TMCBLOG.com – Aleix Espargaro jelang GP Motegi berada di posisi tiga klasemen dengan jarak 17 poin ke Quartararo. Dari 15 seri pertama MotoGP 2022, Aleix sudah 6 kali podium termasuk sekali menang di Termas de Rio Hondo, Argentina. Yang juga cukup menarik adalah Aleix belum pernah mengecap finish podium dua sementara ini. Penampilan Aleix solid, namun sepertinya berbagai masalah hadir dan membuatnya terlihat kurang konsisten. Mengapa bisa demikian?

Pada press conference pra balapan seri ke 16 di Motegi Aleix Espargaro yang tampil bertiga dengan Quartararo dan Bagnaia memberikan penjelasannya mengenai ketidak-konsistenan ini. “Ya, senang bisa kembali naik podium. Terutama, ini merupakan dorongan kepercayaan diri yang ekstra.”

“Saya struggle di Misano dan Austria dan saya cukup puas dengan penampilan saya, finish di posisi keenam di sirkuit yang sulit di MotoGP saat ini tidaklah mudah. Jadi tidak apa-apa. Tapi untuk finish di podium, terutama setelah akhir pekan yang sangat sulit dengan dua kecelakaan pada hari Jumat, keluar dari Q2… Itu bukan akhir pekan yang mudah bagi saya tetapi untuk mengelola dan menempatkan motornya di podium pada hari Ahad adalah hal yang bagus.”

Mengenai ketidak-konsistennya di tengah musim, Aleix mengaku “Saya harus ungkapkan, katakanlah, di pertengahan musim, ketika saya mulai finish di podium di setiap balapan, saya mulai merasakan hadirnya tekanan karena saya menyadari bahwa saya memiliki beberapa kesempatan untuk memperjuangkan gelar ini hingga akhir.”

“Tapi sekarang, saya sedikit lebih santai, saya sangat menikmati tahun ini – dengan keluarga saya ketika saya tidak balapan, juga ketika saya balapan – setiap menit tahun ini, saya tidak akan pernah lupa dalam hidup saya, jadi inilah mengapa saya merasa santai. Saya tahu saya akan memiliki peluang, jadi saya hanya mencoba melakukan hal yang sama seperti yang saya lakukan dari Qatar: jangan membuat kesalahan, nikmati sebanyak mungkin, dan santai .”

Yap, perasaan tekanan/pressure yang hadir ketika pembalap mulai sering podium lah yang menjadi handicap performa pembalap yang mengunakan helm KYT ini di tengah musim. – @tmcblog

22 COMMENTS

  1. yah wajar sih,, dulu2nya mungkin dia ga punya ekspektasi kalo bisa jadi title contender,, “I’m living in a dream” katanya,
    tapi setelah sadar ternyata se indah itu, tekanan malah makin kuat apalagi dia udah ga muda lagi, untung dia ga meledak-ledak kyk Quartararo 2020,

  2. Kan dah ogut bilang, pebalap yang pernah jurdun dikelas pemula itu udah modal kuat buat jurdun di motogp, karena mereka pergi dengan pressure saat dulu jurdun.

    Kalo yang gak pernah jurdun otsomatis gugup berlebihan,
    Contohnya nakagami start front row, tapi saat race berantakan.

    Jadi tinggal di data pebalap motogp saat ini yang punya gelar jurdun, dia itu punya mental kuat pastinya, .. Mau dibilang jurdun dibawah persaingan lemah syahwat.. Itu cuma komentar tidak relevan dan sangat sumbang lebih ke nyinyir satu orang.

    Jurdun ya jurdun!!.. Karena dia melawan lebihh dari 25 pebalap bukan 15 pebalap!

  3. Kalo dia tukeran motor ama Quartararo ato Enaena, 2 orang itu bakal jauh diatas pucuk klasemen dan Espargaro cuma mentok di posisi 16. Teori pembalap > motor itu cuma teori Rossi biar ga dibilang jurdun krn make motor paling bagus dimassanya, begitu zonk di Ducati nyalahin motor bukan nyalahin skill sendiri. Nyatanya klo liat Dovizioso dan Batistuta, motor jg berperan bikin papan tengah jadi title contender, apalagi motor konsesi, backmarker (kata Sofuoglu) aja bisa jadi title contender. Laen cerita dia sepanjang karirnya selalu jadi title contender apapun motornya, baru murni skill. Podium Espargaro kemaren jg sedikit byk ketolong chaos dari Marquez, bukan krn mentalitas doi, mentalitas doi ya maen aman. Klo punya mental juara gamungkin pake motor konsesi cuma juara seri sebiji, itu jg lg2 faktor beruntung krn tim2 gede pada ngelembur akibat freight telat nyampe Argentina. Klo ngomongin siapa paling luck musim ini, ya Espargaro. Tapi jurdun di musim normal dgn skill yg you knowlah, mustahil cuma bergantung faktor luck. Hayden, Criville, ama Roberts Jr. aja yg dibilang luck jg skill mereka bukan papan bawah.

  4. Taro juga dulu gitu. Begitu langganan finish di posisi top, datanglah tekanan itu. Terus godek kayak layangan putus. Sampe nyewa psikolog (atau psikiater ya istilahnya) baru deh kuat lagi.

Leave a Reply to izanagi Cancel reply

Please enter your comment!
Please enter your name here