TMCBLOG.com – Sepertinya benar kata Andrea Dovizioso ketika menganalisis mengapa Yamaha M1 begitu klop di bawah kendali pembalap Prancis Fabio Quartararo. Juara dunia 2021 ini terlihat berada di levelnya sendiri selama 25 lap race. Gaya balapnya terlihat memang begitu murni berkembang khusus untuk menangani dan memaksimalkan karakter mesin CP4 Yamaha M1 di setiap tikungan, baik itu tikungan cepat maupun lambat. Mesin inline 4 dengan ‘crankshaft lebar’ memberikan karakter inersia alami yang akan membuatnya begitu lembam ketika mengatasi tikungan (menikung). Saat mesin seperti ini ditangani dengan sempurna lengkap dengan grip terbaik walaupun hanya kecil dan sangat dekat dengan limit maka akan sangat mustahil dikejar khususnya saat di tikungan.

Sampai saat ini walaupun faktanya hanya Fabio yang bisa memaksimalkan karakter mesin CP4 Yamaha M1 ini, SlotoGate masih memperkirakan bahwa pabrikan Iwata tidak serta merta khusus membuat Yamaha M1 Fabio Quartararo-centris. Ini tuh lebih ke istimewanya Fabio dalam menangani karakter Yamaha M1 walaupun secara umum ia selalu memendam keinginan agar Yamaha Iwata menyuntikan top-end power dari mesin Yamaha M1 agar nggak selalu di-bully mesin mesin V4 di straight.

Tapi pada dasarnya, ngapain takut sama top-speed mesin V4 kalau dalam kenyataannya mesin V4 ‘kojel-kojel’ mengejar defisit laptime parsial mereka di setiap titik tikungan melawan mesin mesin inline 4. Artinya mesin V4 nggak akan sempat mengejar walaupun faktanya top speed mereka lebih tinggi sebanyak 10 km/jam dari meisn inline 4 sekalipun (cek data di atas).

Jadi pada dasarnya Yamaha sampai sekarang tetap pada khitah mereka yakni membuat motor dengan karakter cornering speed yang biadab! Mungkin mereka tahu dan sudah mengumpulkan banyak literasi dan juga hitungan statistik fakta maupun secara simulatif bahwa jika menguasai tikungan, maka kalah 10 km/jam di straight pun tak jadi masalah. Oleh karena itu terlihat bahwa ocehan Quartararo selama ini mengenai top speed seperti tidak digubris oleh Iwata. Bukannya Yamaha nggak mau bikin motor kencang di straight, namun yang mereka inginkan membuat paket paling seimbang secara keseluruhan.

Masih ingat pesan Takahiro Sumi di awal musim 2022 ini? “Ekspektasi pembalap yang kompleks memang benar adanya. Kami juga memiliki perasaan krisis pada situasi ini. Meningkatkan kecepatan maksimum dan membuatnya sedikit lebih mudah untuk bertarung di trek lurus (straight) adalah prioritas tinggi [buat Yamaha].”

Takahiro Sumi : Yamaha M1 masih akan prioritaskan Corner Speed ketimbang Top Speed

”Namun, jika anda kehilangan kekuatan seperti kecepatan tinggi saat berbelok (cornering speed) – yang merupakan kekuatan [kami] saat ini – waktu putaran akan dengan mudah turun bahkan jika kecepatan saat lurus meningkat beberapa kilometer/jam, jadi saya [masih akan] mempertahankan kekuatan saat ini. Selain itu, mengatasi kelemahan adalah tantangan teknis yang besar, tetapi kami bekerja keras untuk menangani tugas yang sulit itu.”

Balik lagi ke soal Quartararo, sepertinya benar bahwa pembalap Perancis ini menangani puntiran grip gas kanan yang diteruskan ke kombinasi kabel/sling Ride By Wire dengan sangat gentle. Yamaha M1 butuh betotan gas yang halus ketika keluar tikungan karena limit dari traksi edge grip di sisi samping luar ban Michelin sangatlah tipis. Jika terlalu brutal, maka akan melewati treshold grip dan menyebabkan ban akan slide saat melakukan akselerasi. Sebelum Dovi bicara, dulu Valentino Rossi pun sempat beberapa kali mengutarakan analisanya mengenai spesialnya Quartararo menangani grip gas Yamaha M1 ini.

Hasilnya? 80% race pace Fabio Quartararo direngkuh dalam angka 1:39-an dan hanya 20% yang masuk ke angka 1:40-an. Ini tuh exceptional banget dan berada di level yang berbeda dibandingkan pembalap lainnya. Grafik di atas sangat memperlihatkan konsistensi race pace Fabio semenjak lap ke tiga sampai sekitar lap ke 21, ketik setelah itu terlihat Fabio mulai mengendurkan sedikit gasnya.

