TMCBLOG.com – Pada artikel preview MotoGP Silverstone 2022 dua hari yang lalu TMCBlog sudah sedikit bercerita mengenai karakter dari 5,9 km sirkuit Silverstone yang dibangun di atas dasar bandara militer perang dunia ke-2 RAF. Dilihat dari jenis tikungannya, Silverstone adalah sirkuit flowing yang secara karakter alamiahnya akan cukup ramah dengan motor yang memiliki platform mesin 4 silinder segaris yang crankshaftnya sudah tentu lebih lebar dari mesin V4.

Yamaha secara umum menang 8 kali di sini termasuk 5 kali dengan motoGP 4 tak (3x Lorenzo, 1x Rossi & 1x Quartararo) diikuti oleh Suzuki yang memenangkan race di Silverstone sebanyak 6 kali termasuk tahun 2016 dan tahun 2019. Khusus soal Suzuki, sobat bisa bayangkan betapa Suzuki dengan mesin inline 4 yang baru berumur belum genap 2 tahun pun bisa menang di sirkuit ini via Maverick Vinales kala itu. Fakta-fakta ini memang sangat memperkuat bahwa dasar karakter natural dan organik dari Silverstone itu memang Yamaha M1 dan Suzuki GSX-RR banget.

Bagaimana soal mesin mesin V4? Di era MotoGP tercatat hanya beberapa kali mesin V4 menang di Silverstone. Satu kali Ducati tahun 2017 oleh Dovizioso dan dua kali oleh Honda yang disumbangkan masing-masing oleh Casey Stoner dan Marc Marquez.

Saat ini tuh lagi berkembang banget diksi bahwa melihat dekatnya disparitas karakter dari mesin V4 dan inline 4 MotoGP. Maka hampir tidak bisa lagi kita melakukan dikotomisasi dari sirkuit inline 4 atau sirkuit V4. Jikalau dilihat memang mungkin ada benarnya. Hal ini dikarenakan secara umum mesin mesin inline 4 kian memperkecil gap performa dimana mereka kalah dari V4 seperti top speed misalnya. Sementara mesin mesin V4 jumpalitan mencari cara baik itu mekanis maupun software untuk bisa menyamai kencangnya mesin inline 4 menikung. Oleh sebab itu hadirlah downwash duct Ducati ataupun aerofairing ground effect dari Aprilia.

Khusus untuk motor bermesin V4 di Silverstone, TMCBlog memang secara umum sedang fokus mau melihat progres lanjutan dari Aprilia. Kekepoan ini bukannya tanpa dasar, yang pertama tentu karena performa Aleix Espargaro dan RS-GP 22 memang sepertinya sedang berada pada mentalitas yang tinggi. Selain itu Maverick Vinales juga sedang memiliki kepercayaan diri yang tinggi akan performanya . . dan satu lagi . . tahun lalu dengan RS-GP21 yang belum sesempurna RS-GP 22, Aleix Espargaro berhasil meraih podium pertama buat Aprilia di Silverstone. Singkat kata kalau dengan RS-GP 21 saja bisa kenapa nggak dengan RS-GP 22 coba?

Satu lagi jangan sepelekan juga Alex Rins di sini. Modal ngalahin Marc Marquez dalam sebuah dog fight plus posisi podium finisher tahun lalu tentu akan menjadi penyemangat tersendiri bagi Rins agar Suzuki bisa memiliki kenangan bagus di momen terakhir mereka di Silverstone pada kategori balap motor tertinggi.

Taufik of BuitenZorg | @tmcblog

14 COMMENTS

  1. Yess. Beneran deh penasaran sama performa aprilia.
    Seneng juga rasanya bisa sesuai dengan bahasan tentang BritishGP yg udh gw buat video nya disini.
    Izin share ya wak haji
    https: //youtu.be/QyhijZlRsxw

  2. Sementara Mesin Mesin Inline 4 jumpalitan mencari cara baik itu mekanis maupun sofware untuk bisa menyamai cepatnya Mesin inline 4 menikung..

    Ada yg salah ketik wah..
    Hehehe

  3. apa Quartararo bakalan pakai mode damage limitation nantinya ?? atau malah pakai mode menggila ? yg jelas hukuman LLP utk dia bener2 ga layak sih,,
    kalo Aleix ga bisa manfaatin momentum ini kyknya emg dia ga layak juara dunia,

    • Kalo ngomongin layak ga layak, pake motor konsesi dan baru kompetitif skrg aja udh nunjukin dia ga layak jurdun. RS-GP layak jurdun krn performanya, sementara Aleix bisa bertahan di posisi 2 klasemen aja udh bagus krn prestasi itu melebihi kemampuannya yg ketutup performa motor. Tapi tebakan gw bukannya jurdun, Aleix bakal turun ke posisi 4 bahkan 5 klasemen. Ini udh masuk paruh musim kedua, pabrikan laen udh pada update motornya dan pembalap laen udh lebih fokus ngejar poin. Yg mateng dan yg skilled yg bakal kompetitif di paruh musim kedua.

  4. Kita lihat aj spt apa 3 race ke depan. ( Silverstone, Austria, dan Misano ). Bila gap Aleix dan 20 semakin mengecil. Mungkin Aleix menggebuk di Aragon. Dan bila gap Aleix dan 20 setelah 3 race kedepan semakin melebar jaraknya. Maka tak ada yg bisa mencegah 20 utk jurdun kedua kalinya. Karena 20 kuat di Motegi, Buringram dan Malaysia.

Leave a Reply to Topic Cancel reply

Please enter your comment!
Please enter your name here