TMCBLOG.com – Dalam berbagai tanggapan yang diberikan untuk berbagai jenis dan sudut pandang pertanyaan mengenai alasan bad mood di MotoGP Assen kemarin, Maverick Vinales selalu mengalamatkan kepada kurang berkembangnya potensi diri Top Gun di Yamaha selama 4,5 tahun terakhir. Sebuah pernyataan yang tentunya seakan mengarah ke sinyalemen ‘blaming’ satu arah ke support dari pabrikan kepada dirinya, tanpa satu kali pun misalnya Vinales mengungkapkan rasa intropeksi diri bahwa mungkin ada sesuatu yang salah dari dirinya sehingga boleh dibilang dengan segala talenta diri dan support level factory yang diberikan oleh Yamaha selama 4,5 tahun ini hasilnya kuantitatif yang diraihnya hanyalah 8 kali juara seri.

Dengan segala support selama 4,5 tahun atau 54 bulan, Maverick hanya membalas dengan 8 trofi juara seri. Gilanya adalah angka ini hampir diraih oleh seorang pemuda Prancis yang sebenarnya secara pencarian talenta tidak sengaja ditemukan oleh Yamaha – yakni Fabio Quartararo dengan koleksi 7 trofi juara seri dalam kurun waktu hanya 11 bulan saja. Tentu jika tidak ada insiden arm pump ataupun insiden ritseleting melorot angka 7 trofi ini bisa saja berkembang menjadi 9 trofi. Yang tentu akan lebih bikin statistik Maverick lebih tertekan.

Padahal bicara gaji, diperkirakan apa yang diterima oleh Maverick Vinales (rumornya 13 juta Euro untuk 2 musim saat perpanjangan kontrak di awal 2021) saat ini disinyalir lebih tinggi dari apa yang diterima oleh Quartararo. Semenjak berkarir di Moto3, Maverick kerap dikenal sebagai pembalap yang exceptional, namun itu hanya bisa diperoleh jika semesta berjalan paralel dengannya. Dalam semua setup dan ekosistem yang ada di sekitar harus berjalan sesuai dengan idealisme Maverick jika ingin balapannya berjalan sempurna.

Namun dia juga dikenal tidak handal menghadapi dan mengelola situasi, cenderung labil serta sering mengalami kemunduran yang tidak terduga. No wonder banyak pengamat menyatakan bahwa Mack bukanlah sosok pembalap yang bisa melakoni diri sebagai leader tim, tidak konsisten, bukan tipe pembalap pemecah masalah, bukan pembalap pengembang, dia selalu mencari cari letak kesalahan di alasan lain, tanpa mau menunjuk ke dalam atau intropeksi diri.

Opsi ke depan Maverick disinyalir kuat adalah Aprilia, jurnalis Simon Patterson sempat mengutarakan bahwa deal Maverick Vinales dengan Aprilia sudah dicapai. Ini lah sepertinya yang sempat membuat kami curiga melihat betapa percaya dirinya sosok Aprilia Racing CEO, Massimo Rivola menyatakan kepada track presenter Simon Craffar di depan corong mikrofon kamera MotoGP TV bahwa line-up dua pembalap Aprilia Racing Team MotoGP 2022 akan tercapai di bulan Juli 2021 dengan atau tanpa Andrea Dovizioso. Padahal jelas banget dengan kalimat tersebut bisa menimbulkan potensi hati Dovi tercederai, bad mood, males dan nggak jadi bersama mereka (Aprilia). Hmmm bisa jadi memang Rivola sudah pegang deal ini, cuma rasanya memang tidak etis jika Rivola mendahului berita Yamaha. Mau ditaruh di mana muka Iwata kalau Rivola menyatakan terang-terangan kala itu yes?

Yang akan jadi pertanyaan lanjutan adalah akankah Vinales merupakan pilihan yang ‘benar’ untuk mendampingi Aleix Espargaro? Aleix Espargaro sendiri pasca finish di belakang Marc Marquez pada GP Assen yang lalu menyatakan “Saya tidak akan mengatakan apa-apa tentang Vinales, (namun) Saya berharap rekan setim saya akan menjadi pembalap yang sangat kuat di Aprilia tahun depan. Kami benar-benar layak mendapatkannya.”

