TMCBLOG.com – Ada yang cukup menarik di MotoGP Mandalika kemarin dimana Pembalap Ducati yang menggunakan GP22 yang menggunakan Front Ride Height Adjuster malah mayoritas hadir di Tim Satelit Pramac. Sementara pecco bagnaia Yang membalap di team factory malah Nggak Terlihat menggunakannya Terutama saat race. Salah satu yang bisa jadi Ciri ciri Motor GP22 yang menggunakan Front RHA adalah Kehadiran 1 Knop Putar di Triple T atas. Jika Ada dua Knop Putar artinya Tidak menggunakan Front – RHA. Dan Di MotoGP Mandalika Kemarin jurnalis Mat Oxley berhasil melihat Lansgung dan Mendokumentasikan peranti Part Aktuator yang menjadi Part Utama untuk menjalankan sistem Ride Height Adjuster ini.

Jadi Sob Untuk Bisa memaksa Suspensi depan dan Suspensi Belakang kelas MotoGP Untuk melendut dipastikan menggunakan gaya yang cukup besar. Jika hanya Mengguankan Kabel Baja yang ditarik saja diperkirakan akan sulit. Oleh Karena itu semenjak lama tmcblog mengungkapkan bahwa dipastikan ada sistem Mechanical Amplifier/ Actuator yang bisa mengubah gaya kecil yang dilakukan di setang atau Di Triple T menjadi gaya yang cukup besar untuk memaksa Suspensi terkompress.

Sistem mekanisnya Sendiri walaupun Full mekanis memang cukup Canggih dan disebut sebut juga merupakan teknologi yang dipakai di Ballap jet Darat Formula 1. Namun Sebenarnya Refrensi Hukum Fisika yang digunakan sebenarnya Bukanlah sebuah ‘ rocket Science ‘ Juga. Sobat seklaian tentu masih ingat pelajaran SD atau SMP mengenai Tekanan hidrostatis yang ujungnya akan bermuara ke penggunaan Hukum yang dicetuskan oleh seorang filsuf dan ilmuwan asal Prancis yang bernama Blaise Pascal (1623-1662) .  . . Nah dari sana Idenya. Hukum Pascal adalah salah satu hukum fisika yang menyatakan bahwa tekanan yang diberikan oleh cairan dalam ruang tertutup selalu diteruskan ke segala arah dengan sama besar.

Hukum Pascal ini sangat Mujarab Untuk menjawab Permasalaahan seperti Ride Height Devices. Jangankan untuk mengkompress suspensi, Sobat seklaian tentu pernah mencoba Mengangkat Mobil yan bobotnya 1 Ton ( Gaya 10 ribu Newton ) dengan Mudah Hanya mengguankan Dongkrak Tho? Nahh. Jadi Nggak eprlu terlalu heran tombol tekan mengguankan jempol yang paling cuma Kuatnya berapa gitu Bisa mengkompres suspensi Motor MotoGP.

Pict : Mat Oxley

Jadi gambar yang dijepret Mat Oxley di atas adalah unit akumulator hidrolik. Unit Part ini diaktifkan oleh perangkat Knob Putar holeshot di awal balapan dan atau Tombol shapeshifterdi setang kiri. Sobat Bisa lihat tak ada sama sekali peranti elektronik di sana . . Murni Mekanis berupa Kabel Sling baja, Pegas dan Cairan Hidrolik yang tentunya tak terlihat karena berada di dalam Tabung reservoar Alumunium.

Ketika Kob Putar Holeshot ataupun timbol Shape shifter diaktifkan maka Kabel sling akan memberikan Tekanan ke sistem akumulator hidrolik. Akumulator ini dengan Hukum pasca akan mengamplifikasi Gaya Putar/ tekan menajdi gaya yang bisa mengkompress Suspensi depan dan atau belakang.

Namun Walaupun tak terlihat di gambar ada juga sistem yang disinyalir akan Membatalkan Mode Pengkompresan Suspensi ini ketika Pembalap menekan Rem saat memasuki tikungan atau bisa jadi mengguankan sensor mekanis berupa stroke sensor jika sistemnya dijalankan bersifat Semi-Otomatis. Dipercaya Ducati Memiliki satu lagi aktuator seperti ini yang bertugas untuk mengkompress suspensi belakang ( Rear – RHA )

Taufik of BuiteZorg | @tmcblog

38 COMMENTS

  1. Hal y paling sulit untuk mencapai tujuan adalah menggunakan cara yang sederhana ,makanya ini jadinya mahal, gak sejalan dngn kampanye motogp “lebih murah” untuk tim gurem. Coba pakai ilmu yg g sederhana,pakai elektronik, dijamin lebih murah , dan malah masuk ke ekonomian untuk diaplikasikan ke motor sport jalan raya

    • Kalo pake sistem elektronik emg bisa aja lebih murah, tapi bagi pabrikan bersdm jempolan. Yg sdm pas2an akhirnya harus hire ato beli dari pihak ketiga, ya mahal jatohnya.

