Thursday, 14 November 2024

Takahiro Sumi : Yamaha M1 masih akan prioritaskan Corner Speed ketimbang Top Speed

TMCBLOG.com – Fabio Quartararo sering mengeluhkan betapa Yamaha M1 sampai test Terakhir di Jerez 2021 pasca Race Finale Valencia belum ada perkembangan signifikan terutama soal Top-end Power yang sering ia Minta. Yamaha M1 sering banget dibuly soal Top-Speed terutama Oleh Ducati di Straight sirkuit. Dengan fakta Bahwa tahun 2022 akan ada 8 Ducati Desmosedici dengan spek ter-rendah adalah GP21 yang moncer ditangan Bagnaia pada akhir musim lalu, jelas ini Bikin banyak orang termasuk pembalap Yamaha ketar ketir. Lalu Bagaimana tanggapan Pabrikan Yamaha Mengenai Permintaan Pembalapnya ini ?

Adalah Takahiro Sumi, Project leader MotoGP Yamaha Motor Co., Ltd. berbicara kepada Jurnalis Jepang Akira Nishimura mengenai hal ini : “Espektasi Pembalap yang komplek memang benar adanya. Kami juga memiliki perasaan krisis pada situasi ini. Meningkatkan kecepatan maksimum dan membuatnya sedikit lebih mudah untuk bertarung lurus adalah prioritas tinggi [Buat Yamaha].”

” Namun, jika Anda kehilangan kekuatan seperti kecepatan tinggi saat berbelok ( Cornering speed ) – yang merupakan kekuatan[kami] saat ini – waktu putaran akan dengan mudah turun bahkan jika kecepatan saat lurus meningkat beberapa kilometer/jam, jadi saya [masih akan] mempertahankan kekuatan saat ini. Selain itu, mengatasi kelemahan adalah tantangan teknis yang besar, tetapi kami bekerja keras untuk menangani tugas yang sulit itu.”

Melihat data balapan terakhir Valencia 2021, top speed Ducati 337,0km/jam, sedangkan Yamaha 325,8km/jam. Dari fakta ini Bahkan di sirkuit Valencia yang kompak dan sempit, ada perbedaan 10km/jam, yang merupakan situasi yang sulit. Apakah yamaha akan memiliki target meningkatkan numerik kecepatan puncaknya untuk tahun depan?

“Tentu saja, alangkah baiknya jika hal tersebut memungkinkan , tetapi bukan berarti kami tidak bisa bertarung sama sekali jika top speednya beberapa kilometer/jam lebih lambat. Namun jika perbedaannya dalam jarak tertentu, jarak pertempuran akan meningkat.”

“Saya pikir [mempertahankan] kecepatan di mana Anda dapat mempertahankan posisi Anda adalah target yang realistis. Kami akan bekerja keras untuk pengembangan dengan menetapkan target yang realistis sambil mempertimbangkan perbedaan sejauh mana slipstream dapat digunakan. “

So Jadi Jelas Ya Walaupun memang Quartararo dengan tegas mengedepankan soal Kenaikan Top Speed M1 sebagai sesuatu yang sangat ia minta, Namun Yamaha sendiri lebih melihat ada hal hal Realistis yang harus jadi pegangan Utama dan prioritas.

Sudah sering tmcblog ungkap bahwa Pada dasarnya Secara Natural Platform mesin Inline 4 walaupun sudah di-mimik-in dengan Konsep Crossplane Crank yang membuatnya menjadi ‘Inline 4 rasa V4’ Namun secara Inersia, fakta bahwa M1 menggunakan jumlah bandul Crank lebih banyak yang akan ‘membatasi’ soal top speed.

Secara organik, Karakter Top speed Inline 4 akan sulit menandingi top speed V4 dalam kondisi yang sama. Namun Platform mesin Inline 4 yang ‘lebar’ Punya kelebihan lain. Bentuknya lebih lebar Secara inersia Fisika membuatnya memiliki kecenderungan Menikung yang lebih stabil dibandingkan Mesin V4 . . Klop Seperti yang dikatakan Sumi San

Yamaha Juga tentu masih ingat permasalahan mereka di 2018. Di Tahun 2018  Yamaha M1 yang diagnosa penyakitnya kur-leb sama seperti yang menjangkiti GSX-RR tahun 2016 dimana Crankshaft Mass terlalu ringan. FYI, Crankshaft Mass yang diper-ringan saat itu awalnya sengaja dibuat untuk menjawab permintaan Pembalap agar tidak kalah dalam adu kebut dengan Honda dan Ducati di Straight misalnya . .

