TMCBLOG.com – Betapa satu kuasa alam seperti turunnya rintik hujan dari langit bisa membalikan keadaan dengan mudah seperti membalikan telapak tangan adalah satu fenomena yang menarik di simak di gelaran MotoGP seri Le Mans yang diselenggarakan di sirkuit Buggati akhir pekan kemarin. Hujan yang membasahi aspal sirkuit Bugatti dengan serta mereta seperti me-Wipe-out banyak sisi keuntungan yang semenjak Jumat FP2 diperoleh mesin inline 4 CP4 Yamaha M1 di sirkuit ini. Kenapa itu bisa terjadi, yap faktor utamanya memang hujan, namun faktor kedua yang menurut TMCBlog juga punya andil adalah kombinasi dari karakter mesin dan tentunya karet ban Michelin. Ducati ngacir semenjak awal di Le Mans saat basah adalah bukan hal yang luar biasa, mengagetkan dan aneh. Sebagai bayangan, kita bisa flashback sebentar dimana bahkan di salah satu masa paling sulit Ducati sekalipun yakni saat maestro ‘The Goat’ Valentino Rossi membela tim merah Italia ini, saat hujan/trek basah ia bisa raih podium. Dan perlu dicatat pula, Vale kala itu bisa podium di venue yang sama seperti Grand Prix yang sedang kita bahas, Le mans dalam keadaan hujan.

Banyak kalangan menganalisa bahwa Ducati bisa bicara banyak saat race dalam keadaan WET di sirkuit sirkuit yang awalnya bukan sirkuit mereka jika dilihat dari morfologi circuit ada hubungannya dengan limitasi power yang dilakukan oleh elektronik. Semua tahu bahwa sebelum masuk trek, Race Mode dari sistem Ride By Wire semua motor di-set dalam mode dimana motor tidak akan Full Power (Rain Mode). Yap seakan kebringasan mesin V4 sedikit ‘dijinakkan’ dengan pemakaian mode ini. Dalam keadaan DryĀ Race, mesin yang dijinakkan ini jelas akan dengan mudah ‘dimangsa’ oleh mesin mesin inline 4, namun pada Wet Race di mana semua power dan torsi motor ‘disunat’ tak terkecuali mesin inline 4. Dengan beberapa variabel kombinasi tambahan – yang akan kita bahas juga di paragraf-paragraf bawah – Mesin mesin V4 tetap sedikit superior di sini . . cek aja top speednya.

Ok, itu soal Mapping Power dan Torque. Sekarang kita bahas mengenai jenis sirkuitnya sendiri. Karakter dasar dari sirkuit Bugatti Le Mans adalah Stop And Go, namun jenis kurva tikungannya agak sedikit flowing. Jadi ya tikungannya tidak kaku dan tajam seperti Red Bull Ring, melainkan agak sedikit rounded dan ini berpotensi akan membuat mesin mesin inline 4 bisa bicara juga walaupun trekĀ Stop and Go bukanlah karakter alami mereka. Bicara soal Inline 4 tentu (harusnya) Yamaha M1 dan Suzuki GSX-RR. Namun kenapa sepanjang Jumat-Sabtu sepertinya cuma Yamaha M1 yang bisa bicara? Dari sinilah kita ketahui walaupun sama sama Inline 4 CP4, namun secara keseluruhan di variabel lain, kedua motor ini berbeda.

Le-Mans perlihatkan beda I4 CP4 Yamaha dan Suzuki

Bukan hanya sekedar setup dasar yang berbeda dimana hampir bisa dikatakan sampai seri Le Mans ini GSX-RR lebih di setup ke race pace ketimbang Time Attack. Dan setup ini menurut TMCBlog salah satunya ke distribusi bobot dari motor dimana kombinasi dari struktur dan fleksibilitas sasis, suspensi, serta engineĀ mounting dari Yamaha punya kecenderungan lebih berorientasi ke arah depan (front end) dibandingkan Suzuki. Salah satu sinyalemen yang membuat TMCBlog berani melontarkan hipotesis ini adalah bahwa dalam keadaan trek dan suhu normal, Yamaha M1 dikeluhkan terlalu sering membuat karet ban depan overheat bila dibandingkan dengan Suzuki GSX-RR. Yap itu adalah side effect yang jadi tantangan tersendiri buat Yamaha, namun dibalik tantangan tersebut ada keuntungannya dimana mereka bisa sangat kecang saat time attack dan race dalam keadaan normal, terlebih lagi di 2020 ini kompon dan struktur karet ban belakang slick Michelin Power yang dibuat lebih nge-grip sangat sangat sangat menambah keuntungan buat Yamaha M1.

