TMCBLOG.com – Dalam balapan MotoGP ke-152nya pada hari Ahad kemarin di Phillip Island, Marc Márquez mengamankan podium kelas utama ke-100 dengan finish kedua. Itu berarti dia finish di posisi Top-3 dalam 65,8% balapan yang telah ia lakukan di kelas MotoGP semenjak musim 2013. Hanya Valentino Rossi (199), Jorge Lorenzo (114) dan Dani Pedrosa (112) yang memiliki lebih banyak jumlah podium di kelas premier dari Marc. Marc Marquez harus menunggu hampir setahun setelah kemenangan terakhirnya di GP Emilia Romagna pada 24 Oktober 2021 sebelum ia berhasil naik ke podium MotoGP untuk ke-100 kalinya.

Podium dua Marc di PI juga menandakan buka puasa podium tujuh bulan untuk Honda semenjak finish tempat ketiga Pol Espargaro di pembuka musim di Qatar pada bulan Maret 2022 yang lalu. Team manager RHT, Alberto Puig memberikan analisanya; “Yang paling penting adalah kami melihat Marc dengan kecepatannya yang sebenarnya lagi, dia mampu menunjukkan DNA aslinya. Itu artinya dapat berjuang untuk meraih kemenangan,”

“Dari sudut pandang tim Repsol Honda dan HRC kami sangat senang untuknya dan tentu saja kami senang bisa kembali ke puncak. Namun fokusnya ada pada dia karena kita tahu betapa dia menderita. Kami sangat menghormati dan mengagumi upaya yang telah dia lakukan untuk kembali ke bentuk semula dan tampil di level ini.”

“Untuk semua alasan ini kami akan terus bekerja untuk masa depan, untuk menghasilkan motor terbaik dan membawa gelar kembali ke Honda. Itu komitmen kami sebagai perusahaan yang menjadi pemimpin di dunia balap,” tambah Puig.

Mengenai jalannya balapan di Australia, Alberto Puig memberikan penilaiannya “Balapannya tidak secepat yang kami harapkan, tetapi tentu saja menyenangkan untuk ditonton dari luar. Itu adalah balapan di mana kami bisa melihat semangat dan potensi Marc di trek yang sangat menuntut seperti Phillip Island. Kami hanya kehilangan sedikit kecepatan, jadi kami harus dan kami perlu mencatat dengan jelas apa yang kami lihat. Akhirnya, jelas kita harus bereaksi.”

Puig juga mengomentari pilihan ban yang tidak biasa dari pemenang MotoGP 59 kali itu, yang merupakan satu-satunya di lapangan yang mengambil risiko dengan ban belakang lunak. “Biasanya pembalap spesial tahu apa yang harus mereka lakukan dan Marc tahu apa yang dia lakukan ketika dia memutuskan. Sebelum balapan itu bukan pilihan gila, tapi mungkin sepertinya itu bukan keputusan yang tepat. Dari sudut pandang saya, itu tidak mengejutkan. Pembalap tahu ban mana yang terbaik dan pembalap spesial lebih tahu. Tim Repsol Honda sangat senang karena dia mengerti apa yang harus dia lakukan.”

Dan Alberto Puig pun mengungkapkan prediksinya mengenai balapan di Sepang akhir pekan ini buat RHT dan Marc. “Malaysia tidak akan mudah, balapan ini akan sangat menuntut mesin, kondisi yang sangat berbeda dibandingkan di sini (PI). Ketika anda memiliki pembalap seperti Marc, yang kembali bugar dan jelas merupakan pembalap spesial, anda tidak akan pernah bisa menyingkirkannya. Itu tidak akan mudah tetapi kami akan pergi ke sana dan melihat apa yang terjadi. Aspek yang paling penting adalah dia meningkatkan kondisinya dan Honda perlu memberinya alat untuk melakukan apa yang dia mampu.” – @tmcblog

49 COMMENTS

  1. Battle terjadi krn motor marc under speed dari motor yg lain.. Dan ini baik utk race, tapi klo rcv kenceng ya gak ada battle pasti di tinggal berkebon2 rider lain.

  2. “Kami hanya kehilangan sedikit kecepatan, jadi kami harus dan kami perlu mencatat dengan jelas apa yang kami lihat. Akhirnya, jelas kita harus bereaksi.”

    berarti salah satu agendanya bikin mesin yg lebih bertenaga lagi?

    pak Bradl, mana nih pak Bradl?,gak ikut test bareng Pirro dan Pedrosa kah?

