rossi yg berusaha menutupi kelemahan M1 yg selalu kalap (kehilangan keanggunannya) kalo terganggu racing line nya pas dogfight. Bisa sih cara itu jadi solusi kelemahan mesin inline 4.
      Tapiii, itu bagus diaplikasikan dulu. Entah… ane rasa waktu jaman masih ECU inhouse, M1 bisa diajak kompromi dengan riding style Rossi (karena Rossi butuh banget aksel keluar tikungan yg nampol, secara umum jg kaum “late-braker” butuh itu dengan catatan tanpa sedikit pun gejala spinning ban—yg bikin horsepower mengalir percuma). Gak heran deh Rossi yg selalu mengeluh spin-spin-spin, karena itu hal krusial banget buat dia (mungkin buat riding style-nya), dan selagi Yahama belum menguasai software ECU ini bakal agak susah karena masalah satu belum kelar malah jadi beranak-pinak masalahnya. Teknisi yg dulu konon dicomot Pramac yg direkrut gimana kabar ya?

      • Iya om, ane beneran kagum dengan late brakenya rossi pas dogfight dengan vinales pas race ke 2 kayanya … sampai dekat tikungan vinales bisa mepet rossi tapi pas makin dekat tikungan rossi menjauh … yang pada akhirnya bisa kesalip vinales juga karena kehabisan ban mungkin.

    • VR46 punya julukan master late braking.. bnr tuh rossi sering ngeluh masalah spining ban blkng, jd buat ban cepet habis jg. Makanya minta sm yfr ahli electronik buat pecahan kode2 ecu buat kurangin spin.
      Ecu in house: late brake, aksel ga pake spin + ban BS
      Ecu MM: late brake, aksel spin + degradasi ban michel

  4. apapun science dibalik semua itu harapan saya hanya ingin semua tim motogp semakin kompetitif

    semua tim harus maksimal biar penonton terhibur.. jgn cuma balapan sebagai tim peramai biar keliatan banyak peserta saja

  5. Inline suzuki dan inline yamaha karaterisiknya (menurut saya) lebih kurang sama.

    Jika melaju sendirian bisa sangat cepat dan disiplin dengan racing line.

    Perbedaannya jika tertahan motor lain, atau terjebak di grup kecil, inline suzuki masih bisa meladeni geng V4.
    Kebalikannya dengan yamaha, mau overtake aja syulitnya. Kadang gregetan nontonnya hahaha.

    • beda kalo kata saya gini..ibaratnya m1 itu bisa cepat hanya dg 1 race line,kalo gsxrr bisa cepat ga hanya dg 1 race line

  6. Kalo gitu fenomena stoner-rossi 2007 gimana wak?rossi di tikungan bisa unggul,straight baru kalah ama stoner.tahun paling seru dimana kelihatan banget karakter inline vs v4

  7. Nah yang bikin penasaran, waktu Rossi – Lorenzo bales2an overtake di catalunya sampe finish dulu kenapa M1 keliatan beringas jg pas keluar masuk tikungan wak?

    Apakah karna race line yg sama ato karna M1 di jaman itu beda level dg pabrikan lainnya soal handling dan tikung menikung?

    • Ya itu satu metoda ‘instan’ yg paling efektif bawa inline4 menang di motogp jaman now.
      Dan karakter alamiah inline 4 ya memang gitu. Kalo ni mesin berhasil mempertahankan kecepatan dgn konstan (rider punya ritme balap yg flowing dan enggak macem banyak hard brake) pace nya bisa sangat gila & untouchable!
      Disaat rekan mereka mesin kompresor V4 banyak “ngabisin waktu” untuk performing latebrake di mulut tikungan (katakanlah dari 300++ km/h menuju 90 km/h)
      Rekan mesin angkot inline4 ‘gak harus’ perform se ekstrim itu, katakanlah menjelang tikungan si rider yg udah ahli nge-flow anggun di tikungan dia cuma butuh ngerem ‘dikit’ doang dari 300++ km/h menuju 100-120++ km/h lalu melahap tikungan di kecepatan yg gak jauh beda dan keluar tikungan udah mulai meningkatkan gaspol lagi, senjata alamiah mematikan inline kan disitu.

      V4 bisa aja bejaban, tapi punya syarat akselerasi yg harus jauh lebih kuat. Jadi wlpn V4 ngabisin banyak waktu (latebrake ekstrim which is kecepatannya bisa drop ampe ke titik 90km/h) tapi ketolong karena keluar tikungan bisa langsung ngacir lagi.
      Itulah kenapa Marquez (yg punya teknik latebrake bagus juga selain rossi) sangat butuh akselerasi dan power motor. Asal ban belakang nge gigit aja udah seneng dia. Dia yg dianugerahi fisik yg badak, gak begitu peduli dgn lelahnya badan untuk perform kek gitu. Gak begitu peduli dgn feel di front end juga (which is sebetulnya bahaya untuk development karakter motor, bahaya buat rider yg gak bisa ngikutin riding style dia), tapi ya freak-nya Marc kalo front end bermasalah pun dia punya solusi instan yg dia namai ‘Marc’s style’. Gila sih. Paket alien yg kayak udah diciptain untuk bawa mesin kompresor.