  2. Masih belum bisa dicerna oleh anal sehat saya. 🤔
    Dongkrak kan naiknya dikit dikit. Lah ini langsung ambles sekali pencet.

    • Dongkrak naiknya dikit karena emg –apa ya ini namanya– tabungnya kecil, jadi tekanan yg diteruskan juga dikit.
      Kan kita gatau bisa aja knop di triple clamp atas yg mungkin cuma seukuran potensiometer itu ternyata terhubung secara langsung dengan diameter yg jauh lebih besar dgn mekanisme ala gas kontan/spontan. Sehingga bisa jadi tekanan –apa ya ini namanya– oil pump-nya jadi lebih luas. Atau bisa jadi oil pumpnya yg digedein entah gimana caranya, sy kurang paham soal teknis.

      Ini cuma gambaran aja kalo sebenarnya emg ga butuh teknologi yg ribet buat sekedar ngompres shockbreaker 5-10cm.

      • Klau dongkrak naik nya dikit2 karena gaya yg diberikan tidak konstan bang
        Ibarat mompa ban pake pompa manual dan pake kompresor,

      • “ga butuh teknologi yg ribet”
        well sepertinya 5 pabrikan MSMA tidak setuju dgn kalimat anda 😅
        seperti yg wak haji bilang teknologi dasar dari RHA ini bukanlah cutting edge technology yg gmn2, mungkin yg dipermasalahkan 5 pabrikan tsb adalah keribetan pengaplikasiannya dan potensi bahaya bagi rider yg menggunakannya, kyknya alat ini juga rawan malfungsi seperti yg dialami Brad Binder di Mandalika kemaren,

        • Bukannya “teknologi jaman batu” ya? Ribet ga tuh? ehehehe. Tp sy terima opini Anda.

          Tp menurut sy KTM (karena setahu saya cuma mereka yg protes) keberatan lebih karena alasan penambahan satu variabel (dalam hal ini FHA) akan berdampak ke variabel lain, dan mereka tidak mau merusak kesetimbangan yg sedang mereka usahakan.
          Just my two cents.

        • Dan namanya inovasi dalam hal kompetisi, ibarat buah simalakama. Diikutin bisa jadi ngancurin apa yg udah ada, kalo engga diikutin kitanya ketinggalan, let’s say 0.0000x detik per lap.

          After all, riset butuh dana dan kepala. Mengalokasikan fokus engineer hanya untuk ngikutin keusilan Ducati gini bisa mengacaukan seluruh project yg sedang jalan seperti yg sy sebutkan di atas.

        • Dan namanya inovasi dalam hal kompetisi, ibarat buah simalakama. Diikutin bisa jadi ngancurin apa yg udah ada, kalo engga diikutin kitanya ketinggalan, let’s say 0.0000x detik per lap.

          After all, riset butuh dana dan kepala. Mengalokasikan fokus engineer hanya untuk ngikutin keusilan Ducati gini bisa mengacaukan seluruh project yg sedang jalan seperti yg sy sebutkan di atas

        • padahal solusinya gampang, gausa diikutin.

          Lebih pilih melarang, anti kompetisi bener wkwk

    • Karena ada yang namanya relief valve, yang bisa mengatur besar kecilnya tekanan yang diberikan. Mirip-mirip setelan langsam karburator itulah sederhananya.

    • Iya nih bang..ane jg kepo…sesingkat itu utk melendutkan suspensi dpn blkg…coz malah sy pikir tuas di stang sekedar control valve yg manfaatin engine oil pressure ato pompa hydraulic terpisah…dimana electric/electronic tak diijinkan regulasi.

    • Aplikasi yg lebih sederhana ada di sasis bis terbaru yg sdh di lengkapi airsuspensi bang
      Atau mau yg lebih canggih ada di sasis keluaran Scania atau Volvo
      Yg bisa diatur tinggi rendah sasis lewat tombol di dashboard pengemudi
      Yg paling modern SDH ada yg lewat sensor elektronik

    • Nah yg ini salah satu pengaplikasian nya yg sederhana dari cara kerja nya
      Atau yg lebih prefer di otomotif, salah satunya di sasis2 bis generasi terbaru yg sdh dilengkapi dengan airsuspensi
      Bisa disetel tinggi rendahnya suspensi dari tombol di dashboard kemudi,,
      Setau sy pengoperasian nya masih statis, ketika bis dlm keadaan berhenti
      Siapa tau nanti ada yg bisa dioperasikan ketika bis berjalan

      • Wak haji kejauhan kasih perumpamaan Dongkrak
        Nah, di setang kanan kan ada perangkat sejenis hidrolik yg bisa membuat kita menghentikan laju kendaraan hanya pake 2 jari.. CMIIW..

  3. Ducati memang pencetus berbagai macam teknologi balap.tapi faktanya yg juara malah yg meniru teknologi tersebut.

Leave a Reply to Kantil simutarmutar Cancel reply

Please enter your comment!
Please enter your name here