TMCBLOG.com – MotoGP dan WSBK buktikan bahwa bukan motor tercepat yang tampil sebagai pemenang. Sebelum ditanya soal diksi ‘tercepat’ kami mau luruskan dulu koridor ‘motor tercepat’ di sini dikonotasikan dengan kecepatan tertinggi atau top speed. Sobat sekalian, Fabio Quartararo di awal musim MotoGP 2022 terus medawamkan ke Iwata bahwa mereka membutuhkan sentuhan akhir yang hilang di YZR-M1 yakni top-end power yang diejawantahkan ke top speed. Yap, Yamaha M1 dikenal sebagai motor yang berada di posisi papan bawah jika bicara soal top speed. Bahkan lumayan jauh dari sesama pengguna mesin inline-4 Suzuki GSX-RR. Yang terjadi di MotoGP pun sebenarnya setali tiga uang dengan apa yang terjadi di WSBK.

Jika kita bisa melihat data-data dari top 3 pada 6 balapan di Most dan Donington Park WSBK 2022 terakhir, kita bisa tahu bahwa Yamaha R1 yang dibesut oleh Toprak Razgatlioglu memiliki top speed yang sekitar 5-10 km/jam lebih kecil/rendah dari top speed Panigale V4R yang dibesut Bautista.

Namun memang kelemahan ini ditutupi oleh stabilnya R1 dalam hal pengereman dan karakter Toprak yang memiliki kelebihan sebagai pembalap yang paling telat melakukan pengereman di ujung straight.

Ini jelas kembali membuka kembali tema perbincangan mengenai mana yang lebih dibutuhkan dan dipilih. Top speed di straight atau kencang di tikungan. Memang sih karakter ini bisa dipilih posisi tengahnya, namun yang pasti dua karakter ini nggak bisa dipilih secara berbarengan, harus salah satu.

Kencang di ujung straight atau kencang di tikungan. Dan salah satu yang cukup memberikan pencerahan mengenai bagaimana pabrikan melakukan pengembangan mesin khususnya jika berkaca di MotoGP adalah Romano Albesiano yang racikan Aprilia RS-GP nya pada paruh musim pertama musim 2022 ini bisa dibilang lumayan balance.

Romano kepada Manuel Pecino berkata : “Saya akan memberi anda beberapa data. Selama satu musim, rata-rata waktu MotoGP yang dihabiskan dengan throttles terbuka sepenuhnya (gas pol di straight) adalah antara 8 dan 14%. Ada pengecualian Spielberg dan Buriram, yaitu sekitar 24%.”

“Tambahkan ke fakta ini bahwa motor MotoGP sepanjang musim lebih dari 30% waktunya berada pada sudut lean (kemiringan) tinggi. Dengan kata lain, kinerga maksimal dari mesin terjadi katakanlah, rata-rata 12% per lap. Sepanjang satu putaran, kinerja sepeda motor tergantung pada faktor lain. Tetapi hati-hati, memiliki mesin yang kuat adalah penting, ya, karena 12% bukan persentase yang dapat diabaikan dan anda juga harus memperhitungkan bahwa mesin yang kuat membantu anda menyalip.” – Taufik of BuitenZorg | @tmcblog

40 COMMENTS

  1. Wow… mmg dbtuhkan pembalap yg mampu menambah persentase kekuatan motornya.. dan memperkecil kelemahan motornya juga

  2. Bukan motor tercepat jaminan juara..
    Tapi prmbalap yg telAt ngerem DAN.MOTOR YG bisa diajak stabil di tikungan dan di paksa telat ngerem..he…he..
    Pontennya ungk.pembalap 95
    Motor 85…

  3. Lebih ke pebalapnya sih, bisa memaksimalkan motornya. Buktinya teman-temannya gak pernah ke sorot 1 frame kamera setelah 10 laps ke atas.

  4. Toprak lah yang bermental Juara, pemakai si Biru yg lain jauh di belakang, demikian juga Si Hijau hanya Rea yg selalu di depan.

    • Klo menurut gw sih lebih ke kecocokkan dgn motor. Saat ini cmn toprak yg bisa maksimalkan potensi R1. Sama halnya dgn cmn fabio yg bisa maksimalkan M1 dan cmn Marc yg bisa maksimalkan RCV.