Namun begitu, sebelum bertanya apakah Vinales akan klop dengan Aleix Espargaro secara intra-personal, pertanyaan terpenting pertama adalah apakah Maverick Vinales akan survive di Aprilia yang notabenenya pabrikan yang ‘baru lahir’. Tak terbantahkan, di dua tahun pertama debut MotoGP-nya, Maverick adalah pembalap yang memiliki pengalaman berada pada situasi dimana ia menjadi pembalap di sebuah tim yang ‘masih bayi’. Yes Suzuki.

Tidaklah bisa dibantah bahwa Ia pasti sudah tahu perbedaan level support teknis dan pengetahuan dari sebuah team baru bila dibandingkan tim tim mapan yang memiliki pengalaman Grand Prix lebih lama seperti Yamaha Factory Racing, ia akan maklum. Namun jangan karena pengalaman mengenai ‘tim bayi’ ini, membuat tantangan Maverick di Aprilia nanti akan mudah.

Perbedaan platform mesin V4 90 derajat Aprilia RS-GP disinyalir akan menjadi tantangan terbesar kedua Maverick saat pertama kali nanti merasakan motor ini. Seperti yang kita sudah bahas berkali-kali, di luar kelebihan mesin V4 soal performa top-end power, perlakuan mesin V4 akan sangat berbeda terutama perlakuan saat memasuki tikungan, jenis menikung yang V-Shape (Inline 4 lebih ke U-Shape) dan tentunya respon handling motor saat bertemu dengan long corner.

Sebelum Maverick memperlihatkan respon pertama kalinya terhadap mesin V4 tentunya kita belum akan tahu apakah ia akan adaptif dengan motor tipe ini. Mungkin saja benar, karakter riding Maverick malah mirip Marc Marquez yang agresif dan nggak klop dengan motor berkarakter lembut seperti M1. Namun yang pasti untuk saat ini ia minim sekali pengalaman motor prototipe V4. Dan ini yang mungkin akan berbeda jika Aprilia memilih Dovizioso.

Taufik of BuitenZorg | @tmcblog

69 COMMENTS

    • Ahh aneh, dari gesture sama pernyataan resmi yang tersirat, Dovi belom ada interest buat jadi pembalap resmi aprilia koq. Dia masih galau karena dia udah ngerasain itu motor kalo tu motor belum masuk kriteria CHAMPION.

      Jadi bukannya Aprilia bebas milih Dovi atau Mack. Dovinya yg kaga mau status lebih selain test rider.

  1. Dua2nya bukan pembalap yg cocok sih menurut sya untuk mempercepat pengembangan aprilia menuju podium/juara seri. Keduany bukan rider developer yg bagus dan keduany tidak mau menyalahkan diriny/intropeksi dan keduany tipe pmblap yg mauny motor siap pakai

  2. FQ memang fenomenal, di kelas bawah namanya gak gitu terkenal, begitu naek motogp jadi bintang, MV jelas ada rasa cemburunya, tapi rasa cemburu itu gak jadi pemacu semangat bertarung, malah mutung tengah dalan, semoga tandem FQ tahun depan rider yang kuat secara pertarungan di sirkuit dan mental

  3. Fabio bisa menang lebih banyak karena lebih ‘beruntung’ disaat tidak ada MM di lintasan.

    Sementara Vinales membalap disaat MM dan Dovi sedang on fire….

    Memang kurang beruntung nih doi…, lebih bagus doi pensiun saja mengikuti jejak JL

    • bandinginnya saat ada Fabio dan Maverick aja, gak perlu bawa MM. Kalau Vinales lebih baik dari Fabio tentu juara di tahun ini lebih banyak kan? tentu belum tau hasil akhir 2021 gimana, masih banyak serinya.

      • Tergantung siapa yg jadi ace rider sih (kecuali jaman rosi-loren di periode emas).. klo emang mau diadu ma sekalian aja tuh morbideli yg udh terbukti runner up, beda paket mesin lagi

    • Sependapat.. apalagi jorge sempet nimbrung di masa bareng ducati, dan jangan lupakan dani ?
      Emang beda zaman sih..
      Btw resleting mlorot itu trjadi pas udh dilewatin oliv kan ya

    • kalo begitu kmn dia waktu 2020 kemaren ? kalo emg “penghalang” dia selama ini Marc Marquez dan Dovi yg angin2an, JL yg pensiun, atau nggak gak usah 2020 deh, kita ganti pertanyaan nya,
      kmn dia separuh musim 2021 ini ?