      Menariknya, segala yg Marc butuhkan sebetulnya udah hadir di Ducati ????

  8. So Bisa dibayangkan gimana kuatnya Valentino Rossi di masa nya yang sering menang di dogfight.
    Sekarang mah ga usah dihitung,udah ketuaan

      • Selamat ya Agista yang baru nonton MotoGp padahal di era MM saja VR nasih bisa menang lawan MM contoh di Argentina dan Belanda

        • This was how Jorge Lorenzo won the last inline-four championship: bolting from lights-out and running his own race, leading from the first lap to the last in all of his seven victories. It’s significant that this happened in 2015, when Ducati weren’t up to speed and Honda had got its engine spec wrong, causing Marc Márquez problems throughout the year. -Mat Oxley, Circa 2020

        • Koreksi dikit tulisan saya sebelumnya. 2016, Yamaha still in it’s almost perfect form (Top speed di Spielberg masih lebih tinggi dibandingkan RC213V). Bahkan M1 MY 2016 masih jadi pilihan JZ05 smp 2018. Yamaha mulai bermasalah 2017. So, with an inferior bike, MM93 masih punya kemampuan mengalahkan better bike (M1 MY 2016, GP17, GP18)

  9. Berarti..
    Jika v4 maka pembalapnya harus pintar dan tetep kencang dalam menikung..
    Dan jika i4 maka mesinnya harus kuat dlm akselerasi..
    Pertanyaannya
    Bagaimana membuat i4 bisa berakselerasi layaknya v4..?

  10. lihat suzuki di redbullring kemarin rasanya lebih cepat masuk tikungan, begitu keluar tikungan ducati instan langsung membuat gap, ktm di run pertama presisi, pasca restart pol masuk tikungan ajrut2 an

  11. wak haji ada beberapa pertanyaan nih, apakah karakter nature dari konfig mesin baik i4/v4 itu tidak bisa dirubah atau diminimalkan kekurangannya lewat rekayasa geometri frame dan suspensi? ataukah mau dibikin gimanapun sasisnya karakter nature konfig mesin tsb tetap tidak bisa berubah? lalu adakah pengaruh dari konfig mesin terhadap weight distribution yang berimbas pada karakter handling motor secara keseluruhan? dan satu lagi kenapa M1 lebih sensitif terhadap perubahan level grip track dibanding GSX-RR yang notabene sama2 i4?

    • NSR-500 MY’84 jadi contoh, bagaimana menempatkan CoG terlalu rendah malah berdampak buruk terhadap rideability. Dan Spencer pun akhirnya memilih kembali menggunakan motor tiga silinder NS-500

    • klo di gsxrr mesin lbh miring kedepan ktimbng pnya M1..
      mngkin racikan bgtu biar pusat gravitasi lbh kebawah.. dan sasisnya menahan goyangan mesin td.. inget ga artikel wak haji soal mounting gsxrr yg ada setingannya

  12. kalau saya selalu membayangkan kapan perang teknologi antar vendor, ECU, Ban, Suspensi, Rem dll.

    Pabrikan hanya pokus bikin mesin dan sasis untuk menyesuaikan dengan part pendukung yang sudah diregulasikan.

  13. selalu suka dr dulu ke Suzuki ini,ga neko neko
    kira” vinales nyesel gak ya liat Suzuki yg sekarang ?
    dan seandainya (bani andai) GSX-RR sekarang di duetin sama jolor on his prime time bakalan kya apa yah ?

    sekarang sih Suzuki tinggal tergantung ke ridernya sptnya, untuk masalah motor udah paketan juara lah kalo menurut gw

  14. mlm kang taufik….apa yamaha skarang pake bigbang ktimbang suzuki yg crossplane…klo pas d sorot ke dua motor tsb suara ny beda bnget….yamaha condong k honda atw ducati ledakan suaranya hhmmm dan suzuki ya itu sperti suara yamaha lama??!!

  15. Seperti dapat kuliah saja ini baru coment2 mantap dan saling bagi2 info menarik, artikel yg kaya gini biasanya penuh dengan komen2 cerdas

  16. Trik i4 buat ngalahin v4 sebenernya sudah ditunjukin di last corner silverstone oleh rins ketika kalahin marquez.potensi cornering speednya dimaksimalkan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

TERBARU

KONTEN PILIHAN

MOTOGP