TMCBLOG.com – Pembalap dari tim Monster Energy Yamaha MotoGP yang juga pimpinan sementara championship – Fabio Quartararo menjalani Grand Prix Thailand yang sulit akhir pekan lalu, ia hanya bisa melewati garis finish di urutan ke-17 di sirkuit internasional Chang. Rekan setimnya Franco Morbidelli mengamankan poin di urutan ke-13 sementara Cal Crutchlow dan Darryn Binder masing-masing finish di urutan 19 dan 21.

Seperti yang kita ketahui, hujan lebat melanda Sirkuit Internasional Chang pada Ahad sore ketika balapan dimulai. Start dari baris kedua di grid Fabio Quartararo memiliki awal yang menantang atau bisa dibilang sulit. Saat melewati kerb basah di tikungan empat, pembalap Prancis itu kehilangan kendali sehingga terus merosot posisi 17 pada akhir lap pembuka.

Berusaha tetap tenang Quartararo tetap melanjutkan balapan, tujuan terdekatnya adalah untuk mengambil poin dan mencoba membatasi kerugian yang terjadi pada posisinya di  klasemen pembalap. Sayangnya, terlepas dari upaya terbaik yang ia lakukan sepanjang 24 lap berikutnya, ia tidak dapat membuat kemajuan dan melewati garis finish di tempat ke-17. Yang jadi pertanyaan, kenapa ini bisa terjadi? Kenapa di Buriram 2022 Quartararo tidak bisa mengulangi performa baiknya saat laga di GP Mandalika 2022?

Bicara soal Miguel Oliveira yang memenangkan balapan di basahnya Buriram, dia memang pantas dijuluki the rain master. Oliveira memiliki teknik berkendara yang mulus dengan pengendalian terhadap throttle yang halus. Karakter ini pas buat RC16 hanya dalam keadaan hujan/basah. Dalam keadaan trek kering, KTM RC16 memiliki karakter yang liar dan kecenderungan mengambil line yang lebar saat menikung. Dalam keadaan basah entah kenapa karakter motor saat di lintasan kering di atas bisa tertutupi. Mungkin juga karakter line menikung dengan radius lebih lebar RC16 cocok dikombinasikan dengan gaya lembut Oliveira dalam mengendalikan throttle gas.

Itu Miguel Oliveira yang bisa membawa karakter tersebut dari Mandalika ke Buriram. Nah yang jadi pertanyaannya adalah kenapa Quartararo juga nggak bisa mengulang performa bagusnya di Mandalika ke Buriram, padahal kondisinya kurang lebih yaaa, sama lah. Perkiraan dari jawaban ini adalah karena karakter permukaan aspal dari sirkuit Mandalika yang sangat berbeda dengan permukaan aspal dari sirkuit Chang di Buriram.

Walaupun banyak dikritik habis sana dan sini, namun menurut TMCBlog berdasarkan beberapa informasi dari dua gelaran balap dunia yang diselenggarakan di sirkuit Mandalika, kombinasi aspal impor dan batu dari pulau Sulawesi memberikan grip basah yang bisa jadi salah satu yang terbaik di dunia. Silahkan tanya pembalap WSBK ataupun MotoGP yang sudah balapan dalam kondisi basah di Mandalika, umumnya mereka mengakui keunggulan grip saat trek basah di Mandalika.

Balik lagi ke Fabio Quartararo. Ia memang pembalap yang luar biasa cepat, ia bisa cepat dalam keadaan trek kering dan trek basah. Namun syaratnya ia butuh grip. Yamaha M1 sendiri punya sejarah yang sulit terhadap grip ban belakang semenjak zaman Valentino Rossi ke sini. Quartararo hadir dengan gaya khususnya yang tidak pernah bisa direplikasi oleh Rossi, Vinales, ataupun Morbidelli. Quartararo bisa menari-nari di atas motor, memindahkan bobot tubuhnya kesana dan kemari dikombinasikan dengan permainan bejekan throttle dan rem untuk bisa memberikan dan mentransfer kebutuhan bobot yang diperlukan roda belakang dalam mendapatkan edge grip terbaik dengan aspal khususnya dalam rangka memperlebar benefit Yamaha dalam cornering speed.