Sementara menurut TMCBlog setup keseluruhan dari Suzuki GSX-RR lebih balance dalam hal distribusi bobotnya. Dalam artian distribusi FrontĀ End dan Rear End. Semua orang sepertinya hampir setuju kalau distribusi bobot yang balance merupakan Win-Win Solution dalam mengejar race pace. Oleh karena itu Suzuki GSX-RR bisa sangat berbicara soal keberingasan saatĀ Race Day. Mereka terlihat merupakan pabrikan yang paling konsisten race pace-nya di saat balap kering (Dry Race) atau dalam keadaan trek kering. Namun bagaimana saat basah atau dalam kondisi trek kering namun sangat dingin seperti di Le Mans yang cuma sekitar 14Āŗ C di permukaan trek?

Here we come the trouble. Karena ‘terlalu’ balance maka front end dari GSX-RR kurang memperoleh beban (Load) sehingga ban depan butuh waktu yang lebih lama untuk heat-up atau mencapai suhu optimal kerja dari ban dibandingkan Yamaha M1. Dan yang lebih bikin pusing Rins maupun Mir. Mereka harus menjagaĀ pace terus-terusan kencang dalam kondisi dingin atau pun basah ini. Karena sedikit saja mereka tidak konsisten, kendor dalam bejek gas, akan membuat temperatur ban akan dengan mudah turun/drop yang akibatnya akan sangat mengerikan. Grip terutama di side wall akan turun juga. Bisa crash! SemuaĀ pembalap aware akan hal ini. Solusinya, mereka harus pakai ban dengan karakter berbeda dengan Yamaha, seperti yang mereka gunakan di race Le Mans.

Sementara Yamaha? Di saat trek bersuhu normal dan kering mereka tetap bisa kencang di awal namun berpotensi struggle di akhir race karena degradasi karet ban akan lebih cepat haus. Sementara di saat trek bersuhu rendah dan kering seperti yang terjadi di hari sabtu maka level grip ban mereka lebih baik kualitasnya dibandingkan Suzuki GSX-RR. Hal ini disebabkan karena yang biasanya bikin Overheat saat suhu normal, namun khusus di Le Mans yang suhunya dingin, maka kasus overheatnya mereka masih dalam tataran ‘normal’ sehingga ban masih bisa bekerja dengan optimal. Oke kita sudah bicara banyak mengenai Motor yang di race Le Mans bahkan nggak ada satupun yang nangkring di Parc Ferme. Kita switch kembali ke para podiumer . . Bagaimana Alex Marquez?

Melihat konsistensinya Takaaki Nakagami dalam meraih point dan membuat sampai seri Le Mans ia menjadi sat satunya pembalap yang meraih point semenjak seri pertama Jerez 1 menandakan ada konsistensi hadir pada diri Taka. Dan pasti tak sedikit yang awalnya menganggap (termasuk TMCBlog sendiri ) bahwa Taka lah yang mungkin akan membawa Honda buka puasa podium di musim ini telebih setelah melihat aksi Taka di beberapa seri seperti di Austria. Namun tiba-tiba koq Alex Marquez. Yes musim ini memang serba berisi kejutan. Terlepas dari seriusnya Alex di sesi hari Jumat FP1 yang juga basah, Alex Marquez adalah seorang Rookie yang belum pernah balapan dalam keadaan aspal lebih basah dan lebih licin. Namun ia berhasil dan lolos dari ujian ini. Trek basah tentunya akan membuat pergolakan batin hadir di dalam jiwa pembalap saat race. Mereka harus menyeimbangkan antara kemampuan motor dan limit dari grip ban-aspal yang licin.