    • 2 rider yg lu sebutin ini mah udah membalap ketika mm lagi ngk berkutik,dan mereka dengan cerobohnya ngk memanfaatkan situasi.. it’s oke lah fabio sering ndlosor penghujung musim kemaren karena masih muda kali ya cmiiw,dan ya you knowlah kalau anak muda itu mentalnya belom kekontrol dengan baik,ya alias gampang meledak².. vinales?? Dominasinya setengah musim 2017,tahun berikutnya sampai sekarang cuma jadi keset fq20…

    • bukannya tidak menghargai penulis bro, namanya juga diskusi..
      yg dimaksud di atas itu ada disaat momen on fire nya sndiri, ya pasti beda lah orang waktu dan keadaan mereka berdua aja beda.. kalau mau di adu di tahun ini, ya gimana ya namanya juga tahun terakhir
      coba dh inget dulu waktu rossi cabut ke ducati, emang loren jauh lebih baik dari doi ?
      atau pas giliran loren yg cabut ke ducati, dg pertanyaan yg sama ? toh mereka berdua sama-sama bisa buktiin di tahun setelahnya (walaupun loren ga bisa jurdun lagi)
      ataukah dovi lebih baik dari loren ? kan doi lebih banyak menang waktu di tim yang sama ? 😀
      tapi kok tetep aja banyak yg ngeraguin dovi, padahal jelas-jelas dia runner up di beberapa th terakhir (kecuali kemarin)

      ini pemikiran terbuka ya, sambil nyeduh kopi aja biar santuy hehe

  4. ada analisa om pernat, dan kemungkinan ada benarnya

    Dovi sengaja menunda kesepakatan dengan Aprilia, karena dari dulu semenjak di Yamaha Tech 3 incer factory seat Yamaha…

    Maybe pintunya terbuka sekarang, walaupun kecil kemungkinan, tapi bisa jadikan ya Lin mempertimbangkan Dovi

  5. selama di mesin i4 mack seperti biasa2 aja, siapa tau di mesin V4 malah nemu potensi dirinya, yg kurang emg emosi yg labil, mack selama ini apakah punya psikiater pribadi utk konsultasi mengelola emosi

  6. Ya sudah, merapat aja ke Aprilia, kalau dilihat developmentnya maju koq, bisa kompetitif lah, apalagi ditangan #12 yang cepat ini.
    Dovi??gagal maning…

  7. Vina baru juga mau menguasai kasur paska mbah kakung pergi, eehh malah kedatangan bocil pecicilan taro yang terbukti lebih moncer. Kzl bener pastinya heheheh

  8. Dovi pake acara kemaki plus kelamaan jual mahal sih. Padahal usia udah masuk itungan tuwir. Ujung2nya (kemungkinan) jadi pengangguran lagi khaann?

  9. malah penasaran sama Dovi, kalo beneran Vinales ke Aprilia trus Dovi incar seat factory Yams? sepertinya Yams akan lebih milih Morbidelli.. sayang bgt udah berapa kali tes eh gagal maning gabung..

  10. Lebih setuju Franco ke factory Yamaha bareng Fabio lalu Dovi ke Petronas yamaha kasih lah spek pabrikan biar sumringah dia ?

    • secara konsep tim petronas gk masuk krn lebih mengutamakan pembalap muda, sdgkan utk mbah oci sprtinya ada pengaruh yahama agar petronas mau nerima. nah dovi siapa gk ada pengaruh apa2 di yahama. opini pribadi sih ideal nya mgkn morbi ke factory n petronas bisa cari 2 bibit baru utk naik ke kelas motojipi

      • Mending frankie ke factory,, srt ambil bibit baru.. ga usah peduliin dovi. Dah tuwir..
        Toh di yamaha dah ada leader di diri fq20. Mending nyari bibit

