TMCBLOG.com – Meski berusia 24 tahun dan di musim ketujuh di Kejuaraan Dunia, Luca Marini pada 2022 sedang dalam masa perubahan. Akhirnya dia bukan lagi “saudara laki-laki dari seorang Superstar”, tetapi hanya sebagai seorang Luca Marini. Bayangan panjang Valentino tidak lagi mengikutinya setiap akhir pekan. Yang Saya dapat katakan bahwa Ia sangat sopan dan penuh dengan ide-ide yang jelas. Meskipun Enea Bastianini adalah pemimpin kejuaraan sementara, Namun bagi Ducati, musim belum dimulai seperti yang diharapkan semua orang. Awal musim 2022 tidaklah mudah bagi pengguna GP22. Luca pun menjelaskan mengenai kesulitan yang ia hadapi di GP22 . .

” Awal yang benar-benar sulit. Saya punya banyak masalah, tidak hanya dengan motor. Dalam kasus saya semuanya baru, proyek, tim, dan staf teknis saya. Potensi itu ada. Saya pikir kami bisa bertarung di depan karena musim dingin ini saya mempersiapkan diri lebih baik dari sebelumnya. Kami butuh waktu, tidak bisa terburu-buru. Sekarang saya merasa baik di atas motor dan ketika saya memiliki perasaan yang baik, saya bisa cepat dan kuat. Jadi kami hanya perlu waktu untuk bekerja sedikit lebih baik. Saya harap saya akan berada dalam kondisi 100 persen sesegera mungkin. Kita hanya harus bersabar. “

” Ducati perlu mendapatkan beberapa data, karena ada hal-hal yang hanya dapat dilihat dan dipahami dalam kondisi balapan. Terutama juga karena kami tidak memiliki cukup waktu pengujian musim dingin ini. Saya pikir setelah empat atau lima balapan , kami akan benar-benar memahami potensi kami. Kemudian kita bisa menetapkan tujuan untuk musim ini. “

Luca Marini menyebut TIM Baru di atas sebagai salah satu variabel Adaptasinya di awal Musim 2022 ini. Ya dia memperoleh beberapa nggota Tim baru yang boleh dibiang berbeda dari yang membersainya tahun 2021 yang lalu Salah satunya adalah Mantan Crew Chief Valentino Rossi yang kini menjadi Crew Chiefnya, David Muniz. Mengenai ini, Luca mencoba menjelaskan lagi . .

” Saya sangat menyukai orang-orang yang bekerja dengan saya tahun ini. Kita harus saling mengenal dan memahami. Saya telah memilih satu per satu setiap anggota tim, jadi bagi saya sekarang ini seperti keluarga. Adalah sesuatu yang kuat untuk berada di garasi bersama mereka. Saya ingin mendapatkan hasil yang baik untuk mereka juga, karena mereka bekerja keras untuk saya. Bagi saya, bagi mereka ; semuanya baru. Semuanya baru… menemukan Desmosedici, elektronik Ducati… tapi yang pasti kita akan sampai di sana. “

Yap Yang dimaksud Luca adalah Walaupun secara pengalaman, Sosok seperti Munoz tentu cukup paham dengan Software Magneti Marelli, namun ketika dikombinasikan dengan mesin V4 tentu ia harus kembali melakukan beberapa setup perbedaan secara karakter torsi mesin V4 dan Karakter torsi mesin Inline 4 pasti berbeda.

Walaupun Mesin ‘tua’ Secara umum Sampai jelang GP Portimao, Enea Bastianini yang telah meraih dua Kemenangan seri Juga sama kondisinya seperti Marini yakni menghadapi Mahluk baru tahun ini yang namanya Ducati Desmoseidici GP21. Dengan segala yang diperoleh Enea apakah Artinya seharunya Luca Memilih GP21 dulu ketimbang GP22 ?

” Ini bukan keputusan saya, ini keputusan tim, Vale… Mereka menginginkan GP22 karena semua orang berharap banyak dari motor ini. Ducati telah bekerja keras dalam setahun terakhir untuk mengembangkannya. Tapi saya pikir mereka akan melakukannya dengan benar, hanya butuh sedikit waktu. “

Luca Juga sedikit mengomentari permasalahan yang sempat dialami rekannya di Akademi, Pecco Bagnaia yang mengalami sedikit permasalahan Saat memulai Musim dengan GP22 dimulai dengan mengambil keputusan untuk ‘mundur setengah langkah’ – pilih GP22 generasi awal yang memiliki Delivery power tidak terlalu bengis.