Buat TMCBlog mungkin analoginya mirip kayak bawa Kawasaki ER6N di jalanan umum di Buitenzorg, ini power mesin di atas 60 hp tapi jalanan umum mengharuskan kita untuk tidak se-arogan itu dalam sudut pandang Safety. Tentu berkecamuk di dalam dada dan hati dimana ada keinginan untuk buka gas dalam dalam tapi ada limitasinya. Yaaa itu hanya intermezo doang. Namun pada dasarnya jelas menurut TMCBlog, Alex Marquez lulus dengan nilai yang hampir sempurna dalam test ini. Bukan tidak mungkin ke depan ia akan sangat diperhitungkan jika memang ada lagi race yang diadakan dalam keadaan trek basah. Dan untuk inilah TMCBlog berani bilang bahwa Sebenarnya Man Of The Race Le Mans 2020 adalah Alex Marquez. Sobat punya pendapat lain sangat dipersilahkan. Namun begitu pertanyaan besarnya adalah, kenapa Honda terlihat lumayan di Le Mans pada umumnya?

Salah satu yang jadi jawabannya mungkin persis seperti yang dikatakan Cal Crutchlow pada debrief Zoom setelah race ā€œJika Anda melihat dua lintasan balap yang memiliki grip yang baik, di sini (Le Mans) dan Misano, kami benar-benar merasakan manfaatnya, motor kami tidak memiliki grip belakang terbaik, tetapi kami dapat merasakan manfaatnya di sini. Saat trek dingin dan cukup rumit, banyak pabrikan dan pebalap lain yang kesulitan dengan bagian belakang yang slide, tetapi kami sangat terbiasa karena (RC213V) selalu seperti itu. Saya pikir pada hari Jumat yang saya lakukan dan untuk Alex Marquez dan Taka (Nakagami) di balapan Misano kedua, menunjukkan hal itu. ā€ . . . Yep, slide ban belakang yang jadi masalah buat pabrikan lain adalah sesuatu yang jadi masalah Honda sehari hari, jadi sudah dianggap biasa oleh para rider Honda.

Namun begitu jelas FP1 yang dilakukan dalam keadaan trek basah adalah kunci buat Alex Marquez bisa menentukan base setup terbaik buat RC213V dalam keadaan hujan. Bisa jadi, mungkin Alex Marquez mendapatkan keuntungan sebagai seorang Rookie. Yap sebagai Rookie mengharuskan dirinya turun di saat kondisi apapun Sirkuit termasuk saat kondisi sirkuit benar-benar basah seperti hari Jumat. Sebagai Rookie ia harus memiliki pengalaman di trek basah di mana terlepas dari ketidak akuratan forecast dari team dalam memperediksi cuaca saat race, hal penting Ini seakan dikesampingkan dan di’gampangin’ oleh pembalap pembalap pembalap yang lebih senior dari Alex Marquez. Walaupun mungkin cuma lebih senior 1 tahun doang.

Kebayang kan bagaimana saat itu beberapa rider berfikir bahwa karena timnya sudah memperkirakan forecast race day kering maka buat apa susah susah dan mengumbar resiko lebih untuk turun dan Push di FP1. Melihat posisi mereka yang memang beresiko karena sedang memimpin championship hal ini jelas Logis banget, namun ya memang ada harga yang harus mereka bayar. Di sisi lain sobat semua bisa lihat betapa persiapan itu sangat penting di era MotoGP modern seperti sekarang ini. Kehilangan momentum riset sehingga tidak memiliki base setup terbaik bisa menghasilkan masalah.

Grafik cacing tawuran di atas sejatinya adalah merupakan grafik progress Laptime tiap lap yang dibukukan oleh 11 pembalap di Top 11 finisher. Kabayang kan? Itu artinya ada 121 data laptime di atas. Dari segitu ruwetnya grafik yang tumpang tindih seperti grafik di atas ada beberapa grafik yang menarik buat TMCBlog. Dua di antaranya adalah : yang pertama adalah grafik yang menunjukan betapa Vulnerable-nya Fabio Quartararo yang memang secara fisik ia ‘benar benar dibully’ oleh pembalap pembalap terutama para pembalap V4 pada setengah awal race sampai ia sempat berada di posisi 11. Jelas bukan race pace yang menunjukan bahwa ia seorang pimpinan klasemen championship.

