Thursday, 21 November 2024

Stealing Speed : Skandal Pembajakan Teknologi Jerman Oleh Suzuki

TMCBLOG.com – Kisah spionase banyak kita temukan dalam matra sosial dan politik, namun terbayang kita sebuah skandal spionase terjadi di dunia otomotif? Kisah spionase, bajak membajak saat ini banyak bisa kita saksikan di dunia balap, salah satu yang cukup menarik adalah sebuah kisah ‘Fake Fired’ Ducati yang pernah TMCBlog kisahkan beberapa tahun yang lalu. Namun bagaimana modelnya jika skandal spionase terjadi pada tahun 60-an? Kisah tersebut diceritakan secara epik oleh Mat Oxley dalam Stealing Speed.

Stealing Speed: The Biggest Spy Scandal in Motorsport History adalah buku yang disusun berdasarkan hasil dari penelitian dan wawancara selama berjam-jam oleh Oxley, seorang pembalap sepeda motor, komentator, dan penulis, dan di dalam halamannya terdapat kisah yang hampir fantastis tentang bagaimana sebuah perusahaan sepeda motor muda Jepang kala itu – Suzuki, mampu mencuri rahasia mesin mantan ilmuwan roket Nazi Jerman Timur dan menggunakannya untuk mendominasi balap motor sport.

from : stealing Speed

Buku setebal 224 halaman tersebut mengandung cerita yang dimulai kira-kira seperti ini. Saat itu ada seseorang bernama Walter Kaaden. Ia berusia 21 tahun pada tahun 1940 ketika dia lulus dari sekolah teknik. Segera setelah itu, insinyur muda itu akan bekerja di bidang pengembangan rudal untuk membantu upaya perang Jerman. Singkat kata, Kaaden dipulangkan ke Jerman Timur setelah perang dimana ia akan memulai bisnis kayu, tetapi ketertarikan masa kecilnya dengan balap serta didorong oleh perjalanan masa kecil ke pembukaan Nürburgring tidak pernah hilang.

Dia akhirnya membangun sepeda motornya sendiri, dan membawa motor ini balapan dimana keberhasilannya mendorong Kaaden ke karir ketiga di balap motor. Kaaden membuat terobosan dalam desain mesin dengan mengembangkan ruang ekspansi di knalpot mesin dan memanfaatkan resonansi di knalpot dengan lebih baik—teori yang dipelajari dalam karir pertamanya dalam pengembangan rudal!

Yes bagian yang disebut ‘Pulse Duct Engine’ dari Roket V1 Jerman adalah referensi desain resonansi yang dipakai oleh Kaaden untuk mendesain ruang ekspansi pada knalpot mesin dari motor 125 cc dua tak MZ Motorrad. MZ sendiri adalah singkatan dari Motorradwerk Zschopau.

Hasilnya? MZ Motorrad berhasi menghadirkan sebuah mesin balap menakutkan kala itu dimana mesin motor ini menjadi yang pertama mencapai 200 hp per liter (artinya mesin 125 cc MZ berhasil mencapai 25 hp) tanpa supercharge . Perusahaan Jerman Timur ini sukses besar berkat teknik yang dibawa Kaaden dan juga berkat pebalap muda bernama Ernst Degner. Degner, yang memiliki latar belakang teknik cukup sukses mengendarai MZ. Namun . . .

Degner tidak suka tinggal di Jerman Timur dimana ia dan keluarga hidup di bawah pengawasan polisi rahasia Stasi yang memiliki propaganda bahwa mereka hanya berusaha menyelamatkan rakyat mereka dari kejahatan imperialisme Barat. Yang diinginkan Degner: pakaian pintar, mobil mewah, rumah yang bagus, nongkrong di klub jazz, dan berdansa semalaman.

Jadi hanya ada satu hal untuk itu. Degner harus mempertaruhkan nyawanya dengan membelot. Selama musim panas ’61 Degner menyelinap pergi dari pengawal Stasi-nya untuk mengadakan pertemuan rahasia dengan personel Suzuki.

Suzuki telah memasuki GP pertama mereka tahun sebelumnya dengan 125s yang sangat lemot. Sebagai bayangan, tahun 1960 125 TT dimenangkan oleh Carlo Ubbiali dengan MV empat tak berkecepatan rata-rata 85mph. Sementara finisher terbaik Suzuki melewati garis 15 menit kemudian, dengan kecepatan rata-rata hanya 70mph.