  11. jadi apakah bisa dibilang kalo Yamaha selama ini salah pilih rider dan buang2 waktu, resource yg ga sedikit dan hanya dibalas dgn 8 trofi juara seri doank ?? pantesan Yamaha habis kesabaran, mana sifat doi sering menyalahkan teknis tanpa pernah introspeksi diri, selalu mengoceh “my full potential, bla bla bla” “ga merasa dihargai, bla bla bla” seolah-olah selama di Yamaha, potensinya tertahan dan gak pernah keluar, ga pernah disupport penuh, bull$hit sih menurut gw, cuman bisa ngasi trofi 8 juara seri aja kata2nya terdengar angkuh dan gak mau seperti disalahkan,, kyk gitu kok dulu digadang-gadang sebagai penantang Marc, langit dan bumi kalo dibandingin Marc, baik sifat dan skill,

  12. Ibarat karyawan sudah diberi kesempatan jd direktur,tapi target perusahaan selama 4 tahun tidak tercapai sama skali,ya otomatis harus resign,kejam y? Y iyalah 4 tahun lebih gak ada hasil ???

  13. Skill balap Maverick menurut ayahnya Mirip Marc Marquez, Di mana menurutnya Nggak pas sama M1 yang lembut seperti Butter

  14. Tapi lihat gp assen kemarin Aleix bawa RSGP nya sangat enak bahkan kayaknya lebih smooth buat nikung dibanding desmo gp21 dan rc213v sampai Marquez beberapa kali kena counter dan kesusahan nyalip,cuman akselarasi dan top speednya emang masih kalah

  15. Saya tebak mav tak bisa menahan mental,saat orang baru hadir namun melampaui prestasinya diteam yaitu fabio. Yamaha kontrak mav lebih kepada goodlooking dan berharap mav bisa meningkatkan level mental juaranya. Namun mav ternyata masih labil.

  16. Semua pembalap yg ada di motogp adalah pembalap bertalenta josss tp yang membedakan adalah mentalitas saat diberikan target menjadi numero uno oleh teamnya

  17. Dovi sih sok jual mahal, padahal di Ducati aja kebuang, di KTM malah ditolak dan di suruh main motocross aja, masih berharap ada tim pabrikan papan atas rekrut modal keberuntungan kaya Jorge Lorenzo, Alex Marquez ato Pol Espargaro? Ngimpi itu sih, Lorenzo jelas namanya udah ketulis di menara tropi motogp, Alex dan Pol KTP Spanyol, lah dia nilai jualnya apa? Skrg di Aprilia pun kalo mereka jadi kontrak Vinales dan ga putus kontrak Espargaro, Dovi udah fix pensiun dari motogp, ga ada istilah cuti setaun. Kadang lucu dan aneh kalo coba memahami pola pikir Dovi, seorang Lorenzo yg jelas2 curi2 pandang ke Pramac aja gagal dan bikin dia ga diperpanjang kontrak test Yamaha, dan sulit buat balik ke motogp setelah off, nah dia lebih tua dari Lorenzo dgn skill alakadarnya, apa masuk akal bisa kembali ke motogp di pabrikan papan atas? Bagus menurut gw kalo Aprilia deal dgn Vinales. Sejarah udah mencatat cuma Vinales seorang yg berhasil bawa GSX-RR ke podium bahkan juara seri di awal2 Suzuki comeback disaat teammatenya ga pernah sekalipun naik podium. Bolehlah dia gagal di Yamaha, tapi minimal dia bisa bawa motor buat juara seri minimal sekali.

  18. menggunakan data achievement 4,5 tahun MV di compare dengan 11 bulan FQ, rasanya tidak linear..
    Jikapun FQ join 2017 juga gak bakal jauh beda dengan MV, eksternal faktor dominan.

    yg jelas, MV dan FQ sama² tidak merespon 2020, dalam hal ini Mir lebih ok

    • Nah ini sepemikiran sih.. kecuali kalau join ditim yg sama + di musim yg sama, baru dh keliatan siapa yg lebih baik diantara mereka

  19. Skrg Rivola pny bargaining power dlm nego, baik thd jual mahalnya Dovi atau Maverick. Atau barangkali sdh ketambahan Petrucci?

  20. sblum race assen, pihak vinales dan pihak factory yamaha, mngadakan rapat mendadak, selesai rapat, pihak factory jga mngadakan rapat dngan tuan razali, dengr2 franky akan merapat ke factory yamaha, katanya kesepakatan sdah deal kedua belah pihak, tpi keputusan yg sbnrnya kita jga gk tau.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here