  5. Wsbk tgl bikin sisi entertain gaya2 rossi dulu auto wadidaw..selebrasi unik,adu vokal di mic,semua prlu gimmick.. motogp hrs juga gregets

  6. krn sirkuit bukan cuman lurusan doank, kecuali sirkuit drag,,
    power is nothing without control,
    lap time is more important than a top speed

  7. Judulnya ambigu dan agak ga sesuai ama isi artikel sih, klo cepat di balap itu mutlak yg paling cepet nginjek garis finish entah itu kombinasi topspeed ama cornering speed, ato cuma salah satunya intinya. klo yg dibahas di artikel cuma 1 variabel yaitu topspeed. Jangan kata balap sirkuit, di drag bike aja yg jelas cuma lurus motor yg punya top speed tinggi belon tentu paling cepat masuk finish kok.

    • kenapa tuh? karena yang penting akselerasi? kecepatan rider lepas kopling saat start (kecuali matic)? ato gimana tuh?

      • Klo di drag sih akselerasi ama power band yg lebar ato bahasa kita napasnya panjang. Anggap yg satu topspeed 140, satunya 135, tapi yg duluan nyampe finish bisa aja yg 135 kalo dia akselerasinya lebih badak, misal yg topspeed 140 ternyata untuk nyampe 100kpj butuh 7 detik, Sementara yg 135 ternyata utk raih 100kpj cuma butuh 6 detik. Udh mangkas banyak kan.

    • Tuh liat temen gua, si akang!! Komentar berbobot… Karena pengalaman bukan asal googling, dia dulu kecemplung ke dunia balap, akhirnya bisa keluar dan hidup bahagia dengan baca artikel

      Walaupun kadang gak bisa diterima orang lain karena nyenggol junjungannya!

      Kadang-kadang dia gak ngakuin gw temenan juga sih 🤣

  8. Karena balapan dilakukan dalam sirkuit dg layout sedemikian rupa (ada straight dan corner).
    Ada sirkuit dg porsi corner lebih banyak, ada juga yg sebaliknya.

  9. Sebaik2nya motor, bisa mendukung rider
    Sebaik2nya rider, bisa menutupi kelemahan motor
    Kompetisi bukan diskrit antara motor atw antara rider
    Tetapi kombinasi keduanya, bahkan peran tim sbg pihak no 3 tidak jarang ikut berpengaruh
    Yg menang yg kombinasinya kuat n konsisten

  10. M1 & R1 itu menang torsi, karakter mesinnya udah kaya EV atau mesin diesel, torsi cenderung linear & instan, karakter ini bikin cornering speed lebih cepat ketimbang mesin yang karakternya main rpm atas macam Desmo atau V4R.

    Cuma opini pribadi aja.

    • Inline screamer topspeed, inline crossplane torsi, sementara V4 torsi ama topspeed. Sejarah munculnya crossplane di gp kan krn ada suatu pabrikan yg nyari cara buat bikin mesin inlinenya mendekati karakter V4 ama V5, torsi emg badak tapi topspeed jadi terkebiri dikit.

    • klo ga salah torsi badaknya ini ketolong sama “momen kosong” dimana ada saat posisi roda yang nempel ke aspal tidak terjadi ledakan mesin dalam waktu yang lebih lama dibandingkan posisi lainnya (bingung jelasinnya klo tanpa gambar). sementara di inline itu (asumsikan) seluruh posisi roda terjadi ledakan mesin dengan interval yang sama.

      ibaratnya si rider ga dikasih napas buat ngerasain grip roda belakang klo di inline, sedangkan di crossplane (meskipun torsi lebih besar) ada saat dimana roda bisa dapat grip lebih.

  11. Kok berasa artikelnya ngegantung lg kek kmrn ya? Takira bakal panjang x lebar nih, kebayang seru analisisnya hmmmm

  12. team & pembalap yang menentukan, baru tau di podium wsbk ada national anthem construktor motornya, cuma jepang & itali (kapan2 indonesia)

  13. Kalo liat moto3 yang Topspeed rendah kaga mampu ke front row wak???… Yaa Topspeed rendah banyak faktor-faktor sih

  14. makanya kalo mau speed cornering enaknya pakai motor yamaha, handlingnya enak, hampir semua dr metik bebek ampe jaran goyang 155vva kek gitu, njir malah kek sales wkwk

Leave a Reply to Tahu pletox Cancel reply

Please enter your comment!
Please enter your name here