TMCBLOG.com – Mimpi buruk mungkin adalah salah satu diksi yang cukup mendekati jika ditanya apa hasil yang diperoleh pabrikan Honda di MotoGP Mandalika 2022. Sesegera setelah Michelin mengumumkan memperoduksi ban dengan konstruksi berusia 4 tahun yang lalu dan selalu menjadi sebuah ‘strategi darurat’ untuk memecahkan permasalahan balap di trek dengan cuaca sangat panas, maka sesegera itu pulalah seluruh Honda RC213V 2022 menderita.

Menggunakan casing super kaku yang pertama kali dilombakan di Red Bull Ring GP 2017 dan terakhir balapan di GP Thailand pada 2018, ban darurat dan tahan panas ini pun hadir dalam paket kontainer yang dikirim langsung ke bandara BIL dari Prancis. Secara umum kejadian chaos yang menimpa Honda di gelaran MotoGP kedua ini seingat TMCBlog merupakan kejadian yang memang umum terjadi ketika pabrikan (lintas pabrikan: baik Michelin maupun Bridgestone) penyedia ban ujug-ujug mengganti spesifikasi dari ban di satu trek tertentu dengan alasan tertentu.

Chaos terjadi karena satu hal. Tidak sesuainya spesifikasi ban dengan spesifikasi dan balance dari mesin, sasis dan aerodinamika motor yang telah dibangun oleh pabrikan semenjak lama dengan menghabiskan jutaan dollar agar sesuai dengan ban. Oleh karena itu pada dasarnya regulasi Dorna beberapa waktu lalu menetapkan bahwa pemasok ban MotoGP tidak akan diizinkan untuk mengubah spek ban selama musim balap. Karena jelas nggak wise memperkenalkan ban dengan karakter yang berbeda di pertengahan musim saat musim lagi berjalan.

Ini tuh sudah kayak tekan hole kecil di ponsel buat nge-reset dan bahkan parahnya bisa seakan membatalkan semua pekerjaan yang selama ini dibangun sehingga memerlukan desain ulang seluruh sasis. Tapi . . mendesain sasis baru khusus buat menghadapi GP Mandalika dengan pengumuman yang serba mendadak seperti ini jelas bakalan bisa mengulangi kisah ala legenda Dayang Sumbi-Sangkuriang yang sebenarnya juga terjadi si sirkuitnya itu sendiri sebanyak 1/3 bagian dari trek mulai setelah T16 sampai T5.

Yes, regulasi MotoGP memang melarang Michelin menempatkan ban dengan spek berbeda di tengah musim berjalan, namun jelas, situasi di Mandalika dianggap sebagai darurat dalam kaca mata keselamatan. Jelas banget tidak ada yang mau mengambil risiko ban pecah dan meledak saat pembalap melaju di top speed 300 km/jam ujung straight sehingga akhirnya konstruksi ban berusia empat tahun yang sangat kaku itu diberi lampu hijau untuk diproduksi kembali di pabrik ban Michelin untuk dikirim ke Mandalika. Ingat jadi bukan ban produksi 4 tahun yang lalu ya, namun ban produksi baru dengan spesifikasi konstruksi ban di 4 tahun yang lalu dengan casing lebih kaku.

Honda dalam hal ini Repsol Honda awalnya mungkin berharap di Indonesia untuk melanjutkan momentum bagus dari pertemuan pertama tahun ini di Qatar dan menjaga atau mengulangi heritage bagusnya performa Repsol Honda di Grand Prix Indonesia 26-25 tahun yang lalu. Namun justru terjadi saat race weekend dimulai adalah sebuah kemunduran yang hebat. Perubahan spesifikasi karakter dari ban belakang Michelin yang dipasok tidak seperti yang diharapkan dan tidak klop dengan perubahan filosofi motor. Mungkin dalam sudut pandang Honda, apa yang dilakukan oleh Michelin di Mandalika seperti ‘menjerumuskan’ RC213V baru ke dalam kesulitan.

Marc Marquez sendiri sangat struggle selama race weekend karena juara dunia delapan kali itu mengalami empat kali jatuh, dan high side yang terakhir memaksanya untuk mundur dari balapan. Sementara itu, Pol Espargaro berhasil bersabar dan menyelamatkan apa yang dia bisa untuk mendapatkan paling tidak poin berharga dari Mandalika yang mungkin bernilai besar di akhir musim nanti.