Namun ya itu dia, ternyata dengan segala upaya dan ‘magic’ yang dilakukan Quartararo, terungkap juga bahwa Yamaha dan Fabio butuh kuasa dari alam. Dalam hal ini karakter grip dari aspal trek juga berperan penting. Aspal trek Chang – Buriram dalam keadaan basah memang bagus, namun suka nggak suka harus diakui tidak sebagus sirkuit Mandalika. Selain itu secara umum kondisi basah akan memutar bandul benefit lebih banyak ke mesin V4 karena umumnya semua motor lintas bentuk platform mesin (inline 4 atau pun V4) secara adil sama-sama sudah seperti motor tua saat bertemu tikungan alias pelan. Namun kemampuan di straight adalah sesuatu yang membedakan kedua mesin ini. Dan memang kejadian juga di Chang – Buritam dimana tidak satu pun mesin inline-four berhasil finish di posisi sepuluh besar. – Taufik of BuitenZorg | @tmcblog

55 COMMENTS

    • Mungkin karena di Mandalika karakter sirkuitnya lebih mengalir dan tidak ada straight lurus panjang.
      Ditambah lapis perkerasan asphalt di Mandalika ditengarai memiliki grip dgn ban yg cukup bagus, sehingga mungkin bisa membantu kepercayaan diri Quartararo saat mengoptimalkan kelebihan mesin Yamaha dalam melakukan rolling speed di tikungan.

        • gak niruin ritual yg bunyuiin mangkok kuningan,tapi dia pake cup noodle sebelum turun balap itu kali bikin AC dilangit gak merestui dia

  1. Kuncinya emg terletak di lap pertama sih, habis kena senggol Miller langsung kececer kebelakang doi habis itu injak kerb yg buat doi harus ngendurin throttle, kyknya Miller balas dendam krn di Mandalika justru Fabio yg nyenggol Miller sampai kena ceramah habis2an waktu cooling down lap, wkwkwk 🤣
    Frankie yg sedikit lebih baik nasibnya, sempat bertahan cukup lama di top 10 meskipun ujung2nya harus finish di luar top 10,

    • bisa setuju bisa juga ngak setuju, liat saja pak RT walopun sempet drop d posisi buncit tapi dia bisa finis d papan tengah

      kemaren fabio memang bener² berantakan race pace nya, kalo gak salah selisih 1-2 detik dari miller yg ada d depan, selisih segitu tuh jauh banget

      aku blom liat data race pace fabio apakah jeblok terus atau d lap² tertentu saja
      tapi melihat hasil dia yg sulit sekali bertahan menunjukkan kalo memang dia konsisten lambat sampe akhir

  2. Bahas jg dong apa yg terjadi sama Berzecchi, kok bisa2nya dari race leader dlm beberapa lap aja malah kececer jadi nol poin.

  3. dulu waktu di Mandalika bertarung untuk dpt poin, sekarang posisi di Buriram bertarung untuk juara dunia,
    pasti lain menghadapinya

  4. 3 track terakhir dan semuanya kadang-kadang wet race, kalo masih gak mampu kayak di Mandalika, cuma keajaiban yang bisa menyelamatkan dia dari kejaran para rival.

  5. Olivera dan Jack, saat hujan kalau saya amati (di tv tentunya) setelah melewati Apex tikungan langsung sesegera mungkin menegakkan motornya sembari berakselerasi, jadi tidak sambil miring-miring…
    Cmiiw

  6. mungkin itulah kenapa Marquez saat hujan lebih percaya pake swingarm carbon dibanding aluminium,karena karakter carbon yg lebih rigit jadi lebih menghadirkan grip yg konsisten dibanding aluminium yg bisa melintir

  7. waktu WSBK Mandalika tahun kemaren, dah keliatan, baru kali itu liat balapan basah kayak di trek kering aja, ritme nya cepet, dan banyak overtaking, tidak ada yg keliatan terlalu hati2, dan waktu Motogp tahun ini juga sama, ban Pirelli ato Michelin sama2 bagus, seharusnya trek2 modern sifat aspal nya harus seperti Mandalika, ujan2 pun tetep seru ditonton

    • Drainase mungkin agak payah, tapi di Buriram gravelnya bagus banget, batunya bulet-bulet, bukan pasir dan bukan batu tajam

    • aslinya karena trek baru yg maap2 kata pake kerikil ga sesuai spek, jadi sebenernya itu aspal abrasif. cuma kalo kering ketutup debu proyek aja jadi seolah ga abrasif normal2 aja malah cenderung licin. begitu ujan jelas selalu bersih itu aspal, karakter yg macam amplas lsg keluar.

