TMCBLOG.com – Terlepas dari apakah benar atau tidak Pihak regulator sedang mencoba ‘menggiring’ Kejuaraan ke sisi Pabrikan Eropa, sepertinya adalah benar bahwa MotoGP mungkin sedang dalam Tahap transisi dari era kekuasaan Pabrikan Jepang ke Era kekuasaan Pabrikan benua Biru. Nah Jika sinyalemen ‘ bantuan ‘ dari regulator mungkin agak sulit untuk dibuktikan Kebenarannya, Mungkin analisa dari Salah seorang Crew Chief Legendaris MotoGP yang sudah malang melintang dari Jaman Dua tak bersama Alex Baros di Repsol Honda sampai akhirnya mengikuti jejang Dovizioso di RNF Yamaha yang saat ini Jobless . . Ramon Forcada . . ini ada benarnya.

Saat ini Mungkin Ramon Rorcada adalah salah satu orang yang paling tahu apa yang terjadi di Internal Yamaha, sebuah pabrik di mana, selama dua tahun, hanya ada satu pembalap yang kompetitif: Fabio Quartararo. Menurut Ramon, bakat pembalap Prancis itu membantunya untuk memaksakan adaptasinya ke prototipe yang dalam kenyataannya sulit ditaklukan pembalap Yamaha Lain. Dan dia yakin bahwa Yamaha dapat menjembatani kesenjangan itu lebih cepat dengan mengadopsi apa yang disebutnya sebagai pola pikir yang lebih ‘Bergaya Orang Latin’. Maksudnya Gimana ?

“ . . . Ada kekurangan mentalitas Latin,” kata Ramón dalam analisisnya di DAZN tentang apa yang terjadi di Yamaha. “Saya telah banyak bekerja dengan orang Jepang dan mereka selalu mencari kesempurnaan. Ketika Anda berada di merek Jepang dan mereka membawakan Anda sekrup 6 maka sekrup itu akan sempurna & tidak akan pernah rusak.

Tetapi jika mereka membawanya kepada Anda dari Ducati, mereka akan carikan dari Toko Hardware, dan jika rusak mereka memberi tahu Anda ‘kami akan membelikan yang lain, jangan khawatir’, dan Anda akan mendapatkannya dalam sehari, tetapi orang Jepang akan memakan waktu tiga bulan. Dan itu setengahnya kehidupan di sini”.

Morbidelli bersama Ramon Forcada

Menurut Ramon, Idealisme kesempurnaan ala Jepang tidak lagi efektif dalam kejuaraan saat ini di mana solusi dan inovasi teknis datang lebih cepat dan lebih cepat, terutama dari pihak Parbikan asal Eropa. Forcada juga mencoba menambahkan masalah lainnya yang khas tim asal Jepang: ketakutan mereka jika mungkin bisa melampaui ( & Menyalahi) peraturan, sesuatu yang tidak terjadi di pabrikan asal eropa terutama di Ducati.

” Mereka seharusnya tidak terlalu takut membuat kesalahan “ Kata Forcada ” Di Ducati, hal-hal yang tidak berhasil di sana sini. Jika  datang satu berhasil, itu karena mereka telah mengujinya selama tiga bulan, dan ketika mereka merilisnya, yang lain, tiga versi lagi telah siap dirilis.  Saya telah memberi tahu mereka ( Yamaha )  bahwa jika mereka membawa sepotong [part] dan tidak berfungsi, tidak akan ada salah satu dari tim akan marah”

Lorenzo dan Ramon Forcada

Ramon forcada sendiri adalah Sosok Crew Chief bertangan dingin yang sempat Mengasuh Alex Barros di tim Repsol, menemani Tohru Ukawa di Camel Honda Pons dan kemudian pindah ke kotak Tim LCR selama masa Casey Stoner dan Carlos Checa. Pada tahun 2008 ia pindah ke Yamaha bertepatan dengan kedatangan Jorge Lorenzo, dan sejak itu Forcada tidak berhenti bekerja dengan pembalap dan tim pabrikan Iwata sampau kemudian di Petronas SRT dengan Morbidelli dan terakhir di WithU RNF bersama Andrea Dovizioso. – Taufik of BuitenZorg | @tmcblog

44 COMMENTS

  1. Ini juga yang saya pikirkan, mungkin mentalitas atau cara mereka bekerja dalam membuat motor sekarang kurang bisa relevan dengan regulasi serta tuntutan yang ada sekarang

  2. Wkwkwk,motor Eropa emang jagonya rewel tapi sparepart nya… Mahal dan susah juga sih wkwkwk

    Jadi ingat film bakuon,motor Ducati sespan nya suka banget rewel sampe pelayan nya bilang kalo gak rewel bukan Ducati namanya

  3. Setelah baca artikel ini saya putuskan gak jadi beli Ducati…dr awalnya mau beli Ducati peningpale saya berubah pikiran untuk beli Revo koperasi.. trimakasih Mbah Ramon forkadal

  4. Terkhusus Ducati, saya tak pernah menemukan mereka benar2 strugle dgn ban sejak era Michelin dan juga gak pernah ngeluh ttg elektronik sejak ECU d seragamku yg kebetulan sama2 dimulai Thun 2016. Tentu pabrikan ban dlm meriset ban ny butuh test atau melihat data motor takutnya motor ducduc lh yg jadi acuan utamany begitu juga dgn ECU motor ducduc lh yg d jadikan acuan utamany makanya ducduc gak pernah bermasalah dgn kedua area ini hingga bisa fokus mengotak Atik area lain dlm hal ini aerodinamika, disaat pabrikan Jepang Pusing 7keliling mengakali ban Michelin dan ECU magneti

      • Perkara dah paham duluan ini, make sense kalau didengungkan saat tahun awal awal penyeragaman ecu

        Kalau sampe sekarang masih jadi alasan pabrikan lain, “KLEAN SEMUA BERAPA TAHUN KEMANA AJA ?”