Honda selama ini berkonsentrasi mengubah paradigma balap mereka secara teknis ke bagian belakang dari motor. Dan mereka membangun semua karakter teknis dari motor berdasarkan ban Michelin 2021-2022 yang spek casingnya lebih soft. Sehingga pada dasarnya seluruh setup suspensi maupun mapping mesin tidak dapat menghilangkan gejala buruk yang hadir di roda belakang seperti slide berlebihan dan kehilangan traksi serta bantuan pengereman dari ban belakang yang lebih minim.

Dengan hadirnya masalah ini, segala macam tombol solusi darurat telah dikerjakan oleh Honda mulai dari setup elektronik, suspensi maupun perubahan gaya riding pembalap cuma buat menghadapi GP Mandalika doang. Mau nggak mau pembalap Honda harus kembali mengutamakan ban depan kembali untuk membantu traksi, akselerasi dan pengereman RC213V. Oleh karena itu ban depan terus-terusan lebih cepat panas, blistering dan mendapati titik limitnya sampai sampai Pol Espargaro tidak yakin ban ini bisa bertahan pada race distance normal sebanyak 27 lap.

Pada kenyataannya, skenario race weekend pun berubah dengan drastis. Balapan Moto3 dan Moto2 masih bisa kekejar kering namun hujan turun sebelum MotoGP dihelat dan membuatnya delay lebih dari 1 jam. Terlepas dari upaya TNI AU dan BRIN yang berupaya menebar garam untuk membantu me-rekondisi cuaca yang tentu sepenuhnya berada dalam genggaman kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, pada dasarnya ini tuh seperti sebuah hard reset bagi semua pabrikan. Harusnya sih, seluruh pro Kontra mengenai penggunaan ban dengan casing keras bisa berhenti. Namun buat Honda kenyataan ini bisa dibilang sudah telat persis setelah Marc high side pada Turn 7 sirkuit pada menit-menit akhir sesi warm-up beberapaa jam sebelum balapan. Kalau saja bani andai andai hadir, tentu saja akan berkata, “kalau saja Marc bisa tahan sebentar” . . sepertinya ada kemungkinan mood RHT di akhir race weekend Mandalika tidak seburuk dan tidak sekesal saat ini.

Alberto Puig membahas race weekend RHT dan Honda secara keseluruhan di Pulau Lombok ini: “Tidak pernah ada yang normal dalam perlombaan dan kita tidak pernah bisa memprediksi apa yang akan terjadi. Kami datang ke sini beberapa minggu yang lalu, kami cepat dan sekarang kami lambat. Kami perlu memahami apa yang terjadi pada ban Michelin, kami perlu melakukan percakapan menyeluruh dengan mereka.”

Dan dia bahkan menegaskan: “Michelin telah memutuskan untuk menyediakan ban uji yang berbeda untuk balapan akhir pekan. Sepeda motor kami juga telah berubah total. Kami masih tidak tahu apa yang terjadi, tetapi bagaimanapun kami harus berbicara dengan Michelin tentang situasi ban. Dari yang sangat cepat sebulan lalu ke situasi yang kami temukan di akhir pekan ini, sangat sulit bagi pembalap kami dan itu membutuhkan konsistensi dan kepercayaan diri. Kami tidak bisa bahagia.”

Tentang pembalapnya, dia menyebutkan: “Marc sekarang harus fokus pada pemulihannya, kejatuhannya yang serius adalah yang keempat di akhir pekan. Jadi kami membuat keputusan yang tepat untuk tidak membiarkannya membalap.” Dan untuk di Pol Espargaro, Puig mengatakan hal berbeda soal masalah pengembunan yang terjadi di visor helm HJC miliknya. “Dia hampir tidak melihat apa-apa pada lap pertama, dia sekarang harus mendiskusikan masalahnya dengan pabrikan helmnya. Tetapi ketika Anda berada dalam kelompok yang terdiri dari empat atau lima pengendara dengan banyak percikan air di wajah Anda, kemungkinan Anda tidak bisa melihat apa pun. Balapan berikutnya akan berlangsung di sirkuit yang bagus untuk Marc dan Honda di masa lalu. Kami berharap Marc akan pulih dan kami bisa melakukan yang terbaik.” tutup Puig.

