TMCBLOG.com – Berita hadirnya MP1 sebagai entitas baru yang akan bergelut di ranah Event dan management motorsport di Indonesia buat saya Pribadi bagaikan secercah harapan di tengah kedahagaan Para Enthusiast Motorsport Indonesia akan upaya merealisasikan Mimpi kehadiran pembalap Indonesia yang bisa berbicara di balap Grand Prix atau tingkat Internasional lainnya. Yap Indonesia bisa jadi adalah salah satu fan base MotoGP terkuat, ter-hectic dan bahkan munkin juga termasuk yang paling militan soal balap sepeda motor Dari mulai MotoGP, sampai balap Nasional dan Bahkan di ajang balap daerah sekalipun.

Salah satu gambaran yang bisa saya share adalah silahkan lihat siapa Yang hadir setiap gelaran gelaran balap seperti CEV yang Live Di siarkan di Youtube. Dari kolom Komentar terlihat bahwa isinya Mayoritas Orang Indonesia. Silahkan dengar kiri kanan mu ketika berada di Grand Stand Sirkuit Sepang saat gelaran MotoGP . . Mungkin sobat sekalian akan bingung dan bisa bikin bertanya tanya . . ini di Indonesia atau di Malaysia ? Namun ironinya, Pembalap indonesia sendiri belum sampai ke Level yang cukup untuk bisa berbicara di Grand prix.

Namun itu Bukan Berarti Indonesia tanpa usaha. Minimal kita bisa lihat upaya dari stake Holder Otomotif nasional dalam hal ini pemegang Brand Sepeda motor memiliki jalur mereka sendiri sendiri dalam mengembangkan path pembalap yang semua bertujuan membuat bendera Merah putih berkibar di Podium Ajang gelaran Balap Dunia dan Bahkan kalau bisa lagu kebangsaaan Indonesia raya berkumandang. Dan menurut tmcblog hasil dan progressnya juga bukan sesuatu yang bisa dianggap remeh. Anda Bisa lihat Seperti apa Upaya dan sumber daya yang telah di gelontorkan Pabrikan selama mungkin satu dekade terakhir.

Lihat Lah juga, sudah ada Pembalap Indonesia yang membalap dan bisa podium bahkan juara di ATC, ADC, ARRC, WSSP300, CEV . . . Yap itulah Mungkin capaian maksimum yang bisa di kerjakan sampai saat ini. Apakah bisa meningkat lagi atau nggak? ada banyak sekali faktor dan variabel sebab akibatnya.

Namun salah satu yang menurut saya memiliki potensi ‘stuck’ adalah karena selama ini penjenjangan yang ada masih terdikotomisasi oleh Brand. Kasar kata, Saat ini akan sulit terbayang Andi Gilang bisa pakai Yamaha R6 atau Yamaha M1 dan sebaliknya Galang hendra akan Mustahil saat ini switch ke CBR600RR atau Mungkin CBR1000RR-RR SP Jika peluang itu tiba tiba hadir di hadapan mereka. Untuk sistem yang saat ini berjalan, Ini tidak mudah.

Thailand Mungkin masih sama dengan Indonesia, namun Malaysia dan tentunya Jepang sepertinya sudah tidak lagi terdapat dikotomisasi dalam Proses pengembangan kadet pembalap di usia belia mereka. Oleh karena itu jangan kaget jika sobat sekalian melihat duo Kaito Toba dan Ayumu Sasaki yang merupakan Juara Asia Talent Cup yang jelas jelas saat itu menggunakan Honda NSF250R dan di pakaian balap mereka tertera jelas Logo HRC, Namun saat ini mereka berdua masuk dalam jajaran team Factory Buat KTM . . Pindah Brand Buat mereka mungkin seperti membalikkan telapak tangan saja alias mudah.

Contoh Lain ? Bagaimana Bisa Itu Sepang Racing Team (SRT) membalap dengan HRC di moto3 namun di sisi lain membalap dengan YFR di MotoGP ? Yap opini saya adalah karena entitas mereka tidak lagi terdikotomisasi Oleh Brand dan bendera pabrikan. Mereka telah satu level di atas itu semua. Buat pembalapnya Tidak ada keterikatan yang begitu rekat dari Brand pabrikan ketika mereka Menjadi Kadet. Yang ada hanya hubungan Kontrak, thats it.

Dan ini lah yang saya harapkan dari MP1. Terlepas dari Kita harus juga tetap berterima kasih kepada apa yang telah dilakukan pabrikan Indonesia dalam upaya mengembangkan Pambalap pembalap muda tanah air, MP1 harus Menjadi salah satu atau bahkan mungkin Pioner dan role Model dalam Pengembangan Calon calon pembalap pembalap Indonesia masa depan yang lebih luas cangkupannya dari apa yang telah ada saat ini.