Grafik kedua yang membuat TMCBlog tertarik adalah grafik Johann Zarco, pembalap bernomor 5 yang finish di posisi 5 race Le-Mans dimana ia terlihat ‘menggila’ di akhir race. Dan bahkan menorehkan laptime tercepat race di akhir akhir race. Ini kenapa? Salah satu hal yang kasat mata untuk di Analisa sebagai penyebabnya adalah pilihan ban yang dipilih Johann. Johann menjadi salah satu pembalap yang memilih ban kombinasi Medium – medium selain dua pembalap Lain yang berasal dari Suzuki (Rins dan Mir). Zarco tidak bisa dengan cepat memanaskan karet bannnya di setengah bagian pertama race, namun ketika air di permukaan Trek berangsur angsur hilangĀ  walaupun tetap basah, dan ban ban soft pilihan pembalap lain menderita, ban medium mulai berjaya jaya jaya . . Namun ya itu dia, ini semua masalah balance. Berat di awal, namun kencang di akhir. Nggak ada setup mesin palugada, Nggak ada juga kompon ban palugada.

Berkaitan dari grafik pertama di atas, juga menarik melihat apa yang terjadi pada Maverick Vinales. terlepas ia dan Mir harus menghindar dari jatuhnya Valentino Rossi di T2, laptime Vinales boleh dibilang sangat berantakan di straight saat race di mulai. Usut punya usut, ternyata Vinales mencoba strategi baru di Le Mans yakni ia meminimalisasi setup elektronik saat race. Maverick mengakui bahwa ini berhasil saat ia coba saat latihan bebas sebelumnya namun tidak berhasil dilakukan saat race day. Salah satunya adalah karena raungan suara 21 motor prototipe yang mayoritas melakukan revving di atas 16 ribu rpm secara bersamaan saat start.

Bisa dibayangkan berapa desibel itu interverensi gelombang suara dari 21 deruman yang keluar dari knalpot dan Le Mans juga termasuk salah satu sirkuit dimana secara keseluruhan akustik di grid-start sirkuit Bugatti menunjang untuk membuat suara motor start akan sangat memekakkan telinga. Dan Maverick tidak bisa mendengar suara dan merespon secara benar dan akurat apa yang diinginkan oleh Yamaha M1. Strategi elektronik yang diminimalisasi jelas membutuhkan peran pembalap yang lebih banyak, pembalap harus lebih aware, lebih akurat, dan dengan suara gemuruh seperti itu, jelas ini sesuatu yang sepertinya diluar perkiraan maverick dan ia fail kali ini. Better try another time, mate . .

Grafik di atas jelas lebih memperlihatkan betapa gilanya race pace Zarco terutama di 6 lap terakhir dibandingkan 4 pembalap di depannya. Bahkan bisa lebih cepat rata rata 1 detik lebih cepat.

Dan dipastikan banyak yang instan jadi akhir ramal meramal masa depan lengkap dengan berbagai premis sepeti: jika saja (bani andai muncul) race diadakan 4 lap lagi bisa jadi ceritanya bisa berbeda. Namun ini lah race, tidak bijak berandai andai, setup dan gelontorkan lah strategi semenjak awal dan biarkan apa yang sudah terjadi sebagai pembelajaran.

Pada grafik ketiga ini dan kedua sebelumnya terlihat bahwa betapa level race pace Alex Marquez sudah bisa menyamai para senior seniornya seperti Petrucci, Dovizioso dan Pol Espargaro. Alex memiliki pace lebih baik dari pembalap top 3 lain di sekitar pertengahan race. Namun apakah benar kemenangan ada di depan mata buat Alex Marquez dan Repsol Honda di Le Mans? Benar sih, namun sepertinya tetap akan terus di depan mata tanpa mungkin pernah lebih mendekat sampai jangkauan overtake! Karena menurut TMCBlog pace Alex Marquez tidak bisa dipush lebih baik lagi di satu dua lap terakhir dan bahkan terlihat pace Alex nge-drop di lap terakhir. Bisa jadi memang ada beberapa hal yang terdegradasi. Ban kah itu? Itu juga sepertinya yang sempat di analisa Pol Espargaro saat melongok bagian ban belakang Alex di Parc Ferme motor yang direncanakan akan jadi motornya buat tahun depan.

Alex Marquez tentu masih sangat jauh dan hijau apabila dibandingkan dengan juara dunia MotoGP beberapa kali Jorge Lorenzo, namun terlepas dari beberapa kali cidera yang membekap Jorge, raihan P2 Alex di Le Mans sendiri sudah cukup untuk membuat secara point dan statistik, tahun pertamanya lebih baik dari sang Butter-hammer pada tahun pertamanya (2019) bersama Repsol Honda. Dengan 5 race terakhir double header di Aragon dan Ricardo Tormo serta ditutup dengan race paling ‘blind’ di sepanjang musim yakni Portimao, sepetinya drama kompetisi dan kejutan kejutan akan terus hadir di musim MotoGP paling special mungkin sepanjang 19 musim terakhir!