Suzuki bekerja keras, lalu kembali ke Isle of Man setahun kemudian dan tampil lebih buruk! Presiden perusahaan Shunzo Suzuki menyadari satu-satunya cara dia akan mencegah perusahaannya menjadi lelucon paddock adalah dengan mendapatkan formula rahasia Kaaden. Degner adalah orang mereka; dia ingin keluar dari Jerman Timur dan dia mendapatkan apa yang diinginkan Suzuki.

Kesepakatan tercapai – Degner akan membantu Suzuki membangun dua motor balap yang kompetitif dan kemudian dia akan mengendarainya.

Berikutnya datang bagian yang sulit. Degner harus melarikan beberapa teknologi Kaaden keluar dari Workshop MZ, lalu tentu melarikan dirinya dan keluarganya ke barat. Keberadaan Stasi membuat semua sangat rumit. Setiap kali Degner balapan di luar negeri, keluarganya harus tinggal di Jerman Timur, untuk memastikan dia selalu pulang.

Jadi Degner menyusun rencana. Dengan sedikit keberuntungan, istri dan dua putranya yang masih kecil dapat melakukan perjalanan dari Berlin Timur ke Berlin Barat menggunakan satu-satunya celah yang masih ada: jalur kereta api yang sibuk antara sektor Soviet dan Inggris.

Pelarian mereka direncanakan pada pagi tanggal 13 Agustus, sehari setelah Degner membalap di GP Ulster di Dundrod. Namun rencana tinggal rencana. Perang Dingin mencapai puncaknya pada tahun 1961, dengan pasukan AS dan Rusia berkumpul di perbatasan sementara presiden Nikolai Khrushchev mengancam John F Kennedy dengan penghancuran selusin bom hidrogen.

Ketika keluarga Degner terbangun pada pagi hari tanggal 13 Agustus, mereka terkejut mengetahui bahwa perbatasan itu tidak dapat dilewati karena sedang dibangun tembok yang kita kenal sampai sekarang sebagai tembok Berlin.

Pada tengah malam pasukan komunis telah memulai pembangunan tembok Berlin yang terkenal kejam. Pemimpin Jerman Timur Erich Honecker menyebutnya, “penghalang perlindungan anti-Fasis”. So tidak ada jalan keluar, semua tertutup!

.

Pelarian itu tertunda sementara Degner menyusun rencana baru dengan sahabat karibnya dari Jerman Barat -Paul Petry-, yang membeli Lincoln Mercury, sebuah mobil besar Amerika dimana ia sering melakukan perjalanan melintasi perbatasan Jerman Barat/Timur mengunakannya dan menyamar sebagai seorang pengusaha yang tertarik pada produk Jerman Timur. Selanjutnya, Petry membangun kompartemen rahasia di dalam mobil Lincoln Mercury.

Selama akhir pekan GP Swedia, Petry ‘membius’ anak-anak Degner, menempatkan mereka di Bagasi Lincoln, lalu membius Gerda Degner yang naik bersama mereka. Petry mengemudikan mobil melewati perbatasan dengan kesadaran penuh bahwa itu akan menjadi akhir baginya dan keluarga Degner jika mereka tertangkap.

Saat itu, Degner bersama Kaaden berada di sirkuit Kristianstad di Swedia, dimana mereka berada di ambang memenangkan kejuaraan dunia. Bahkan sebelum perlombaan dimulai, surat kabar negara Jerman Timur telah menyelesaikan halaman depannya, menyatakan kemenangan MZ atas para kapitalis.

Jika semuanya berjalan lancar di Kristianstad, Degner akan meninggalkan Swedia sebagai juara dunia, lalu melepaskan diri dari rekan-rekan MZ-nya selama perjalanan panjang pulang ke Zschopau. Namun rencana itu tak berjalan lancar, MZ yang dipakai crash.

Malam itu, saat tim MZ tenggelam dalam kesedihan mereka, Degner melarikan diri ke Denmark. Seorang staf Suzuki mengantarnya sambil melarikan juga satu koper yang penuh dengan bagian-bagian penting mesin MZ dan gambar-gambar.