Bagaimana tanggapan Michelin? Well, untuk sementara ini Pierro Taramasso masih menjawab secara general bahwa laptime yang dihasilkan sama dengan saat test pra musim dan ini mengindikasikan secara general bahwa menurut mereka ban ini  ‘tidak ada masalah’. “Saya tahu ada banyak pembicaraan selama akhir pekan tentang desain casing ban belakang baru dalam alokasi kami, tetapi laptime yang cepat – sama dengan yang terbaik selama tes pra-musim tiga hari (di Mandalika)– yang kami lihat sejak awal balapan. semua sesi telah menunjukkan bahwa ini adalah yang optimal, dan yang lebih penting, pilihan teraman, untuk sirkuit Mandalika yang baru dan menantang ini.”

Taufik of BuitenZorg | @tmcblog

54 COMMENTS

    • Ini lebih kepada karena motor honda yg tahun ini benar² baru ting² berubah total dan dibuat untuk memakai ban spek 2021 yg lbih soft.. makanya hanya onda yg kelabakan dikasih ban mendadak ini.. kl pabrikan lain istilahnya motornya adalah pengembangan dr taun sblmnya jd ttep masih ada rasa2 laun lamanya yg sdh pernah make ban casing keras ini jd lbih bisa menemukan setup dgn ban mendadak ini.. cmiiw…

  1. kenapa yang bermasalah dengan casing super keras michelin cuma honda wak, atau mungkin pabrikan lain juga bermasalah namun tidak se-signifikan yang dialami honda kali ya?

  2. ntah kenapa apes nya, dari hari Jum’at sampai Sabtu yg kebagian wet itu moto3 sedangkan motogp paling banter mix condition doank, eh waktu race day malah moto3 yg kebagian full dry sdgkan MotoGP kebagian full wet, jadi data hari Jum’at sama Sabtu kyk ga ada gunanya, 😅
    makanya mungkin banyak yg menyayangkan tindakan ngoyo Marc waktu warm up padahal tim2 MotoGP juga udah dikasi tau dan diwanti-wanti kalo balapan diperkirakan hujan atau flag to flag,

    • Ya namanya race weekend, 3 hari bisa banyak anomali cuaca. Apalagi di negara tropis. Menurut saya itu adalah bagian dari dinamika motorsport. Percuma berandai-andai, yang bisa dilakukan hanyalah finding the best from the worst. Marquez juga tidak salah, memang karakter kompetitif dia sejak dulu ya begitu. To the limit and beyond…

    • tapi sejauh yg gw perhatiin KYT punya satu issue yg sering kejadian,, yaitu visor sering lepas kalo big crash, gw tandain selalu gitu, ntah itu emg sengaja atau emg “cacat” desain yg kyknya ga mungkin sih soalnya ini helm udah standar FIM,
      kemaren juga waktu Aleix ngelempar helmnya ke spectator kan ujung2nya visornya juga lepas, 😅

      • jangan lupa styrofoamnya miring, tidak segaris dengan shell. kyt saya 3 unit miring 1axis, ink 1 unit miring 2 axis. bahkan video review tt course admin aja miring 🤣

    • berarti ini baca artikel sampai tuntas, secara helm ngebun yang sebenarnya bisa kami goreng jadi judul yang menarik malah nyempil di Bawah hehe, thks bro

  3. jd inget lorenzo yg kesel juga sama helm HJC yg ngembun (atau bermasalah lah) pas silverstone, sampe ganti ke shark

    • Marquez sendiri pernah bilang, untuk mempelajari karakter motor geberlah sampai batas limit bahkan sampai jatuh, dan itulah gaya marq dan bagi marq sendiri tak masalah, cuma bagi team itu masalah besar karena pembalap nya cedera

  4. tapi entah kenapa ane rasa rcv yg baru yg mengandalkan ban belakang ga akan terlalu tertolong jg saat hujan kemarin dibanding rcv lama yg lebih mengandalkan ban depan.
    Terlepas dr pol yg katanya helmnya ngembun,Alex Marquez yg biasanya strong bahkan bisa podium di le mans wet,kayak ga punya senjata sama sekali bahkan nakagami lebih parah lagi pace nya

  5. Mungkin pabrikan ban belum menemukan ban khusus untuk mandalika yang menantang. moga tahun depan michelin punya ban dengan desain baru yang lebih tahan panas tapi dengan tingkat grip yang lebih baik