MP1 ini menurut tmcblog memang terlihat merupakan ‘ satu Paket ‘ dengan berita yang sempat kita dengar sepekan yang lalu mengenai ” Indonesia racing Team ” . . namun menurut apa yang bisa tmcblog gali, Project MP1 ini terlihat lebih bernuansa ‘Solusi masa depan dan jangka Panjang’ Buat Indonesia sementara ‘Indonesia Racing Team ‘ Lebih ke sebuah ‘Rapid Solution’  yang Inline dengan kehadiran Mandalika GP 2021 nanti.

Satu Lagi, ini jelas akan membuat Atmosfer persaingan dari entitas sistem penjenjangan pembalap Di Indonesia yang selama ini banyak berhubungan dan memiliki koneksi kuat dari Pabrikan akan semakin semarak dan semakin memiliki daya saing. Pembalap jelas akan memilih siapa yang paling punya potensi dan paling punya path jelas menuju mimpi mereka yakni tangga tertinggi Balapan Dunia. Dan yang pasti memang dengan kehadiran MP1 maka hadir satu lagi entitas penjenjangan pembalap ini namun dengan detail dan feel yang ‘berbeda’ dari yang  selama ini ada.

Dan buat fans Fans balap Indonesia janganlah kita men-switch pemikiran ke ‘Mode Instant’. Butuh Pemikiran yang berjalan dengan ‘Mode Progress’ dan tentunya Kesabaran mengenai Hal ini. Bukan Artinya Jika MP1 memulai kegiatan di 2021, maka diharapkan akhir 2021 sudah ada nama nama pembalap yang siap di-feed ke team di CEV, Moto3, WSSP300 dan lain lain dengan alasan MP1 kan sudah menjadi Partner team team grand Prix.

Saya perkirakan perjalanan ini masih akan berlangsung lama dan Mungkin saja pembalap MotoGP dari Indonesia nanti adalah pembalap yang saat ini masih berusia 6 sampai 10 tahun . . Jika ini untuk Indonesia, jelas sebuah proses yang harus kita dukung, kawal dan Nikmati perkembangannya seperti menikmati perkembangan anak sendiri dari kecil hingga besar, seperti mengamati pertumbuhan benih tumbuhan mulai dari biji yang berkecambah sampai ia bisa menjadi tumbuhan yang berhasil guna di kemudian hari. Sekali lagi mohon  . . Ini BUKAN hal instan dan mudah seperti mudahnya memasak Mie Instan ataupun menikmati sedapnya Kopi Sachet.

Taufik of BuitenZorg | @tmcblog

42 COMMENTS

  1. Memang butuh waktu dan kesabaran, mungkin vr46 akademi bisa buat acuan bagaimana proses & progres itu berjalan.

    Semoga saja mp1 jadi solusi untuk meleburkan “all brand” untuk pengembangan pembalap Indonesia.

    • Bagus banget kalo bisa meleburkan atas nama nasionalitas. namun kalaupun tidak bisa, ya harus dicoba jalan sendiri saja

      • Saya mah amin aja lah Bang Haji.
        tetapi melihat sepanjang sejarah Otomotif Indoensia, Pabrikan memang memiliki peran mayoritas dan dominan. Sebab mengandalkan negara ( maaf dalam hal ini pemerintah ) agak sulit, sebab tidak ada ( kalo pun ada ) programnya tidak berkesinambungan. IMI yg diharapakn sejak lahir akan menjadi wadah, sering berupaya tapi kurang signifikan, karena sama dengan pemerintah, yaitu tergantung siapa yg lagi mimpin.
        Kalo pun Pabrikan mengambil alih program itu, sudah sebuah berkah buat kita..
        Suzuki pernh melalui Hendriansyah, Yamaha dengan Doni Tata dan juga Ahmad JAydi, lalu Honda juga tak cukup banyak.
        Tapi ya itu lah, sebuah kewajaran jika pabrikan tidak mau kehilangan “ICON LOCAL” nya. Sebab memang mereka yg menanam bibitnya…
        semoga berkenan..

      • Kopi sachet? Jadi inget kata wak haji, kopi liong emang beda rasanya, saya yg jarang ngopi aja ngebandingin kopi cap k*pal air sama kopi liong malah lebih mantep kopi liong, waktu saya maen ke rumah temen daerah ciaruteun bogor ?

    • dan anehnya, katanya mie goreng, tapi harus direbus dulu ?

      hoax di negeri ini sudah terlalu parah, lebih parah lagi kalau pemerintah bilang hoax, ya hoax, gak bisa ditawar ???

