TMCBLOG.com – Via Speedweek.com, Lin Jarvis secara blak-blakan dan tanpa mencoba menyembunyikan sesuatu mengatakan bahwa Yamaha memiliki banyak pekerjaan rumah dalam bentuk perbaikan di sisi teknis dari Yamaha M1 Yang harus dilakukan mulai GP Indonesia di Mandalika pada akhir pekan ini.

Bicara sirkuit Lusail Qatar, sebelum 2022 Yamaha secara konsisten memenangkan balapan di sirkuit yang memiliki straight sepanjang 1.068 meter ini. Tercatat tidak kurang dari sepuluh kemenangan Yamaha telah dirayakan di sana sejak tahun 2004. Ducati menang enam kali dalam 19 balapan, sementara Honda cuma tiga kali.

Catatan terakhir sebelum 2022 yakni pada tahun 2021, Yamaha sapu bersih kemenangan di dua balapan MotoGP Qatar bersama Maverick Vinales dan Fabio Quartararo kala itu. Tetapi pada pada seri Qatar 2022, Yamaha menderita kekalahan serius. Juara dunia 2021, Fabio Quartararo hanya finish posisi 9 dengan jarak 10 detik di belakang Bastianini. Fabio dan juga diamini oleh pembalap lain yang menggunakan YZR M1 2022 yakni Dovizioso mengungkapkan ada banyak catatan yang harus dibenahi Yamaha. Salah dua di antaranya  yaitu soal top speed dan kasus teknaan ban yang naik bahkan saat motor tidak dalam posisi mengikuti pembalap lain.

Lin Jarvis, Managing Director Yamaha Motor Racing, menjelaskan secara lugas bahwa balapan di Qatar 2022 adalah hal yang mengecewakan bagi Yamaha dari kaca mata management team dan pabrikan “Saya akan katakan seluruh balapan akhir pekan [di Qatar] mengecewakan, itu sangat buruk dalam balapan. Kami berharap bisa memiliki peluang yang lebih baik dalam balapan jika kami bisa bersaing dengan grup depan di awal. Tapi itu tidak berhasil.”

“Kami memiliki dua masalah. Yang pertama adalah kurangnya kecepatan secara umum. Insinyur Jepang kami tidak berhasil dalam mencoba mencapai peningkatan yang diperlukan dalam kinerja mesin. Kami tahu setelah musim 2021 bahwa kami membutuhkan tenaga ekstra ini.

Dan tentu saja pesaing kami telah meningkat. Lihat saja performa Honda dan khususnya Suzuki. Mereka jelas meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Anehnya, KTM sangat kuat dalam balapan. Saya pikir Brad Binder menampilkan performa yang kuat. Kami sadar bahwa Ducati selalu sangat cepat di Doha. Di Yamaha, kami terhenti dalam hal performa mesin. Oleh karena itu, kami tahu bahwa kami akan menghadapi lebih banyak masalah daripada tahun lalu.

Selain soal kurangnya top speed, Lin mengungkapkan juga masalah kedua yang inline dengan apa yang dirasakan oleh pembalap Yamaha; “Ya, kami memiliki masalah ganda. Kami diperlambat oleh tekanan ban yang berlebihan di bagian depan. Itu ada hubungannya dengan aerodinamika dari sepeda motor.”

“Tekanan ban biasanya meningkat ketika Anda berada di belakang lawan karena terlalu banyak di “udara kotor (dirty air)”, yaitu dalam turbulensi saat slipstream. Jika Anda menarik diri di depan, tidak apa-apa. Tapi saat dalam keadaan lalu lintas padat, tekanan ban di depan sering naik.”

Panjang straight Lusail yang 1.068 meter tentu berbeda dengan Mandalika yang hanya terpaut setengahnya atau sepanjang 507 meter, itu artinya walaupun menggunakan Aero-body yang sama maka minimal tekanan terhadap ban depan tidak akan terlalu lama. Dan Lin juga melihat hal ini, “Ya, saya pikir kami akan melakukan yang lebih baik di Indonesia. Kami mendapat hasil tes yang cukup bagus di sana. Ini adalah trek yang lebih cocok dengan Yamaha. Kami juga dapat menghindari masalah tekanan ban di sana. Tetapi seiring berjalannya musim, kami akan menghadapi pekerjaan yang membosankan. Kami dapat melakukan perbaikan tertentu pada mesin, tetapi tentu saja kami menghomologasikannya Pengembangan dibekukan hingga akhir musim.”