        • Awal pakai MM hodna dan yahama strugle bro.sampai teknisinya lembur sampai malem.sampai harus ngebajak teknisi ducati yg paham MM.tapi tetep aja yv juara motor jepang

        • iya kan sudah saya bilang kalau pake alasan itu pas tahun awalawal pake ecu pirelli ya make sense, tapi kan ini udah tahun ke berapa mosok mau alasan itu mulu

  5. Mungkin pabrikan jepang kaku terhadap regulasi(?) Karena disaat era regulasi gabegitu ketat pabrikan jepang all-out coba segala macem inovasi mesin sasis dll, tapi setelah motor allout itu overpower dengan menang secara berturut turut regulasi langsung membanned hal tsb, mungkin dri situ juga “mungkin” mereka pabrikan jepang gamau membuat langkah inovasi besar”an karena takut dicegat regulasi di musim selanjutnya

  6. Contoh real nya adalah betapa sekarang Jepang sudah kalah di pasar elektronika oleh pabrikan China dan Korea. Pasar otomotif juga mulai dibayang-bayangi. Bisa jadi yg disampaikan si mbah Forcada ini benar adanya.

  7. Wkwk yg dibilang forcada itu persis sama yg dibilang quartararo yg artinya jg terjadi di pabrikan junjungan lu.. masih sempet sempetnya nyinggung pabrikan lain.. susah sih pemikiran fenboy beginian🤣

  8. Yg dia bilang persis seperti komentar marquez quartararo sama bradl.. intinya jepang terlalu konservatif..

    Perkara kedatangan part yg lambat ini menarik.. dulu lorenzo minta sayap tanki sama ducati datangnya baru musim depan, kalau minta sama hrc race depannya sudah dikabulin..

  9. Bener sih… Kalo jepang masih dengan gaya kaku nya bakalan ketinggalan di jaman sekarang ini. Emang sih itu budaya jepang banget, taat aturan, penuh perhitungan, dan takut disalahkan. beda dengan pabrikan eropa yg lebih rebel, berani bikin dobrakan, dan ga takut bikin inovasi walaupun itu kadang salah….

  10. Yang cocok harusnya mekanik indonesia klo masalah akal mengakali wak apalagi soal baut/mur apalagi salah dikit ukuran speleng dikit gpp hehehe just kidding wak haji

  11. mungkin ini ada kaitannya dgn budaya Jepang yg terobsesi dgn kesempurnaan, mereka terbiasa efisien dan tidak membuang-buang resource, mereka punya inferiority complex yg bukan membuat mereka minder tapi malah membuat mereka harus selalu melakukan sesuatu dgn sempurna dan kalau mau sempurna tentu harus bener2 dilakukan dgn sabar dan teliti seperti halnya menempa pedang,
    tapi yah hal diatas sebenarnya ga berlaku di zaman keemasan ekonomi Jepang di era 60an sampai 80an akhir,, krn waktu itu mereka punya resource yg bisa dibilang melimpah, jadi pabrikan Jepang dulu bisa berinovasi dgn bebas dan makanya dulu produk Jepang bisa dibilang nomor satu dibidang inovasi,

  12. Intinya pabrikan jepang takut operpower dan menggila kalo jor2an,berikutnya di banned kn amsyong..budaya jepang mmg gitu tapi skrg mulai bisa terbuka,kalo dbikin bebas lagi opa darno yakin dominasi Honda+Yamaha gk terbendung dan pabrikan eropa bisa mundur alon2

  13. Dari sisi motor emang saat ini ducati bisa dibilang motor paling kompetitif. Cuman apes mereka ga punya pembalap alien aja.
    Disisi lain pabrikam jepang amat sangat bergantung sama ridernya, motornya cuma bisa di maksimalin sama satu pembalap aja.
    Klo tahun ini pabrikan eropa yang juara, fix bener2 harus ada perubahan di pabrikan jepang.

  14. Makanya jepang kl sdh nyetel dan top akan brkuasa bbrp tahun, buka jurdun thn ini trus puasa bertahun² kmudian.. krn jepang dibuat dgn sempurna.

  15. Kejuaraan dunia separo milik eropa dan separonya milik Amerika, Ibarat kata pabrikan jepang kan cuma tamu & dibanding pabrikan eropa yang statusnya “tuan rumah”, bayangin kalo anggap aja rumah sendiri, rasa takut itu bisa tidak ada

  16. tapi yang jurdun pembalap motor j terus. emang pernah ya pembalap motor e juara?

    walau konservatif tapi jurdun mulu itu pabrikan dari j.
    kwkwkwwkwkk jadi bagus apa jelek?

Leave a Reply to iman787 Cancel reply

Please enter your comment!
Please enter your name here