  8. penyebab king Fabio amsyong di seri thailand :
    1. startnya kurang bagus/kurang mulus

    2.saling bertegur sapa dgn bang Jek🤭, hingga dilewati banyak pembalap

    3.di cipratin air oleh 16 pembalap yg ada di depannya yg menyebabkan pandangan terhalang/terbatas

    4. kurang nekat😆🤭

    • kalo boleh menambahi @Dalidul, tentunya points diatas adalah POV yg sah sah saja disampaikan. tapi aku akan komen (cenderung) di sisi subyeknya yaitu F1/4.

      Di awal-awal tahun lalu dengan performa yg luar biasa dengan pangkal ujungnya tercapai gelar jurdun, diraihlah puja puji yg disandang bagi kedirian F1/4 yaitu *memiliki sensitivitas sensor yg unik* hingga bisa memaksimalkan M1 (yg saat itu dikomparasikan dg 46 yg gagal dgn M1).
      Dengan (asumsi) teknis yg dihandle oleh para expertise di bidang masing-masing sudah di set-up terbaik dalam menghadapi berbagai lintasan, (bagiku) ada satu ganjalan yg cukup berarti yaitu kemampuan menghadapi lintasan basah (hujan).
      keadaan yg terjadi di buriram barusan menjadi PR tersendiri bagi manajemen F1/4 bisa mengatasi hal tersebut. apakah faktor nya diluar F1/4 (sebagaimana dikupas di artikel diatas) ataukah internal F1/4 dirinya sendiri…? “Masih menjadi Titik penasaran ”
      who knows 😄

  9. Beda momen.
    Di mandalika masih balapan diawal² sedangkan di buriram balapan sudah masuk tiga perempat musim.
    Bukan rahasia kalo yahama itu selalu moncer diawal musim balap dan loyo dipertengahan atau akhir musim

  10. tebak-tebak buah manggis saya…
    – Fabio dan Pecco masing-masing bakal ketiban 0 point’ lagi di antara PI atau Sepang (yg juga bakalan wet race)
    – Miller bakalan menang di PI
    – Valencia akan jadi balapan paling drama antara jagoan Yahama, jagoan April, dan saling tikam antara 3 jagoan DucDuc
    – di Valencia, Lord Mamakes lagi2 bakal jadi game changer dan Joker yg berpengaruh ke point’ championship kelima rider

    • wkwkwk gembong epbeha mendukung pembalap Yamaha pemirsa, sebuah fenomena langka yg hanya terjadi sekali dalam seperempat abad.

      • Faktanya emang beha anti italy dan anti sesuatu yang berhubungan dengan simbah..makanya kadang2 mereka dukung taro,kadang Asep kadang juga dukung bestia walaupun italy tapi gak ada kaitannya dengan simbah. .

  11. Penasaran cobi ku aa, di tes komparasi semua merk bensin full to full. Penasaran, karena setelah ada kenaikan harga sy jadi keterusan pake terus spbu asing

  12. Pas lagi nunggu ujan ada wawancara (lupa ke siapa) bahwa dia bilang yamaha kalau hujan + hangat itu bagus. Tapi hujan + dingin belum teruji.

  13. Satu lagi Brad binder si anak bengal, yang ngilang di race basah kali ini, kirain bakal ngulang di Motegi formasi terdepannya

  14. Rupanya Darno masih mengharapkan balapan basah di Mandalika, nempatin bulannya klo gak akhir musim hujan, ya di awal musim hujan,
    1. Lumayan banyak entertainment nya,
    2. Lebih adem, karena pinggir pantai tropis dan tanah Padang rumput
    3. Aspal klo kering protol, klo basah nge grip 😁

    • Kalo mau adem ya pas musim kemarau, juli/agustus adem kena angin dr australi

      Oktober ya malah pas panas2 nya matahari di khatulistiwa

  15. uda habis masa inline. sudah tidak relevan. keunggulannya uda sangat tipis dan sirkuit, cuaca tertentu. sudah tidak bisa dominasi sejak JL terakhir

Leave a Reply to Retower Cancel reply

Please enter your comment!
Please enter your name here