Memang soal Top Speed jadi nambah, Namun masalah lain timbul Yakni mesin yang sulit di kendalikan ( spin ban belakang ) dalam beberapa kondisi Seperti : Tikungan stop and Go, Track basah, track Sempit dan Licin ( Karena lama tidak di-resurface ) , Asphal yang kehilangan Grip friksinya saat cuaca bertambah panas dan Lain lain . . Jadi ini tuh kompleks, & tentunya nggak kayak bikin Mie Instan !

Taufik of BuitenZorg | @tmcblog

54 COMMENTS

  1. pertahankan yg bagus dan sedikit demi sedikit perbaiki yg kurang, ga ada motor yg 100% sempurna, menurut gw sih, asalkan M1 bisa selalu start dari front row apalagi pole position maka kemungkinan besar M1 masih bisa mengalahkan Desmo, nah masalahnya, Desmo pun skrg udah gila2an soal time attack, 🙃

    • ketika corner speed makin baik maka dalam hal ini berarti joki M1 mesti lebih berani lagi “nggantung” putaran mesin dikitiran tinggi agar bisa mendapatkan momentum ketika mulai masuk straight untuk mengcounter mesin v4.cmiiw

  2. Kata taro : nempel ducita itu mudah, tapi untuk overtake susah bingits. Pas akhirnya bisa overtake di tikungan, mereka dengan santay ngebales di trek lurus. Frustrating.

  3. Bagi pebalap-pebalap yamama posisi kualifikasi adalah konetji. Minimal front row atau kerja keras bagai kuda heheheh. Ngeri memang 2022 ada 8 desmo ditrack. 4 aja bikin refot, lha ini 2x lipatnya. Susah ditembus kayak benteng takeshi.

  4. Sebetulnya ECu PireLli-nya tuh ada improvement ga sih?
    Masa iya udah 6 tahun masih gini-gini aja. Shoppe aja udah update berkali-kali, haha

  5. filosofi Kando

    mereka ga bakal merubah secara radikal motornya, bahkan bentuk luar motornya sekalipun kayak yg dilakukan hodna saat ini

  6. Hitungan mudah nya,klau dlm sebuah sirkuit, panjang nya banyak yg nikung2 di banding trek lurus nya,dasar Yahama fokus di corner speed
    Tp,dukati skrng jg mulai ngeri cornering speed nya

    • Nah kenapa V4 bisa ngeri cornering speed nya sedangkan i4 B aja dalam lurusan, dalam teknologi sekarang udh gk pakem i4 belok v4 lurus, buktinya v4 ducita v4 hondut ngeri kan belok maupun lurus, kadang v4 hondut jg ditebas pas lurusan sama v4 ducita, udh gk jaman bandul bandul ini gini itu gtu.
      Klu udh ngerti gw jamin orng indo banyak yg menguasai dunia international tp klu msh pakem A ini B itu ya jd tim hore aja.

      • Yg diomongin di Motogp itu cuma ngomongin gap 0,xx detik bro.
        Nah perkara V atau inline di GP, itu udah dari oroknya kalo V lebih mudah ngail power, sementara inline karena masalah bentuknya yg kompak melebar itu bakal lebih unggul di mereng-mereng.

  7. Dah bner apa yg di katakan oleh Sumi-san.

    Yamaha kekuatan penuhnya adalah di cornering speed. Apalagi dengan sirkuit yg berflowing dari jarak 0.5sekian detik bisa dipangkas jadi 0.1sekian detik.

    Qatar, Mugello, Philip Island adalah beberapa contoh sirkuit yg sangat cocok dengan Yamaha.

