TMCBLOG.com – Dari sisaisisa crash yang dialami oleh Franco Morbidelli saat race weekend MotoGP Assen 2022 yang lalu, akhirnya terungkaplah kira-kira seperti apa bentuk sistem untuk me-deploy rear ride height device untuk Yamaha M1 via foto yang sempat diambil oleh jurnalis Belanda -Peter Bom. Cekidot deh sob.

Peter sempat memberikan keterangan dan penjelasan singkat mengenai part ini. “Seperti yang terlihat pada motor pasca crash dari Franco Morbidelli di MotoGP Assen: Bagian dari perangkat ride height belakang semi otomatis M1. Saat (knob ride height) diaktifkan oleh pembalap setiap saat sebelum tikungan, maka sistem akan mengaktifkan sistem ride height belakang pada saat yang tepat saat motor keluar tikungan. Tidak ada pengaktifan elektronik yang diizinkan.”

Terlihat dari foto, di mana aktuator sistem ride height adjuster Yamaha M1 memiliki dua silinder dari paduan aluminium dengan warna emas. Silinder kanan yang paling panjang disinyalir adalah silinder pemisah hydro-pneumatic (udara dan oli), dengan udara dan oli dipisahkan oleh piston dan ditutup oleh katup Schrader. Sistem pneumatik disinyalir hadir karena sistem ini dapat mengendalikan tekanan hidraulik yang nilainya cukup tinggi.

Sistem hidraulik ini (hydro-pneumatic) bekerja pada tekanan besar – lebih dari 100 bar atau 1.500 psi – dan ini tuh cukup buat untuk menaikkan dan menurunkan bagian belakang dengan cara memaksa suspensi me-compress atau de-compress (dekompresi).

Yang jadi pertanyaan adalah, bagaimana caranya tanpa menggunakan elektronik namun sistem ini hanya baru ter-deploy ride height devicenya ketika keluar tikungan, bukan persis ketika tombol dipencet? Nah parts berwarna alumunium agak persegi panjang yang terletak diatas dua tabung silinder emas ini lah yang diperkirakan punya andil mengaktifkan secara semi otomatis – mekanis peranti ini. Mungkin ia berhubungan ke sebuah stoke sensor mekanis di suspensi belakang? Yang pasti tidak boleh elektronik. Silahkan dikunyah-kunyah dan share pendapatmu sob.

Taufik of BuitenZorg | @tmcblog

29 COMMENTS

  1. semi otomatis, kalo yg Vinales kemaren full otomatis ya ??

    tp jujur meskipun banyak yg ga suka dan rawan failure tp mengingat kalo ini hasil dr buah pemikiran enginer atau insinyur yg harus memikirkan sebuah alat yg efektif tanpa melanggar regulasi2 yg ada, bagaimana mereka harus mencari jalan memutar hanya demi 0.01 detik itu emg harus diapresiasi sih,,

  2. Regulasi nya yg ga boleh menggunakan mekanisme elektronik/full otomatis ,tp kalo semi otomatis boleh ya wakaji …

    • full otomatis ini ga harus elektronik gan, kyk diatas yg semi otomatis juga sama2 ga ada elektronik nya,
      mungkin kuncinya ada di stroke sensor mekanik yg kyk gambar diatas itu,
      cmiiw

  3. memang susah bikin kompressi sebesar itu diaktifkan cuma pake jari tanpa dibantu electronic, opsi paling mudah dimengerti ya pake pump hidrolik yg dihubungkan ke crankshaft atau ke lainnya, atau dengan tabung kompressor

    • Udah resiko kalo crash gitu,ga bisa menghalangi hak jurnalisme,kecuali kalo fotografer nya emang sedia buat fotonya dibeli pabrikan biar ga terpublikasi.
      Makanya kalo motor habis crash ada yg langsung ditutup kain saat dinaikkan ke atas pickup

  4. Blom ada berita ttg transfer rider lg wak? Atau gosip disetopnya akses data telemetri GP21 tahun2 sebelumnya buat EB23 sehingga performanya akhir2 ini kian datar cenderung turun

  5. Ducati tanpa aero winglet sebelah aja topspeed turun dan susah belok..luca marini merasakan efect besar nya stlh dsenggol joan mir,.berarti bener ducati aprilia ketolong banget sama aero2 ini,.
    Kalo aero dihapuskan maka dadah bye2 dikepretin pabrikan jepang..skrg ikutin alur ftv darno dl

  6. Teknologi simpel sebenarnya. Yang sering main SPM (Special Purpose Machine), Pressure Vessel, atau Karakuri pasti ngerti.

    Atau simplenya sistem hidrolik di tempat-tempat cuci steam mobil motor

  7. Mungkin ada gear+pegas yg muter ketika swing arm melendut. Sistem kerja kaya operan gigi sepeda gowes (naik gigi ditekan tuasnya,,agak berat, nah pas turunin gigi tinggal pencet tombol sederhana klik-klik). Nah pegas inilah yg ngasih tekanan besar fluida ke sistem RRH. Jd RRH cuma dipake ditikungan² tertentu, gak bs semua tikungan krn nunggu pegas tsb mentok.

    Begitu sih kayalan sy yg kalo ulangan fisika selalu remidi.

  8. Mungkin sistemnya bekerja dengan mengunci katup di dalam silinder tersebut, yang diaktifkan secara manual dan dapat lepas ketika ada tekanan saat mengerem saat memasuki tikungan, tekanan bisa berasal dari berbagai part motor yang terpengaruh/bergerak ketika pengereman.

  9. Suatu hari nanti di masa depan, orang2 akan melihat pembuat regulasi balap ini adalah orang2 berpikiran kolot yg menolak kehadiran teknologi suspensi aktif, atau minimal suspensi elektronik. Padahal di saat yg sama teknologi ini sudah bisa dibeli di dealer mokas. Ironi balapan prototype.

    • Nah bener bgt, mekanis jauh lebih ribet,mahal,dan rawan mallfungsi daripada elektronik. Jd knp dilarang? Kalo krn biar hemat biaaya jd g masuk akal

  10. Hanya enggineer jenius yg bisa ngakalin celah regulasi. Secara teknologi emang jaman batu krn full mekanis, tp justru tingkat kesulitannya disini. Belajar mekanika dasar seperti pengungkit aja udah bikin mumet. La ini meneruskan gaya dngn fluida,

  11. Stabilizer atau mounting atau apalah itu di mata saya sekilas terlihat seperti bambu mainan waktu jaman masih sd 🤣

  12. Mungkin sistemnya macem winch pto yang memutar pompa hidrolik. Terus bisa aktif atau nonaktif dengan menekan atau melepas tuas RHA.

Leave a Reply to Sanjaya Cancel reply

Please enter your comment!
Please enter your name here