TMCBLOG.com – Fabio Quartararo memimpin championship sementara MotoGP 2022 setelah 5 seri berlangsung. Ia memimpin championship walau berbagi 69 poin yang sama dengan Alex Rins dan hanya dengan satu kemenangan saja bila dibandingkan dengan misalnya Enea Bastianini yang sudah dua kali menang dalam 5 kali balapan MotoGP 2022. Fabio Quartararo sepertinya mengalami evolusi mentalitas sepanjang tahun 2021 – 2022 ini. Ia seperti tahu apa yang ia miliki dan memberikan gaya berkendara apa yang sesuai dengan apa yang ia miliki (Yamaha M1).

Selain masalah teknis berkendara yang sudah sangat lugas kita bicarakan di dua artikel sebelumnya (testimoni Dovizioso dan analisis pasca race) ada hal lain berupa mentalitas membalap yang juga terevolusi dalam diri pembalap Perancis ini. Berikut ini Fabio menceritakan apa yang berubah dalam hal pendekatan balap dan mentalitas dirinya dari 2021 sampai 2022 ini berdasarkan pengalaman yang ia peroleh di dua tahun pertama 2019-2020 MotoGP.

“Sejujurnya di Austin, sebelum kami memulai balapan, Saya tahu bahwa ini akan berat dan akan sulit untuk meraih kemenangan. Race pace saya bagus, bukan yang terbaik namun bagus. Dan saat memulai saya berkata ‘lihatlah berapa pun posisinya saya akan memberikan 100% saya dan ini yang saya lakukan [kala itu], dan saya finis P7.

Seperti yang saya katakan sebelumnya saya tidak super-senang dengan raihan P7, namun saya telah melakukan yang terbaik. Di 2019 – 2020 ketika saya terpuruk maka saya akan terus terpuruk. Dan [mulai] tahun lalu (2021) ketika saya terpuruk, saya berusaha untuk kembali untuk bisa finish P7, P8 atau P9 seperti layaknya itu hasil podium.”

“Menurut saya inilah perubahan paling masif yang saya lakukan semenjak tahun lalu di Jerez ketika saya mendapatkan masalah arm-pump saya finish di point tertentu, namun poin tertentu itu adalah 3 poin. Dan pada akhirnya 3 poin itu, seperti juga di 3 balapan yang telah kita lakukan P9 di Qatar, P8 Argentina dan P7 di Austin dan kami sekarang memimpin championship. Menurut saya balapan seperti ini biasanya mengecewakan namun di akhir tahun biasanya semua itu terbayar.”

Taufik of BuitenZorg | @tmcblog

30 COMMENTS

  1. Fabio ini orangnya emg agak ekspresif, terbukti dia terkadang menangis haru saat podium 1 seperti kemaren, makanya dia terkadang terkesan banyak ngeluh di media,

  2. Yam bisa juara kalau racing line selama lomba tidak dihalangi motor di depannya, strateginya harus kabur di lap awal

    • Memang begitu karakternya. Unless sudah menguasai banget elektronik dan software yg digunakan, jangan memaksakan untuk minta topspeed untuk si M1. Akibatnya bisa jadi Vinales 2.0

    • 42ins/M1r yang penting kompetitif, kemaren kurang beruntung, Mir ada masalah di bagian depan dan disenggol, dan Rins kurang beruntung di posisi grid. motor udah bagus, mudah2an juara.

  3. ini asal tiap seri selalu pole dan pas start gak kena sandwich geng Ducati dan dibelakang aleix bakalan ngeri,podium terus

  4. Lihatlah ducati yg langganan juara top speed, apakah pernah jawara championship selain 2007? Yamaha mengandalkan Torque dewa utk berakselerasi.. oh iya.. pernah nonton film judul torque ga?? Bagus kan?? He..he..he..

  5. Yamaha be like : buwaaaat apa top speed jika defisit wkt di straight bs dibayar lunas ketika di tikungan..ini balapan di trek,bukan balapan drag brayy..

    Hihiii..

Leave a Reply to Kesi Cancel reply

Please enter your comment!
Please enter your name here