    • naghasima duluan yg nyoba rcv 2023 baru kemudian Bradl dan setelah itu beru dah d test pemblap regulerny. itu yg membuat update pabrikan Jepang lambat. Krn test rider proses pmbuatanny beda dgn test rider pengembanganny

      • gak gitu juga, Nagashima cuma rider yang gantikan Nakagami naik RCV karena pengaruh Idemitsu (nasionalisme Jepang). Nagashima bukan test rider. Bradl itu yang test rider, yang tugasnya hanya harus nekat mencoba part atau mesin baru untuk 2023. Inputnya test rider gak terlalu berarti, input dari rider reguler yang lebih didengar engineer (ingat kasus Stoner nolak jadi test rider Ducati)

    • ya tahunnya dorna sih ini sekaligus upaya Ducati perdjoeangan untuk raih title World champ pembalap /pabrikan/konstruktor keliatannya

    • mungkin buat RHT, AR ma JM sepertinya sama2 buat pelengkap aja… lebih bagus AR di satelit biar bisa sambil ngembangin motor.. mirip cal dulu… aq yakin RHT lebih cerdas drpda kita2 yg cuma bisa main feeling tanpa tau data.. hehehehe

    • yoi sepemikiran bro ma gw, JM lbh kalem dan gk byk gacor kyk sipol jd lbh cocok bwt tandem nya MM krn dia ttp fokus jadi pmbalap utama sekaligus JM bwt ngangkat konstruktir tim, sdgkan AR skill nya bkn kaleng2 klo di team satelit bisa bantu acak2 ducita dan kroni2nya.. HADNO lbh paham soal tendensi yg akn terjadi kedepan yah meskipun semua bs bwrubah tak sesuai ekspetasi min mereka sdh bs memprediksi…

      • Ini bukan masalah siapa ditempatkan dimana, wong semuanya pakai motor Honda kok..
        Ini feeling tentang kedua pembalap tersebut dalam beradaptasi dengan motor RCV..
        Feelingku AR lebih cepat beradaptasi dibandingkan JM…

  3. Marc Marquez seperti Stoner, mampu mengandalikan motor yg rider lain kesulitan.
    Quartararo mungkin masuk kategori tersebut tapi masih perlu pembuktian.
    Ducati sekarang menjadi paling mudah sepertinya.
    Aprilia menjelang dicabutnya konsesi justru terus mengalami kesulitan, mungkin sedang mencoba beberapa setting yg tidak mungkin dilakukan tahun depan.
    KTM memiliki kemampuan untuk menang, tapi tidak bisa kalau hanya mengandalkan pembalap bagus semacam Binder, mungkin perlu pembalap spesial seperti Marc Marquez atau Pedro Acosta.

      • bisa jadi, ingat KTM moto2 udah gak pake sasis KTM lagi pas awal-awal mereka mulai. sekarang KTM moto2 pake kalex. bukan gak mungkin ada kombinasi KTM MotoGP X Kalex di masa depan

        • Lah, kan yang di Moto2 emang udah cabut sejak terakhir 2019, 2020 udah pake Kalex. Tahu sendiri Aki Ajo kan sebelum ganti nama jadi Redbull KTM Ajo ya adalah Ajo Motorsport di Moto2, di mana tim tersebut yang ngantar Zarco jurdun, jadi ya kayak balik lagi ke settingan awal di mana pake Kalex yang mereka udah familiar karakter sassisnya. KTM di Moto2 cuma numpang nama dan Tim sejak 2020, biar pembalapnya gak diambil pabrikan lain.

        • Kalo soal kombinasi sebenarnya dah dilakuin KTM semenjak GP250 dan GP125, yaitu mereka pake sassis FTR, maka jangan kaget kalo KTM di era itu sassisnya bukan Tubular, hehehe

    • ini mindset yg kebalik2 c..
      hnd itu motor nya bagus..
      cm pebalap laen yg ga bs pake nya..
      nah semut nih uda tau caranya..
      walopun ga gt cocok, tapi kan terus dicocokin sm teknisi,,
      ergonomi dipindah kedepan lah, ini lah itu lah..
      kalo masih sama alias ga ada perkembangan mah ga mungkin semut bisa podium,,
      masa motor uda ga cocok terus gt aja,,
      ini komen yg terlalu mengagungkan pebalap seakan2 bawa beat jg bs podium,,
      ya ga gt bro..
      pekok jg awalnya ga cocok, blunder dia diatas dukduk yg katanya paling user friendly,,
      salah bro,, dia ga cocok,, makanya amburadul..
      tapi terus gt doang? teknisi nya ga otak atik motornya terus bisa jago di setengah musim ini?
      ngaco aja nih orang..

    • Kan yg kasih masukan buat RCV MY 2022 Pol esp nakagami dan Alex Marc.. pola esp kan awal musim udh pede bgt bisa podium. Eh makin melempem ..

  4. masih ada aja yg sakit hati gara2 towing…
    lhawong itu legal alias gak dilarang kok… kenapa sakit hati gitu loh…. emang kadang2 nih si Bambang

Leave a Reply to RichardGN Cancel reply

Please enter your comment!
Please enter your name here