  2. Semoga saja tidak mandeg ditengah jalan

    Menangani roadrace doang apa offroad juga?,soalnya antusias buat balap garuk tanah kan mulai naik juga

    • tapi hasilnya juara ngga? wc ngga? bikin rekor ngga?
      kalau dilihat yang alien. adakah dari awal bebek?
      set goal ya top lah.
      masa set goal cuma asal ikut motogp. itu mah ga perlu punya skill ente dan ane aja bisa balap di motogp asal sultan dan bayar. hasil nya cuma menuhin grid doang

      yang wak aji bilang bener. ga akan instant. jelas ga akan instant tapi kalo dari awal uda balap bebek, itu badan, mindset akan tertanam oh cara belok begini, cara ngerem begini, cara slipstream begini, cara setting begini.

      jago bebek >< jago motorsport
      ingat ga waktu masi ada kelas bebek di level Asia? pebalap Indonesia ga ada lawan. tapi begitu naik ke 250cc dimana pebalap Indonesia?

      • Yg dibahas xonglie itu negara tetangga sebelah yg sebenernya gak beda jauh sama kita. Jangan bicara jurdun dulu, bicara juara race dulu deh. Syahrin di cev moto2 bisa juara seri, pahwi bahkan juara seri moto3 wc. Mereka berdua contoh pembalap bebek yg bisa juara diajang dunia, yah walaupun gak jurdun. Cuma maksudnya untuk jangka pendek juara seri aja sudah sangat luar biasa.

        Heyy boss sesultan apapun anda kalo anda gak punya skill, yakin bisa jadi pembalap motogp hanya modal duit setruk ?
        Yg anda maksud sultan kaya rabat atau abraham mereka itu punya skill loh, jangan cuma mereka kaya raya terus dianggap sultan modal duit doang.
        Saya yakin anda balap motor bebek aja belum tentu bisa.

      • mas @wawanabdul, saya coba luruskan sedikit, meskipun anda bisa bayar untuk ikut balap motogp, tapi ada syarat laptime minimum yang harus dicapai, kalau terlalu lambat anda gak boleh ikut ?

      • @wawanabdul
        Lan kan ane bilang gak usah pake bebek dari dini, Syahrin sama Pawi itu pengecualian, gak usah diikutin.
        Lagian juga sekedar kaya gak bakalan bikin ente jago. “Money can’t buy skill”.
        Rabat sama Abraham emang sultan, tapi mereka pernah menang balapan loh, apalagi Rabat yang juara dunia Moto2.

      • Sultan juga butuh skill, di balap sebelah Sultan negara kita udah gonta-ganti tim tapi prestasinya gitu-gitu aja padahal teammatenya jago-jago. Yang anehnya fans selalu nyalahin mobilnya ?

      • semua setuju kan berarti jangan mbebek2an mulu.

        ok di motogp ga bole tanpa skill karena lambat ga akan bisa masuk yang artinya asal bisa masuk batas bawah dan bisa beli motor terbaik artinya bisa kan masuk. rame2in grid doang

        jelas lah money cant buy skill dimana coba ane bilang banyak duit = skill.

        yang masalah pembibitan itu jangan dari mbebek.
        ya mereka berangkat dari bebek tapi ketaker kan. balap tetangga itu uda lebih advance dibanding kita.

        tentu set goal dari
        1. finish
        2. top 30 kalo pebalap lebih dari 30
        3. top 20
        4. top 15 (dapat poin)
        5. top 10
        sampai WC
        tapi pencapaian harus
        1. sudah top 20 padahal goal cuma asal finish.
        2. sudah top 15 padahal goal top 30.

        masa bikin tim target nya menuh-menuhin roster doang.

        semua tim/ sportsman target akhir nya juara.
        dimana ya yang buat visi = realita? semua visi = awang2
        mau jadi bangsa hebat, mau jadi olahragawan no 1
        yang ada ekspektasi = realita, lihat apa skill kita dari realita jadi jangan ekspek banyak2

        ya kalo dana ga ada ya udah begitu aja terus. tapi dana ga mungkin ga ada tapi karena penjualan terbaik ada disini.

        balap bebek memang saya ga bisa. ga suka juga naik bebek mau ngapain. harus ya sebagai komentator harus punya skill engineer, mekanik, peneliti, pebalap?

  3. Kalo yg megang orang parpol akan sulit berkembang karena akan banyak kepentingan dibelakangnya.yg megang harus bener2 orang profesional yg ngerti balap.contoh kasus di sepak bola.di junior lumayan berprestasi tapi di level senior memble.
    Yang paling deket bisa kita lihat proges mario SA.semoga tahun depan bisa ikut moto 3 world chmpion.walaupun pakai bendera AHRT tapi tetep kita harus suport.