    • nah bener nih,, Michelin kecele dgn iklim tropis di Indonesia, apalagi di tepi pantai kyk gitu yg jelas2 lebih panas dari daratan tapi biasanya berdasarkan apa yg gw alami, kalo cuaca yg dirasakan panas bgt lain dari hari2 biasanya maka kemungkinan besar malam atau besoknya bakalan hujan,
      dan hari kamis di Lombok itu katanya panas bgt puncaknya bisa sampai 60an derajat Celsius utk suhu treknya, eh pas hari Jum’at Sabtu Minggu malah hujan yg membuat suhu rata2 turun, disini mungkin ban Michelin spesial yg dibawa ga bisa bekerja optimal krn suhu kerja yg kurang,

    • mungkin unik kali mandalika kita ini. panas banget tapi low grip. dimana biasanya panas sekali itu perlu ban hard. tapi kalo pake ban hard catatan waktu mleyot

  6. rcv sudah rear end oriented. Setup elektronik, suspensi dll sudah di maksimalkan khusus track mandalika, tapi ttp ga klop sama ban ngeselin tekno 2017, di dry race ya udah itulah hasilnya

    penasaran hasil marc di argentina, semoga podium dah

  7. udh bbrp tahun michelin masih aja Hobby makan Korban.. heran saya sama Michelin, engineeringnya Beneran pinter ga sih? prasaan dlu bridgstone ga gini” amat.. klo Michelin kayaknya tiap race ada aja yg komplen sama Bannya

      • ngeselin emang dr dulu gan pas masih jaman2 dualisme pabrikan ban sm jembatan batu,selalu trouble..kan pernah jg klo ga salah KR jr sampe bocor ban ngeselinnya..di F1 jg ngeselin bikin banyak driver pecah ban jg..

    • Terlepas dari segala isu kontrasepsi, Michelin itu perfeksionis. Mereka berusaha bikin ban paling perfect di kondisi tertentu, sementara merk lain kebanyakan bikin data dan ban secara kolektif, selebihnya tinggal bikin copyan. Michelin selalu bikin ban baru, yg mana keuntungan dapet ban sempurna pasti bisa didapat, tapi di sisi lain resikonya adalah ban yg justru bikin kacau beberapa pabrikan. Pake aja style Bridgestone bikin ban berdasar trs pramusim, ato mau ekstrim pake cara Dunlop dan Pirelli, bikin ban kalo ga ada kendala ya dipake terus ampe bertaon2.

        • Kalo Pirelli ada, dunlop gw rasa kagak. Pirelli belon lama kan munculin kompon baru dan desain total baru utk kelas supersport, kompon yg bisa didapat di toko ban (SC0-SC2) ternyata masih terlalu awet utk motor wsbk. Kalo Dunlop update terakhir cuma lebarin ban belakang moto2. Ya sama aja kaya style mereka selama ini dari jaman dipake ama tim2 privateer gp500, grip kurang ya lebarin ban. Ampe terakhir di era 800 awal motor Guintoli kaya pake ban donat saking gedenya ban belakang Dunlop yg dia pake.

  8. Yang terlihat seperti cuma honda yang bermasalah di mandalika, tapi aslinya saya yakin semua tim juga bermasalah
    Hanya saja, sepertinya marq yang kurang sabar dan selallu mempush motor guna memahami ban depannya,
    Tapi di crash ke 4 malah ban belakangnya yang slide beda dg crash 123 ban depannya yang slide, apa karna setup yang berbeda wak?

  9. Nah satu lagi nih wak PR buat para team motogp ketika race di mandalika, selain mencari data dr ban guna mempersiapkan race secara optimal, mereka juga harus bisa memperkirakan cuaca ketika race di mandalika, misal kalo cuaca panas bngt kita orang indonesia sudah hafal pasti sorenya bakal mndung dan ujan, misal cuaca mendung dan bnyak angin tandanya minim buat turun hujan😂😂

  10. Kejadian lagi HJC ngembun. Terakhir bikin lord hohe hoheho marah dan pindah ke shark. Sekarang giliran polo yang merasakannya.

  11. berarti taon depan mngkin ada ban kompond khusus buat mandalika yg super panas bila ga hujan kyak semalam…

    dan bsa jd kompond kaku justru cocok sma karakter yamaha

  12. kintil nih emang miselang, kenapa ga disiapkan skenario ganti motor aja kayak waktu Phillip Island 2013 (bridgestone), itu lebih adil dibanding gonta ganti konstruksi ban yang buntutnya bisa ngerugiin/nguntungin sebagian tim.

Leave a Reply to Discus Cancel reply

Please enter your comment!
Please enter your name here