Melihat apa yang dilakukan Suzuki tahun 2022 dimana GSX-RR yang memiliki platform mesin CP4 Juga terbukti dapat mengail top speed jauh lebih tinggi sampai sampai bikin pabrikan lain terkejut. Jika mesin nggak bisa diobok-obok lagi, apakah masih ada ruang pengembangan di setup elektronik Yamaha M1? Untuk hal ini Lin cukup jelas dalam pemaparannya.

“Hm… Saya pikir kita telah menempuh perjalanan jauh di sana (setup elektronik). Jadi saya tidak berharap banyak di area ini. Kami memiliki beberapa ide, tetapi saya tidak ingin membahasnya secara detail. Ada beberapa bidang yang menjadi perhatian kami. Kami optimis dapat melakukan perbaikan selangkah demi selangkah untuk mengurangi kerugian kami seiring berjalannya musim.”

Balik lagi soal ‘winglet dower’, secara umum memang Yamaha – khususnya untuk tiga motor M1 2022 – Menghomologasikan aerodinamika dengan winglet depan yang lebih lebar sehingga secara logika akan menghasilkan downforce lebih banyak. Apakah ini mengartikan bahwa downforce yang dihasilkan malah ‘terlalu banyak’? Lin menjawab dengan lugas.

“Tidak, tetapi mereka memiliki konsekuensi lain. Ada perubahan keseimbangan motor, yang memberi lebih banyak tekanan di bagian depan. Di Trek Mandalika, winglet ini bekerja dengan baik. Kemudian kami datang ke Doha, di mana masalah muncul.

Tentu saja kami bisa menguji winglet besar di komputer (CFD), tetapi pengetesan berupa latihan sebelum balapan Doha hanya [bisa dilakukan] di Sepang dan di Mandalika. Sehingga bisa terjadi masalah lain berupa “keseimbangan motor” muncul di trek lain. pabrikan lain juga memiliki masalah ini karena setiap pabrikan bereksperimen dengan aerodinamika.”

Quartararo berharap Yamaha hadirkan winglet baru yang lebih ramping

Lin Jarvis pun diminta konfirmasinya mengenai pernyataan Quartararo sebelumnya yang mengemukakan bahwa solusi teknis Yamaha soal ini mungkin baru hadir saat seri Italia (Mugello). Iya benar sekali. Jadi mari kita tunggu. Saya berpikir kita tidak harus menunggu sampai Mugello. Tapi benar, Mugello dijadwalkan untuk agenda perubahan kami. Di Mugello, lalu di Catalunya ada straight yang panjangnya 1 km lagi. Jadi Yamaha mungkin membutuhkan winglet yang lebih kecil saat itu agar tidak kehilangan lagi 9 km/jam top speed.”

Taufik Of Buitenzorg | @tmcblog

15 COMMENTS

  1. straight nya Mandalika kurang menantang sih(untuk ukuran pembalap GP)

    mesin Moto2 di straight lusail kemarin aja sampe sering banget nyentuh Rev limit

  2. well well well, ternyata winglet yg banyak dibenci pemirsa MotoGP saat ini punya peran yg sangat signifikan utk tim,
    btw, kenapa harus selama itu ya ?? apa ga bisa homologasi kan balik winglet 2021 ? kan udah jadi dan terbukti,, yg bikin lama apa nya ya ?

    • mungkin bakal satu paket sama spakbor depan bolong yg dulu pernah di tes,buat mengatasi biar tekanan ban depan gak cepet naik

      • Krn tiap pabrikan klo ga salah cuma boleh make dan menghomologasinya 2x aja per musim. Satunya kan udh dihomologasi. Yg dower ini.

        Nah yg satunya hrs diriset dan bner2 diuji dulu apakah udh lebih baik atau malah menambah efek minusnya. Bs brabe sampe akhr musim klo ternyata blunder alias desain yg kedua lbh buruk kinerjanya. Ga sembarang 1 musim bs update winglet mulu.

  3. Dilepas aja, biar pas akselerasi keluar tikungan bisa terbang terbang wheelie, kan menghibur penonton… biar diovertake lainnya😁

  4. dri artikel diatas lin jarvis seolah mengakui klo insinyur yamaha ‘gagal’ buat nambah power M1

    dan sprti sya bilang, ciki taro udah ngedumel
    tpi yamaha cma bilang “inline udah mentok bro”
    dibales sma cikitaro “nohh liat sujuki bsa nambah power masa lu kgak bisa”

  5. M1 dipsangin winglet baru? lalu lantas bisa yakin juara gitu?
    melihat perkembangan signifikan tim-tim lain, seolah-olah M1 cukup cuma oprek bagian winglet aja kelar gitu? lawak ini Yamaha hahaha….

Leave a Reply to zain Cancel reply

Please enter your comment!
Please enter your name here