” Pecco pasti memiliki banyak tekanan. Ketika Anda bergabung dengan tim pabrikan, tidak ada tujuan lain selain menang. Dan ketika Anda belum melakukan pengujian yang cukup, memiliki motor baru, harus mencoba banyak hal, itu pasti tidak mudah bagi siapa pun. Ini bukan salah Pecco, tapi juga bukan salah Ducati. Hanya saja mungkin dengan lebih banyak pengujian, awal musim akan lebih mudah. Saya pikir terkadang Anda hanya perlu menunggu dan tetap tenang; kejuaraan nya sepanjang 21 balapan. “

” Apa yang tampak jelas saat ini adalah bahwa ada kecenderungan memiliki lebih banyak balapan dan lebih sedikit tes. Mungkin ketika seorang pebalap telah puas seharusnya hanya ada sedikit pengembangan motor atau mungkin hal-hal baru seharunya harus diuji [terlebih dahulu] oleh tim penguji dan bukan dengan pebalap pabrikan. Ini Bisa jadi solusi, tapi bagaimanapun sulit untuk mengatakannya. “

Ducati diketahui memiliki stereotipe Motor yang sulit dijinakkan terutama Oleh pembalap Baru pada masa masa dahulu. Apakah hal tersebut masih sama atau sudah berubah?

” Menurut saya,  Ducati telah membuat kemajuan yang baik dalam beberapa musim terakhir. Hari ini, pengendara yang berasal dari merek lain akan bertemu dengan motor yang bagus. Saya pikir bahwa sekarang proses adaptasi bukanlah sebuah masalah “

Luca Juga menjelaskan beberapa hal lain seperti sisi kuat dan lemah dirinya di atas Motor, dan juga tentu masa depannya pasca Musim 2022- apakah masih di Ducati atau ada pilihan lain. hal hal ini bisa juga dibaca di laman berbahasa inggris di tautan ini

manuel pecino

21 COMMENTS

  1. suka ga suka Luca Marini akan selalu di kaitkan dgn Vale dimasa-masa ini , kecuali dia bisa juara dunia di MotoGP atau minimal title contender baru lah dia bisa membawa identitas dia sendiri,

  2. om topik, bahas progress duo satelite KTM donk, keknya adem ayem aja mereka, padahal salah satunya digadang2 punya skill WOW

  3. menurut kesimpulanku saat ini,setelah ditinggal petrix sepertinya generasi Desmo selanjutnya dan selanjutnya semakin tidak ramah dgn pembalap berpostur gala

    jadi jika berandai andai,Rossi tidak jadi pensiun dan menerima tawaran pangeran kurma nasibnya jg ga jauh beda dgn marini,mungkin saja lebih buruk cuma tarung dgn tech3 dan binder muda dibelakang

  4. Bedanya sekarang pentolan di grid itu MM. Jadi orang lebih menyorot AM dibanding Marino

    Pun juga bayang-bayang jurus microphone itu mungkin nanti adalagi

    • Baik Marini, Alex Markus, Darryn Binder apalagi Espargaro bros itungannya cuma pelengkap grid dgn alasan masing2. Ada yg dibikinin tim ama abangnya (anjir sultan jg trnyata), ada yg dikontrak buat nyenengin abangnya, ada yg dikontrak krn murah dan ga perlu cari talent dari tim lain krn tinggal naikin pembalap tim sendiri dari moto3, ada yg cuma krn ktp spanyol ama satunya krn pembalap2 bagus ada yg dicabut lisensi balapnya 4 taon dan rider bagus laen yg ditawarin pada nolak Aprilia. Intinya mereka bukan pembalap papan atas motogp, sesekali nyodok mgkin, tapi ga ikut perebutan gelar kaya yg biasa bercokol di top 3 klasemen akhir.

  5. Seorang Rossi aja dibilang “Ambisimu melebihi bakatmu” oleh kang mancing, gimana dengan adeknya.

    Rider muda yg lain jg pada melempem, Raul, gardner, bejeki, digia. Dorna mungkin perlu memikirkan sistem degradasi buat gusur rider yg gak capai poin minimum akhir musim, wkwkwk

  6. Masuk akal
    Ducati bikin 2 model GP22, apa gak puyeng tuh mengolah data? Beda motor tapi hasilnya sama. GP21 mah enak datanya udah bejibun, plus skill Enea yang luar biasa.

  7. ya sulit jadi click apa mungkin dia terlalu sering latihan di serikuit mugello misalnya pakai R1? bagai mana jika marini pindah ke tim yamaha?

Leave a Reply to ipanase Cancel reply

Please enter your comment!
Please enter your name here