  4. Kejuaraan nasional juga harus lebih ditingkatkan, naik motor itu udah budaya bgt buat orang Indonesia semoga project ini sesuai harapan masyarakat Indonesia dan penggemar balap tanah air pada khususnya

  5. Ya wak semoga ini menjadi penambah secercah harapan bagi dunia balap serta pecinta balap motor Indonesia.

    Ngomong2 wak haji mantau kolom komentar di youtube cev juga wkwkw. kadang rusuh ya wak.

  6. “Ini BUKAN hal INSTAN dan mudah seperti mudahnya memasak Mie Instan ataupun menikmati sedapnya Kopi Sachet.”

    Berharap demikian Wak, takutnya nanti tau2 Instan jg buat tampil di Mandalika trus setelahnya alakadarnya, soalnya grafik investasi di Indonesia ni Lg di menurun , entah apa masalahnya?! Karena semua RnD pembalap butuh dana besar dan waktu minimal 5th buat masuk dan bisa bersaing di world grandprix!
    Ga usah liat Marquez, sekelas pembalap muda yg ada di grid MotoGP saat ini, sebelum mereka masuk Moto3, mereka ngapain aja?!
    Setuju mungkin pembalap GP kita saat ini masih usia 5-10th Wak..hehe

  7. Semoga dimulai dengan pembuatan sirkuit permanen level roadrace ditiap propinsi. Itu klo maw maju dunia balap.

  8. Semoga mp1 sabar dan kuat dlm men-edukasi publik otomotif yg sdh kadung fanatik. Apalagi independen lbh berat lg. Jd inget story minuman isotonik dan minuman probiotik yg sabar dan ttep konsisten meng-edukasi akhirnya sekarang menuai hasil.

  9. Saya kurang paham, apakah peran federasi di per motoran indonesia se ‘Sakti’ dan se ‘sentral’ federasi sepakbola indonesia. Jangan sampe kejadian di sepakbola terulang di per motoran, dimana kita tau disana semua hal harus dibawah “kekuasaan” federasi. Bukan cuma “izin”.

      • Oh iya IMI, mudah mudahan bersinergi dan saling support jika ada pihak diluar federasi yang ingin ‘mengembangkan’ potensi anak anak bangsa. Tidak seperti federasi lain yang saya contohkan diatas. Gitu pak Taufik.

  10. Seandainya kalo perusahaan tembakau lokal boleh ikut andil mungkin akan lebih mempercepat proses,kan biasanya gelontoran dananya lebih wahh entah itu buat bikin pertandingan atau fasilitas

    Tapi Djarum fondation di badminton aja sekarang udah di-stop

  11. semoga fans balap di indonesia paham yg namanya proses,dan menikmatinya tentu saja,dan semoga proyek ini ga mandek di tengah jalan macam kalo di bola pas timnas di latih luis milla,udah keliatan potensinya eh di pecat

  12. mungkin lebih disebut faktor balas budi ke brand yg udah ngembangin dari awal karir ridernya yg bikin susah pindah pabrikan.

    faktor politik yang kental juga.

    semoga sirkuit diperbanyak, yaa minimal kayak di inggris kayak brands hatch, oulton park, cadwell park. minimal tracknya layak buat kelas supersports ke atas, ga usah muluk sekelas standar motogp. jd belajarnya jangan motor bebek terus.

  13. Kalo case mario s.a gimana wakaji/om nug … Di satu sisi dia terikat kontrak dengan astra honda … Tp di sisi lain astra honda merestui mereka turun di redbull rookies yg notabene pake KTM

    • secara umum yang menarik dari case tersebut adalah masuknya Mario ke RBRC adalah rencana astra honda, Bukan dari Mario
      silahkan lihat, Astra Honda sama sekali tidak pernah share info publik Mario Soal RBRC tho ?

      • Mungkin kalo dari segi publikasi ,team astra honda tunduk dan menghormati para sponsor ,tp melepas/merestui mario s.a menggunakan motor lain,sponsor lain di kejuaraan lain pada saat masih dalam program binaan team astra honda itu yg patut di apresiasi wakaji …

  14. Sentul diaspal ulang, Mandalika jadi tahun depan, sarana buat latihan sudah memadai, tinggal pembinaan fisik dan mental pembalapnya, dan motornya, apapun merknya please jangan pake underbone

    • Yap, mindset yg tertanam dari bibit harus dibiasakan dengan motor full fairing tangki depan, di kelas pembibitan mungkin masih bisa pake minimal motor 250cc massprod kalaupun gak bisa klo pake gp mono atau nsf250, karena semua pabrikan punya kecuali suzi dan karena motor massprod 250cc masih termasuk kategori motor learner bike di luaran sana

Leave a Reply to wawanabdul Cancel reply

Please enter your comment!
Please enter your name here