Taufik of BuitenZorg | @tmcblog

119 COMMENTS

    • Baru setahun d kelas raja udah merasa ngerti segalanya…ato mungkin jg krn saran dr tim nya yg terlalu percaya ama forecast cuaca, jd seakan2 abai ama FP1… Pembelajaran berharga buat sang calon ace rider of garputala

      • Itu lho dah dijelasin sama wak haji..
        Daripada beresiko cedera,,dalam posisi championship.. makanya ga turun pas fp hujan

      • Man of the Match : Bradl
        Test Rider + baru sembuh cedera + Motor Dasar Klasemen…

        Finish didepan 3 besar klasemen
        Ambyar..

  1. mungkin ya kalo sirkuit di selang seling tiap tahun atau bahkan per 2 tahun lebih seru kali ya
    makin tak terduga kali karena data nya sedikit.

      • Kasian? Justru bgs kan seru bwt kejuaraan klo juara ganti2 mulu. Cb klo Fabio finish 1-2 mulu. Di mana serunya klo yg lain cuma jd bahan kentut nya? Biar seru lah ada bumbu2nya gtu. Jd sampe seri terakhr bs layak ditonton. Bukan jurdu diumumkan bbrp seri sblm sirkuit penutup.

    • Knapa dia di buly, ya karena dia pemimpin klasemen, ngarti kali, masa pemimpin klasemen gitu, beda runer up atau juru kunci….

    • simpelnya fabio bolos latihan sedangkan Mir latihan tapi ga ngepush namun tetap cari set up dan saya yakin semua pembalap kecuali fabio setidaknya juga cari set up untuk wet race buat jaga-jaga. kenapa dibuly? ke PDan yakin bgt 100% sesuai perkiraan dia.

    • kasian dari mana sih? mereka dapet pengalaman lho apalagi ini ban baru. posisi yg cari aman juga ga lebih baik dari yg ikut latihan kelempar dari posisi aslinya, mereka dapet pengalaman dan poin sedangkan yg ga ikut cuman dapet poin.

      banyakin belajar dan dapet pengalaman klo mau jurdun… oh wait dia juga bolos tes portimao ya…

  2. Sepertinya buat Yamaha tetap gak berguna turun cari setting saat hujan, karena udah dasarnya memang Yamaha jelek saat hujan dengan Michelin,
    Tahun ini pun Yamaha agak bagus karena di tolong compound baru ban, dan elektronik nya sepertinya tidak banyak membantu

  3. Dipikiran Maverick dia cuma balapan sendirian kali,kok masalah seperti itu sampe tidak terpikirkan,kecuali ada semacam recorder terus disambunge ke telinganya baru itu terdengar jelas,tapi siap2 gendang telinga berdarah abis itu

    Kok kayak gak mencerminkan pembalap developer,hal seperti itu yg bikin racenya berantakan bisa tak terpikirkan

  4. Karena gak ada setup mesin dan kompon ban yang palugada, berarti dibutuhkan pembalap yang bisa melengkapinya kan wak ? Tapi masih ada aja yg percaya ban goib

  5. Lorenzo di honda kaya gak ada niat balap, semacam cuma pelampiasan kekesalan di ducati, dapat durian runtuh pas momennya tim honda ducati lagi panas2nya, caploklah lorenzo buat nambah sakit hati ducati, buat honda lorenzo cuma dijadikan pelengkap dan piala kemenangan honda atas panasnya situasi honda ducati

    • Pas niat balap, kenceng bgt di Catalunya 2019, eh jatuh n malah menggiring jatuh pembalap2 top lainnya.. wkwkwk syok berat.

      Trus niat balap, eh jatuh jumpalitan di Assen.. Sampe2 cedera n dokter blg untung ga lumpuh krn tulang blkg yg cedera.. Syok tingkat langit..

      Dah.. itu aja.

  6. congratz young Marquez! walo harus mesti dibuktikan lagi di trek kering tp setidaknya podium 2 kemaren itu jadi semacam moral booster buatnya ?