Degner melakukan perjalanan ke Jepang di mana selanjutnya ia menghabiskan enam bulan bekerja keras di departemen balap Suzuki dengan tugas utama untuk membantu menciptakan mesin motor balap 125 cc baru yang harus menghasilkan setidaknya 22 hp jika dia ingin menerima imbalan yang senilai £200.000 dalam nilai uang hari ini.

Menggunakan apa yang dia pelajari karena latar belakang tekniknya—dan pelajaran dari Kaaden—Degner berhasil merancang motor baru Suzuki. Suzuki Kaaden rip-off RT125 adalah sebuah karya copy-paste dari mesin balap MZ 125 dan menghasilkan 24 tenaga kuda. Pada saat yang sama Suzuki menerapkan kejeniusan kaaden pada single baru RM 50 dan twin RV62 250.

Tahun berikutnya, Degner memenangkan kejuaraan dunia pertama Suzuki di kelas 50 cc, sebuah acara yang membuka jalan bagi dominasi Jepang di segmen motor sport. Suzuki 50cc mencetak poin kejuaraan dunia pertama Suzuki di Barcelona pada Mei 1962, kemudian memenangkan perlombaan kejuaraan dunia pertama Suzuki di Isle of Man, di mana kecepatan rata-rata Degner mencapai 71mph.

Empat bulan kemudian Degner mengamankan gelar juara dunia ke-50 di Argentina, di mana rekan setimnya Hugh Anderson memenangkan GP 125 pertama yang membuat Suzuki bukan lagi bahan lelucon di paddock Grand Prix.

Dan bagaimana dengan Kaaden? Hidupnya menjadi jauh lebih buruk setelah pembelotan Degner. Dia dibawa ke Berlin dan diinterogasi oleh Stasi yang menduga dia terlibat dalam pembelotan Degner.

Paragraf-paragraf di atas mungkin terbaca sangat menarik, namun akan lebih menarik lagi jika membaca langsung dari bukunya dan melihat hasil penelusuran jurnalistik yang dilakukan Oxley di buku yang cukup fenomenal ini. TMCBlog bocorin dikit, seperti juga Kato -namun dengan berbeda cerita- sirkuit Suzuka dipilih sang penguasa nasib untuk menjadi titik balik dari Karir Degner, namun begitu ia selalu diingat oleh Suzuki. Terbukti saat Joan Mir juara dunia di 2020 kemarin, nama Degner tetap disebut.

Taufik of BuitenZorg | @tmcblog

69 COMMENTS

  1. Saya sudah membaca sebagian history ini di blognya mang Enoanderson dan d chanell youtubenya jg sudsh dibuatkan video…

    Sayang di akhir hayat rider ini crash , cacat dan hidup menyendiri setelah ditingg oleh istrinya yg tidakbisa menerima keadaannya

  2. Gokilll… dari balapan GP sampe ke polemik politik campur aduk semua, btw brand jepang dulu macem anak bawang kali ya, secara pabrikan yg dominasi GP waktu itu mostly itali, sisanya jerman sama inggris.
    Btw MV agusta lah yg beneran founding father GP dari itali, bkn tim merah sebelah yg baru nongol namanya di GP 4 tak trs ngaku2 founding father wkwkwk

  3. Wah kalo Stasi turun mah auto kelar, orang nya dimana-mana bahkan katanya ada suami istri yang dua duanya anggota stasi mencurigai/mengawasi satu sama lain

    btw apakah bensin yg dipake tim Ymaha itu Petron apa masih Elf dikedua tim nya wahai suhu sekalian, apakah mungkin dua tim di bawah pabrikan yg sama pake BB yg berbeda, apa gk pengaruh?

    #Maap OOT

  4. Sering2 bikin artikel klasik gini Wa, buat belajar sejarah. Tentu dengan soul TMCBlog yg selalu menjunjung tinggi sumber artikel yang akurat. Top!

  5. Jerman emg bukan kaleng2, banyak teknologi sekarang yg kita nikmati karena hasil dari ilmuan jerman,,
    Jepang juga patut dicontoh, mereka bisa maju dalam hal teknologi karena awalnya menjiplak teknologi barat, sama seperti yg dilakukan China saat ini,,
    btw, gmn rasanya ya balapan dgn jarak antar pembalap nya bisa melebar sampai 15 menit ?? di tinggal berak dulu mungkin masih bisa liat finisher terakhir, ?

