TMCBLOG.com – Diawali pada musim semi 2019 Triumph berencana untuk membuat kendaraan listrik. Lanjut pada bulan Maret 2021 beberapa parts sempat diumbar seperti rangka/sasis, motor listrik dan baterai, sebulan kemudian sketsa awal hadir plus kisi-kisi power maksimum 175-hp (130-kW), kapasitas baterai 15-kWh, dan pengisian daya 0-80 % dalam waktu kurang dari 20 menit, sampai akhirnya di awal 2022 brand asal Inggris ini merilis bentuk prototipe awal yang memang bentuknya mirip Street Triple. Dan adalah pembalap juara Daytona 200, Brandon Paasch yang beruntung bisa menguji prototipe ini di trek balap.

Brandon Paasch berupaya mencari tahu apakah angka angka teoretis awal sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi saat di atas motor. Ia berkata; “Respon throttle pada TE-1 luar biasa, sangat ber-torsi dan ketika anda pertama kali menyentuh throttle, tenaga yang keluar sangat instan, yang jelas merupakan apa yang saya sukai sebagai pembalap motor – saya suka torsi besar dan langsung keluar begitu saja, jadi bagi saya itu adalah pengalaman yang sangat hebat.” kata Paasch. “Saya membentot motor ini dari nol hingga 100 persen throttle dan itu luar biasa cepat, itu menarik, seperti orang gila.”

Dengan bobot motor seberat 220 kg (485 lb) dan kenyataan bahwa dimensi fisiknya sebanding dengan atau bahkan bahkan lebih ramping dari Street Triple, prototipe Triumph TE-1 berpotensi menjadi motor sport listrik yang teratas di kelasnya. Walaupun dari pihak Triumph sendiri masih merahasiakan teknologi yang mereka pakai, paket baterai 360-V memainkan peran penting dalam rampingnya TE-1 namun sangat padat akan energi.

Besar kemungkinan hal ini ada hubungannya dengan kolaborasi Triumph dengan Nyobolt terkenal akan kesuksesan mereka mengembangkan kelas baru teknologi baterai lithium-ion bertenaga niobium. Baterai ini Bisa di charge 0-80% dengan waktu 20 menit dengan jangkauan per-sekali charging sanggup tembus 161 km.

Mengenai motor listrik 175 hp-nya sendiri yang memiliki bobot hanya 10 kg merupakan hasil dari pengujian menghasilkan torsi puncak 109 Nm (80 lb.ft) dan menawarkan kinerja akselerasi 0-60 mph (0-96 km/jam) selama 3,2 detik, dan 0-100 mph (0-160 km/jam) pada 6,2 detik. Cepat juga nih setara dengan Speed Triple 1200 dengan akselerasi 0-100 mph yang bahkan lebih cepat.

Taufik of BuitenZorg | @tmcblog

18 COMMENTS

  1. Asalkan desain akhir menyerupai convensional vechicle, nggak pake aneh-aneh, nggak pake wagu, peralihan minsdet konsumen dari motor bakar ke EV nggak ribet.

  2. Nanti bila balap motogp listrik ,pakai aturan teknis yg sekiranya adil bgmn yak wak ?
    Misal Seperti aturan motogp sekarang cc max.1000 ,bobot max, single elektronik dll
    Sekarang bobot motor listrik seperti lbh berat dr mesin motogp saat ini

    • Kemungkinan motogp beralih ke listrik lebih ke mustahil, nantinya kendaraan pun cuma bakal dicari bahan bakar alternative krn nyatanya listrik itu sendiri mulai dari nambang bahan baku batre, produksi, charging, dan sumber listrik itu sendiri menurut hitungan para ahli justru punya carbon print lebih banyak ato anggap aja setara ama bahan bakar fosil. FYI aja nih info dari salah satu junior yg sealmamater ama gw dan skrg masih tinggal di Jerman, di yurop terutama di Jerman lagi gencar riset bahan bakar berbahan dasar air alias hidrogen, paralel jg ama riset bahan bakar sintetis dgn komponen utama etanol.

      • Sepakat soh ini.. lebih memilih ke bahan bakar alternatif yang bisa diperbaharui ketimbang dengan baterai.. kecuali ngehasilin listriknya pake kincir angin atau kincir air.. itupun masih ada penambangan bahan baku baterai.. dan limbah baterai yang tidak bisa didaur ulang.

  3. kayanya ga sampe 5 tahun motor listrik uda jauh lebih efisien dari minyak yang naik2 terus. dan kalo uda mulai pada beralih pasti itu minyak makin mahal.

    calon seliter 50rb. tinggal orang2 hobi doang deh nanti yang masi pake minyak.
    20 menit uda bisa 80%. 5 tahun lagi 5 menit 80% pasti

      • ane ada baca dikit artikelnya programnya uda dari taon 75 katanya.
        tapi. begitu harga minyak naik, dia ikutan naik dong. walau memang masi lebih murah dari minyak.

        dan lagi ada masalah baru yaitu belum ada ekspansi baru untuk produksi tambahan dalam waktu dekat.
        lalu sampah sisa dari tanaman yang dipake dikalkulasikan cukup banyak melepas carbon juga. ya ini baru 1 artikel ya yang ane baca

Leave a Reply to anang Cancel reply

Please enter your comment!
Please enter your name here