  7. Yg jelas saat cuaca seperti ini, pembalap yang biasa dibelakang akan tetap berani ngepush,dan yg ada di top 5 championship akan main aman asal tidak jatuh. Menarik liat zarco,klo mau dia bisa push salip dovi tapi tidak dilakukan. Mgkn ini….. Jg gmana maverick gak nyerang fabio dilast lap yg beresiko namun nyerang habis”an mir yang didepannya. Team adalah utama selain konsisten raih poin championship dlm cuaca begini

        • Ya iyalah bakal ngotot la wong perebutin posisi 1,2. Asal bukan fabio kayaknya ya. Dan liat yg terlalu overlimit ujungnya dlosor kan. Lirik mir yg konsisten bisa diketek posisi 2 kan.

        • Wkwkwk, bener kata herman, apa fq sama mir lagi mau nyerahin championship buat dovi karena lebih senior gitu? Main aman kok nyampe kelempar 10 besar, mir sih bukan main aman emang lagi struggle dari fp sampe q2?

    • Herman dkk.. justru mir yg memulai dalam race main amankan ban dan konsisten. Tanpa podium 1 ada no 2 klasement. So g slh klo pembalap lawan dia dgn gayanya drpd dlosor nol poin. Klo ngmg mm vs dovi,namanya jg perebutan posisi klasem3n 1,2,3,4,5 mreka bakal ngotot klo mampu. Cba kmrin tonton gmn fabio,mir dan mv saling intip lawan. Saat mir salip fabio langsung merespon aggresive begitu jg maverick cb salip mir tapi maverick seakan enggan attcak fabio last corner. Mv blg sy bisa saja salip fabio last lap tapi beresiko kami berdua nol poin dan cedera. Cb bc blog lain sbg referensi bro. Bila perlu dr media luar.

      • Herman, karena perebutin championshiplah mreka saling lirik dmn lawannya. Mreka berdua sbnrnya khawatir dovi yg race lalu 0 poin bakal push race ini dan juara. Tryt kemenangan petrux,alex dan pol membuat mreka agak lega. So kini mreka akan main taktik,seperti yg dimainkan mir,bahkan nakagami. Race jadwal pendek klo cedera ya bakal ambyar kyk MM.

  8. Alex Rins gmn wak? kan malah jos tuh bisa rangsek ke posisi 2 duluan, dibandingin Mir, padahal ban sama2 Medium-Medium.

  9. IMO, Podium Alex tertolong insiden Rossi. Maybe he got the pace, tapi T2 carnage akhirnya bikin gap rider yg berdekatan dengan Rossi menjadi merapat dan pace beberapa rider antara T2 sampai T3 menjadi lebih lambat.

    Bener sih, pace Alex Marquez selama race lebih baik dari beberapa pembalap, buktinya dia beberapa kali (2 kl IIRC) bikin fastest time. Tapi tanpa insiden di L1, kemungkinan terbaik, dia finish di top 5.

    *Mungkin mulai hari ini Puig akan berburu pawang hujan, clearly RC213V is still a good bike (in the wet race)

    • Mau pakai kata “may be” pun jadinya tetap beranda-andai…. Hehehe…,

      Blm tentu jg kalau Rossi ga jatuh Alex M ga bisa podium….,

      Beda kejadian, pasti beda strategi race nya…

    • saya kurang setuju jika insiden vr crash am tertolong posisi
      karna insiden vr membuat jadi 3 group
      group pertama didepan vr semakin renggang kedepan
      group kedua out mir-vin-41 (dan mir bisa balik kebarisan dan smith melejit diatas mir)
      group ketiga mulai taka dll
      malah yang lebih berjarak dan diuntungkan group pertama

  10. Main aman karena gak punya setup buat race hujan sampai akhirnya jeblok, berbrda pendekatan dengan mm yg walaupun sedang mempertahankan championship vs dovi, saat hujan tetep nyari setup dan saat kering pun tetep nyari meskipun di seri yg sama

  11. Pemenang balap si petruk kok nggak di senggol di artikel wak?
    Dia itu pemenang balapan komplit lho, ditrek kering (mugello) dan basah (lemans).
    #UnderratedPetruk.