Tapi walaupun begitu ada benarnya juga jika memang sampai saat ini baru Fabio Quartararo saja yang bisa mengemulasi dan memaksimalisasi karakter dan bahaya laten keunggulan CP4 di tikungan ini. Dovi tahu teorinya, namun Ia belum pada level menguasainya secara praktek. Secara umum sampai saat ini posisi tawarnya tuh lebih menguntungkan di sisi Fabio Quartararo dalam hal negosiasi masa depannya pasca 2022. Selamat sahur bro!

Taufik of BuitenZorg | @tmcblog

70 COMMENTS

      • Ditambah saat race kemarin 2 kebalakang lebih sering terjadi battle hingga fabio mendapatkan kesempatan untuk mempelebar gap waktu, M1 memang bagus disaat depan itu kosong bisa memaksimalkan cornering speed, beda cerita kalau didepan ada rider, harus menyesuaikan pengereman dengan yg didepan sehingga pace tidak maksimal, makanya fabio tetap memerlukan top end untuk menyalip, karna menyalip ditikungan menguras tenaga dan ban

        Kasus sentris menyentris ini memang agak aneh, Marc dri awal sudah langsung klop dengan RC213V racikan Dani, setelahnya memang mendapatkan masukan dari marc, tapi bukan langsung begitu saja menyentris, karena basisnya sama dari 2013, beda cerita 2022 ini, RC213 mengalami perubahan jelek menurut saya,mendapat masukan dari Pol, tapi Pol tidak lebih kompetitif, intinya ya bukan soal sentris menyentris, ini kemampuan rider untuk bisa beradaptasi, mengerti dengan motornya

  1. So it’s safe to say, he is another aliens from another planet? Serius ngeliat pace dia kemarin malem itu sekilas ngeliat JL bawa M1

  2. lanjut kontrak sih harusnya, krna gw ga yakin soalnya Fabio bisa cepet adaptasi di motor lain apalagi udah pasti dia pembalap utama klo masih dengan Yamaha dan pasti enginer juga kerja atau ga tinggal diam begitu saja dengan masalah top speed

  3. dan ini semua bisa dicapai kalo Fabio punya posisi start yg bagus dikombinasikan dgn start yg sukses, dan disempurnakan dgn berhasil lepas dr pasukan Ducati,

    • dan Keadaan cuaca, Karena grip tipis saat mau akselerasi ini juga butuh keadaan Trek yang kering dan Bagus kalau mau maksimal

    • Tapi gimana pun juga bukan nya rins yg berduel dgn taro sperti tahun kemarin, malah mir yg kurang memanfaatin kelebihan suzuki. Kliatan banget begitu mudahnya taro overtake mir dilintasan lurus. Gak tau deh apa yg terjadi kalau rins start di grid 2 gantiin mir, soale start digrid 23 bisa finish 4.
      Taro kayaknya lebih alien dari pada marquez, cuma dia doang yg punya gaya latebrake yg sulit ditiru rider lain, halus dan gak grasak grusuk, ditambah lagi track yg naik turun juga membantu taro semakin menjauh ampe 6detikan dari yg lain, bukan faktor motor yg udah lebih hebat dari yg lain, soale dari top speed, taro berada nomor 2 paling bontot ngalahin mir. Dan rider yamaha lain kliatan buruk semua hasilnya. Taro paham akan hal itu, pasti doi pengen yamaha nambahin topspeednya selain nambah gaji gede juga 😄

  4. Sektor 3, dan terutama sektor 4, taro dan M1 luar biasa. Start yang baik sangat penting. Cuma ada 1 ducita didepannya (jarwo). Setelah nyalip semir, trek depannya kosong jadi bisa getok palu.

  5. Kalo tergantung tangan kanannya berarti susah cari pengganti fq20 kalo dia pindah atau pensi nanti, berarti Yamaha dah bukan motor ramah bagi pembalap

    • ya bisa dibilang begitu,, M1 saat ini bukan M1 yg ramah rookie lagi kyknya, M1 saat ini butuh rider super spesial kyk lord Hohe dan Fabio, rider yg bisa riding dgn sempurna menggunakan tepi terluar dari grip ban,

  6. berarti kurang lebih kita mengetahui perbedaan pendekatan Yaamha dan Suuzki di inline 4 mereka,

    -Yaamha memaksimalkan corner speed dgn konsekuensi top speed rendah dan kurang cocok utk Overtaking banyak rider terutama rider Duck,
    -Suuzki memaksimalkan top speed dgn konsekuensi corner speed ga gitu kenceng dan kurang bisa diandalkan utk time attack tapi lebih bisa diandalkan utk overtaking banyak rider,

  7. Nggilani hampir tiap lap di 15 lap akhir si taro bisa menjauh hampir sekitar 0,5 second dari rider di belakangnya,asal race kering si Yamaha emang masih bisa di bilang jago,tp kalo trek basah memble banget.