  8. filosofi don’t break the winning bike.. benernya M1 ini anomali, di trek lurus panjang2 macam Qatar bisa menang.. klop dgn kata2 Fabio, M1 rider misal dapet grid position depan sering kabur sekenceng2nya, karena kalo udah cucuk2an versus Ducati ya capek, no wonder..

  9. Mudah mudahan dorna mau bebasin Ecu inhouse pabrikan jepun dan ban jembatan batu lagii..biar yamaha honda semakin menggila wkwk..

  10. yang pengen top speed Ymh nambah harusnya malu dengan M1 jaman VR dan JR yang bisa jurdun. Lebih lambat saat lurus tapi sering menang, ingat duel Barcelona 2009, VR dan JL ninggalin lawan jauh sekali. Atau kemenangan FQ di mugello tahun lalu.. Top speed yang menang V4, yang juara i4
    Kalau mau pilih top speed silahkan pindah ke V4.
    Kalau mau pilih jurdun silahkan pilih M1.

  11. Kalau menurut saya yamaha atau suzuki dgn fitur baru holeshoot device masalah spin tentu bisa diminimalisir. Harusnya mreka ngeh ini dan coba meracik mesin bandul agak ringan. Lalu mengetesnya puluhan lap. cmiiw

  12. Saat ini emang sangat kuat Yam, hampir balance disetiap aspeknya hingga cocok di segala sirkuit, akselerasi dan top speed? Memble…🤭

  13. pokoknya bisa adaptif dan memaksimalkan penuh grip ban belakang Michelin yg sering gonta-ganti komposisi dan sifatnya moody kayak cewe lagi M,udah jadi strong point sih

    jaman Sekarang,percuma udah keceng kenceng eh malah dlosor kayak Bagnaia di Misano

  14. Masalahnya di era skrg kbnykn rider diatas v4 cornerspeed nya bs jg kencang dg bantuan piranti tetek bengekny,ya walupun tak semulus mesin I4.makanya rider I4 minta top speed.
    Alasan sumi san apakah msh relevan di era ride height adjuster kaya skrg.

  15. Kebalik pak
    Motor ini mudah ditikungan, jd rider gak butuh effort lebih, konsekuensi di trek lurus butuh efort lebih misal curi angin
    Beda sama motor lebih utamain trek lurus, rider butuh effort lebih ditikungan
    Itulah sebabnya duc ati ngembangin tunel, biar gak diekorin ditrek lurus

    • Mungkin akan lebih pas jika di pake data real dilapangan/sirkuit,kalo di liat data semua tau motor v4 justru yg paling banyak ndlosor di tikungan,semua pabrikan mengutamakan data di trek baru mungkin logika2 seterusny,itulah kenapa dalam setiap seri sampai ada FP sampai 4 kali hanya utk mengumpulkan sebanyak mungkin data trek yg paling utama.

  16. Sumi masih pede dgn keunggulan m1 di tikungan lebih worth it drpd keunggulan desmo d trek lurus
    Agak beda sama tahun2 sebelum2nya dimana ketika itu vale mengatakan keunggulan m1 ditikungan semakin tipis sedangkan kelemahan ditrek lurus tidak berubah

    Kalo menurut gw sih, hati2 aja ketika duc dapet rider yg extraordinary.
    Sebelum itu terjadi sumi kudu mikirin solusi supaya m1 tidak terlalu tertinggal di trek lurus

    Btw… apa ini bakal jadi tanda yam bakal ngelepas fabio?

    • Kok bau2nya gak perlu nunggu ekstraordinari gimana2 deh om
      Tahun ini kayanya bagnaia dkk bakal sering di depan…
      Cm prediksi receh saya
      Just my 2cent

  17. Coba aja kasih top speed lbih ke taro mana tau dia bisa mengatasi y,mgkin dia beda kasus sama rossi dan vinales dikasih top speed ban y malah susah berhenti muter kata mrk…

  18. Tinggal mengembalikan karakter M1 2009-2010, kuat di akselerasi dan corner speed, niscaya kerja pembalap lebih mudah meski di trek lurus masih kalah

    • Kayanya karakter M1 sejak crossplane ga pernah berubah, loyo di trek panjang kenceng di parabolik. Yg bikin karakter seolah berubah ya karena pembalapnya sendiri ga bisa eksplor karakter utama motor itu, tengok Vinales. Dalam 12 taon terakhir, udah ada 3 pembalap yg bisa jurdun pake M1 sementara RC213V cuma 2, Desmosedici zonk.