  6. Ada jg wak cerita nyata lain , sama² kabur dr border jerman jg tp pake bmw isseta wkwk kecil. Ada videony di yt

  7. Dan sampe hari ini jerman tetap tertinggal di teknologi motorsport roda dua..

    Kalo empat roda, Honda F1 justru jadi yg pertama yg berhasil mematahkan dominasi Mercedes

    • jgn salah bro, redbull jd joss krna ada si ahli aerodinamik christian spa itu gw lupa.. dan mereka cma butuh mesin yg reliabel coz dlu pke renault mesinnya oke tp gmpang jebol.
      nah honda ni udah lbh baik dri yg dlu..
      dan gegara ada si christian yg bsa manfaatin aero yg bkin redbull joss..
      saingannya christian cma si ross brawn, mreka sma2 ahli aero

  8. Gk bosen2 ama kisah ini..kalo dibikin film pasti semua rasa campur aduk.. negara lain maju krn walau ditekan asing tetap gigih,kita banyak orang pintar genius tapi diatur asing lgsg tutup..contoh pak bj.habibie berhasil bikin pesawat dan mau bikin jet langsung dbikin bangkrut takut asing gk bisa jualan,satu lagi wak kl masih inget dulu ada penemu kita bikin motor tenaga air tapi langsung isu malemnya dbw ke amrik oleh intel khusus pernah baca d motorplus jaman langganan majalah..thanks wak

  9. cerita ini juga pernah di ceritakan sama bang ENOanderson di chanel youtubenya,gokil sih emang ceritanya,serem cuy…
    tapi emang harus di akui orang jerman dr dulu masalah IPTEK selalu lebih maju,tak heran US jadi negara adidaya kya sekarang,sebab ya banyak andil dr ilmuan ilmuan jerman

  10. Beuh ada yg tau Pirus juga dimari wkwkwk kirain cuma anak klasik Jateng-Jatim aja yg tau merk legend ini

  11. Pas banget abis nonton No Sudden Move. Sama sama berkisah tentang dunia otomotif, skandal monopoli Catalyc Converter knalpot mobil yang sampai melibatkan mafia mafia di jaman itu demi merebut rancangannya.
    Kisah kisah masa lalu menjadi nikmat ditonton jika difilmkan, seperti Ford V Ferrari.

  12. Bicara sejarah gp zaman dulu, begitu dengan nma rc166 yg fenomenal dan eksotik pasti akan teringat dgn Honda dan pendiriny soichiro honda… tpi sebenarny rc166 yg fenomenal tsb tidak murni karya tangan honda sendri dri 0 sampai jdi. Mereka membeli mesin jadi lalu dioprek sana sini dan jdilh mesin monster yg fenomenal tpi cukup sulit untuk mndapatkn berita atau info ttg basis awal dri mesin rc166 honda tsb dan di identikkan dgn mahakarya soichiro honda sendiri

    • setau saya pas taun 60 ato 70 gtu, stelah honda kalah bbrapa musim dri 2tak suzuki, soichiro honda geram, dya sndri yg turun tangan ngedesain mesin mtor honda. ngebuat piston yg ringan tp kuat yg cma si soichiro yg tau cara bikinnya, smpe2 dgn teknologi di thn90an baru bsa menyamai kualitas piston td

  13. Sedikit mirip dgn awal mula kebangkitan ymha di motogp era 4tak, ‘membajak pmblap dan mekanik’ dri tim lawan yg tampil kuat dan jdilah ymha yg awal ny tim gurem thun 2003 (tak pernah juara seri) mnjdi juara dunia thun 2004. Hal yg agak mirip juga terjadi pda ktm, dan lgi2 juga d bjak dri honda. Yg mnjdi awal kebangkitan ktm adlh setalh mmbjak rider dan orang dalam honda. Tpi keduany lebih elegan karena memanfaatkan kecerobohan pabrikan lawan.

  14. Seru baca cerita kontroversial begini. Kalau ekspansive chambernya Kaaden sudah ditrademark bukannya Degner bisa disebut pencuri HAKI? terus kelanjutan cerita Kaaden & MZ gmn? penasarannn

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

TERBARU

KONTEN PILIHAN

MOTOGP