  8. Juara 2 dan seterusnya seperti bawa motor moto2.
    Next di sirkuit Eropa yang ramah M1, Fabio harus mendulang Point maximal.

  9. Di sektor 4 sebelum nyalip mir kelihatan banget bagaimana spesialnya corner speed M1. lihat mir geol² ban belakangnya fabio buntutin & slipstream dan berhasil overtake (lupa lap berapa). yang mana zarco butuh beberapa lap buat overtake mir

  10. Tambahin dikit aja speednya biar bisa sedikit fight di trek lurus.5 kpj lagi kek…apa ya corner speed bakal berkurang drastis ya .

  11. bener tuh analisannya.. mesin i4 harus mengalir dari satu tikungan ke tikungan lainnya. Fabio jarang menurunkan gas terlalu dalam saat pindah tikungan. Jadi saat motor v4 mgkn turun ke rpm 5000. Harusnya mesin inline bisa dijaga di 6000 rpm atau lebih. Menurut saya ini juga rahasia spesial tanganin mesin inline4.

      • “It was really hard to push in this race, I was struggling to attack. After my good start I was just trying to get the best position possible, and I sort of went into defence mode,” Mir explained.

        “From the first or second lap I started to feel that something wasn’t right. I started to have a lot of movements on the front, which got worse and worse and worse. The front part of the bike was really on the limit.”

  12. Seperti saya tulis, Dovi sangat tahu teori memaksimalkan M1, cuma memang Teorinya belum sampai . . . mungkin karena Muscle memorynya masih V4 banget gegara kelamaan di Ducati yes ?

  13. pace nya Mir selama race aneh sih. kaya ga percaya diri buat push. sedangkan Rins bisa ngejar barisan depan kaya Marc kemaren bner2 luar biasa.

    • itu karena suzuki jrg start barisan depan. sekali nya start di front row jadi gugup. percaya lah kalau anda jadi pembalap mau pembalap kampung atau apalah itu lebih enak mengejar daripada dikejar. tapi ga tau sih

    • mir ada problem di front end motornya, dia punya pace pun kalah telak dibanding taro, bahkan di overtake di straight, padahal topspeed dia punya, dia gak punya pace lebih, separuh balapan pit box order mapping 2 yg artinya bertahan pada pace segitu, kalo gak disapu miller dia konsisten dapat top5..
      sijuki memang gak bagus kalo start di front row, karena ridernya terutama rins itu entertaining banget, mental fightnya persis marc kalo dia punya pace, jadi bagusnya juki start di second row menurut gue

  14. Apa kabar dengan Morbidelli? Semenjak ditinggal Om Forcada, makin melempem. Padahal 2020 kan cukup moncerr. Masa buat nilai fctory sama team cuma ngandelin FQ20?

  15. cuaca mendukung kayaknya, dry race, suhu gk tinggi amat, trek bersih hbis hujan, selain quartaro, rins sm aleix jg ok pace nya.. rins dr tengah mrangsek k depan mski trbantu crash yg lain, aleix d berapa kesempatan jg jd yg trcepat d pack depan..
    morbidelli udh brp race msh mlmpem aj yak, harusnya impresi m1 gk jauh beda sm taun2 sblumnya..

    • iya om, mengaca kemarin di Mandalika..habis basah malah grip makin paten,,
      jadi bisa disimpulkan ya kalo kondisi Ok ya…yamahmud juga Ok….wakakaka
      jadai lebih banyak variable eksternalnya ya?

  16. berarti Yamaha hrus bs membangun geometri motor yang mampu meningkatkan grip ban belakang, biar semua pembalap Yamaha bs kompetitif?

  17. track yang jelas gak oke buat M1 itu sementara Aragon, Sachsenring, Austin, Argentina, Spielberg, kurang dari separo seri balapan, asal di tempat lainnya selalu podium ato bahkan menang, peluang FQ juara dunia lagi tetap terbuka

Leave a Reply to ipanase Cancel reply

Please enter your comment!
Please enter your name here