  12. taro dn tim sprtinya maen aman, memilih untuk meminimalisir cedera dgn tdk push di fp1 krn forecast dry pas race day, trmasuk absen di tes portugal.. strategi apa pun boleh lah asal ntar woles sm hasil2nya…

    • ngapain bolos? pembalap lain tetep turun ko buat cari set up wet untuk jaga-jaga klo balapan wet walaupun menurut ramalan cuaca minggu itu cerah. namun kenyataannya hujan kan? alasan cedera? oh please, balapan/latihan mana sih yg ga beresiko cedera mau itu wet atau dry? mau jurdun kan? belajar yg banyak dan dapet pengalaman! simpel aja ko ga perlu beralasan yg macem-macem dan akui aja klo fabio ke PDan apa saya perlu bilang mager klo track hujan? ok saya perhalus mungkin takut air ya.

      • sampean pikir saya fans marques ya? hahaha… kenapa sampean ter trigger dek? saya hanya ngomongin kenyataan aja, ga perlu sampean jadi fans salah satu pabrikan atau pembalap.

        ngomong apa sih sampean? 4 besar masih peluang championship ko, oh wait nakagami juga termasuk di 5 besar. cuman fabio vs mir? masih 5 seri lg, masih ngerebutin 125 poin.

      • emang ada hubungannya yah kalimat panjang dgn ter trigger? seenggaknya klo sampean mau reply saya jgn nanya balik saya yg kesannya jadi ter trigger disini. sampean ko yg bales reply saya buat TS nya dan langsung ngegas saya dgn tuduhan sebagai FBH. oh wait, nick sampean kan segudang bisa aja yg saya komentarin ini salah satu milikmu juga.

      • lho la iya kan bner, resiko cedera sdh ada mulai dari fp, baik itu kondisi kering, apalagi kondisi basah.. untuk meminimalisir resiko itu salah satunya dgn tidak push saat fp yg kondisinya berpotensi untuk bs cedera.. smpai dsini sdh dpt korelasinya?? perihal dia jadi gk bs blajar or gk dpt pnglaman ya terserah yg menjalani..
        btw pernyataan situ buat quartararo sj ap jg buat mir? soalnya yg tdk push di fp1 mnurut wak haji ada dua itu…

  13. Bahasan Filosofi M1 vs. GSX RR yg lebih fokus single lap dg kasih beban lebih ke front end vs. balance di race day jadi inget setup standar R15 V2 yg posisi ridingnya “nukik” kedepan.

    Beda dg gixxer 150 yg punya bentuk body & tangki yg sama2 kecil, tapi berasa lebih “datar” posisi pinggul ridernya.

    Mungkinkah bayangan sederhananya seperti itu ya wak ?

  14. Semua rider bebas menggunakan strateginya untuk meraih Championship

    Mau main aman, mau pokoke geber, bebas2 aja

    Tapi para penikmat balap juga akan menilai dari sisi effort nya.

    Dan itulah yg membedakan dari seorang legend dan ordinary rider (ada something memorable)

    Terlepas dari itu, saya respect u/ semua riders, dimana gw bwa motor 150km/h aja udah adem-panas wkwkwkw

  15. Quartararo juga masih rookie kalau hitungannya adalah wet race, karena musim kemarin semua dry race. Berarti
    Marquez lebih baik dari Quartararo dalam hal ini

  16. kenapa ga ada yg bahas si Petrux, padahal menurut saya dia memang punya skill lebih saat hujan seperti dalam beberapa race terdahulu saat masih di team pramac

    • menurut saya untuk fabio atau mir mereka sudah memahami motornya walau belum maksimal dalam mencari set up saat balap kondisi basah, dan dengan kekurangannya itulah dia sebisa mungkin menjaga pace agar bisa tetap mempertahankan poin klasmen

    • Justru karena punya skill lebih saat hujan kemenangannya gak usah dibahas, ibarat kata dia emang udah jago pas hujan. Jadi bukan sesuatu yg wow untuk dibahas.
      Justru yg dibahas absennya taro pada saat sesi FP hujan, podium 2 alex yg diluar dugaan dan semakin kencengnya zarco di akhir lap.

        • Diluar dugaan gimana sih ?

          Coba pahamin kalimat yg anda tulis sendiri dah.
          *padahal menurut saya dia memang punya skill lebih saat hujan seperti dalam beberapa race terdahulu saat masih di team pramac*

          Itu secara gak langsung anda sudah tau dan bisa prediksi kalo petrux bisa menang karena anda sendiri megakui petrux punya skill lebih pada saat hujan.