      • Mungkin konteksnya saat mesin crossplane kali om bejo
        Kan bahasan awal knapa tidak dibalikin kaya 2009, trs akang bahas crossplane itu

      • Sepakat

        Kata siapa bawa M1 gampang. Musti mulus, alus, ngga grusa grusu

        Serta bonus anda bertambah kalo anda jago late braking

      • @om om itulah susahnya komen dimari, banyak sumbu pendek. Baru baca udah ketriger duluan tanpa paham maksudnya. Ntar dibilangin daya pahamnya rendah marah, dikira ngatain, padahal faktanya begitu. Kan konteks diatas bilang karakter 2009, ya gw jlentrehin fakta bahwa dalam 12 taon terakhir M1 udah dibawa 3 pembalap berbeda jurdun, yg indikasinya karakternya ga terlalu berubah. Cuma 2017-2020 Yamaha terlalu bergantung ke kakek lejen dan Vinales aja jadi sempat ilang arah seolah karakternya berubah padahal itu lebih ke ridernya yg ga sanggup manfaatin karakter M1. Begitu dapet Quartararo yg karakternya mirip Lorenzo ato Rossi muda yg jago rolling speed, auto jurdun lagi.

  19. Paling gampang liat aja peringkat crash di motogp, untuk 5 besarnya :
    1. Iker 26x
    2. Marc 22x
    3. Pol 20x
    4. Alex 19x
    5. Aleix 18x

    Nah kliatan kan konfigurasi mana yang lbh butuh effort untuk ngendarainnya..
    Jadi yang nonton motogp siapa…??

  20. Yah susah, ngejudge orang lain ga nonton tapi dia sendiri ga bisa baca data, padahal udh dibreak down pernama bukan total crash v4 vs i4..
    Mau gampangnya gini deh, google sana siapa pembalap v4 vs siapa pembalap i4 crash terbanyak, bakal kliatan jaraknya seberapa banyak.
    Ngotot boleh, tapi juga harus pinter ya..

  21. “gimana ga banyak, inlen cuma 6 biji vs v4 16 biji”

    Menurutku kurang sambung deh km komennya om..komen om laut..

    Itu kan udah displit per pembalap, ga ada korelasi sama yg pake motor v4 lbh banyak (16 pake biji 🤣) dibanding i4 nya cm 6 motor..

    Kan bukan dijumlahin total crash v4 vs total crash i4…

    Kalau perbandingannya data ya jelas menunjukkan v4 lbh beresiko, didukung juga di pembahasan2 selama ini giaman susah nya menghandle v4 di tikungan, sampe2 ad misal statment zarco terhadap motor ktm dulu saat baru pisah dr yamaha, trs kasus secara umum rookie yg pake i4 dulu trs pindah ke v4 yg kebanyakan butuh waktu lbh buat adaptasi…

  22. Bila tidak bisa meningkatkan top speed mesin, setidaknya motor bisa dibuat irit ban. G usah signifikan, 5-10% aja sudah lumayan perbedaannya. Biar bs fight d akhir2 lap. Tidak perlu menghajar dg top speed, ckup bisa durable soal ban sudah ckup

  23. Lebih ke memperbaiki akselerasi dan grip ban belakang,
    Terlihat mencolok saat track basah spin,
    Top speed itu beberapa detik kah?
    Dan akselerasi dan grip lebih penting. kalau akselerasi ke 320 lebih cepat (top speed bisa lebih lama detiknya) dari pada meraih top speed tinggi 330 tapi spin dan cuma beberapa detik

  24. Nah kan, kata siaoa naik M1 gampang. Musti kalem2, lembut dan ngga ngasal.

    Dan yes, bonus anda akan bertambah banyak kalo jago late brake

  25. Elektronik jadul belum bisa mengatasi spin ban belakang, ditambah karakter michelin yg cenderung mengabaikan konsistensi ban belakang (kasus yamaha)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here


TERBARU

KONTEN PILIHAN

MOTOGP