          Kalo yg namanya diluar dugaan kita gak bisa memprediksi. Contoh misalnya yg menang tito rabat, karena kita gatau nih dia punya skill lebih apa tidak disaat hujan. Eh tiba tiba menang pas hujan.

        • @plat nomor, ente komen apa napsu nih, biasa aja kali
          iya dah pujaannya yg di luar dugaan finish ke dua, tinggal di tunggu juara 1 di seri berikutnya kalo bisa

  17. barusan liat cuplikan ld gg ama metalica,,, mo manggung 1 lagu doank.. aja latiannya sampe diulang2…

    terlepas ldy gg agak2…tapi effortnya keren lah…

    saia mah nonton aj, humasnya pembalap dah ada masing2 kayanya diatas…jajajajaja

  18. Poin masih rapet, diartikel sebelumnya disebut tito masih mungkin juara dunia
    Kalo emang fabio drop krn liat joan dibelakang,
    artinya fabio sombong krn gak anggap rider dr dovi hingga tito
    Kalo menurut ane emang motor yang dianggap ternyaman memang tidak nyaman saat wet race
    Krn problem grip yg berkurang

  19. rins itu anomaly.. selagi ban masih ngegrip gak ada kata buat dia utk main aman. push terus sampek limit, jadi inget balapan di mugello tahun kemaren. persis v4 didepan, i4 yg katanya ori entah dimana, cuma sijuki yg sering dibilang i4 kw lah, mesin angkot lah.. kok bisa ngobrak-abrik barisan depan ?

  20. Zarco emang terkesan telat panas akibat salah pilih kompon, inilah uniknya Michelin. Jaman Bridgestone dulu kompon ban rain cuma ada 1, jadi ‘adil’. Buat para bani andai yg berandai2 lapnya ditambah apalagi sampe nambah 4, gw kasih tau bukannya Zarco jadi menang tapi malah semua pembalap jadi ga ada yg finish karena keabisan bahan bakar.

      • Gw sih lebih suka berandai2, seandainya jadwal motogp ga dimajuin kayanya Zarco bakal ulangin performa Brno dia ato Oliveira menang lagi. Pace mereka berdua lumayan bagus pas trek mulai kering.

        • Pol ga disebut nih om ? ?
          Perasaan dari kemarin 2 org yg lu sebut dikepretin mulu sama doi, tapi tetep aja anggepan lu bagusan zarco.. heran diliat dari mananya yak

        • Pantesan kalo ga ada gw lu bingung mau komen apaan, orang kerjaan lu di kolom komentar cuma nyinyirin gw wkwkwk

  21. Pakta dari MukGil biasanya pakta subjektif berdasarkan suka ga suka sama pembalap/pabrikan, lebih bersifat ramalan tanpa dasar. Ntar kalo ramalannya salah langsung spam komen pura2 humoris padahal buat nutupin malu wkwkwk

  22. lebih malu lagi kalo panik dan tulang protol dua kali cuma gara gara pembalap bau kencur yang kebetulan lagi hoki tahun ini, iya gak om mukgil? ? pakta hidup, pak tahi dup

  23. Maverick zoonk lagi.
    FQ20 salah strategi, maklum nubie.
    V4 berjaya di hujan karena trek stop n go sama powernya yang jahanam. Jelas motor i4 kewalahan walau di trek yang punya tikungan aduhai buat mesin i4, karena ga bisa nikung lebih miring.

  24. Keputusan ducita buat riset pembalap bisa di bilang ga salah ya berarti, lepas dovi makanya berani. Toh di pake JZ05 tuh motor ngacir. Tgl support nya ajh. Ya tgl kita lihat nanti di pramac motor nya udh sama ama pabrikan plus support nya.

    • Klo lambat macem Fabio n Mir di wet race dibully maen aman. Klo ngotot lalu jatuh, dibully apa ya? Wkwkwk kasian amat ya pembalap. Para penonton jagonya cuma komen ini itu wkekek

  25. Intinya.
    Betapa Ducati sangat baik saat pengereman dan betapa Suzuki sangat mudah ditekuk (walaupun limit ban susah dikira-kira).
    Betapa Yamaha sangat membebani area depan geometri.
    Dan betapa setup power RCV Alex Marquez sangat jinak

Leave a Reply to Yamaha R6 Cancel reply

Please enter your comment!
Please enter your name here