TMCBLOG.com – Masih ingat Kan artikel soal ‘ Fake Firing ‘ Ducati? Salah satu Personal yang diceritakan dan diset sebagai ‘Agen terselubung’ Oleh Ducati dalam Kisah tersebut adalah seorang Insinyur elektronik asal Italia Filippo Tosi ( 40 tahun )  yang kini masih berada di dalam Lingkup Grup Repsol Honda Team dan mengemban Role Sebagai electronic engineer dan Control System engineer. Filippo dan Teknisi elektronik asal Jepang Yokota Yuta ( 28 tahun ) yang memiliki Role sebagai Software engineer membentuk kekuatan Dynamic Duo Mix – Eropa-Asia di sektor Pengembangan dan Penggunaan Elektronik RC213V.

Perbedaan Kultur dan tempat di antara Internal Team seperti yang banyak juga dirasakan team dan Pabrikan Jepang lain diceritakan dalam Video singkat Behind The Dream RHT sebagai sesuatu yang memberikan Tantangan tersendiri. ” Bekerja dengan perusahaan Jepang adalah tekanan tersendiri bagi Saya ” Begitu Tosi mengawali Penjelasan

” Karena ini tuh benar benar berbeda kulturnya. Ketika saya bergabung saya mengerti bahwa Kulturnya benar benar sangat berbeda. Namun Saya juga mengerti bahwa mendapari Percampuran antara Eropa dan Jepang dapat menjadi Potensi Yang besar juga. Dan Juga menurut saya di titik tertentu menjadi Salah satu kekuatan kami “

” Karena (sebelumnya ) saya bekerja di perusahaan yang hanya terdiri dari Orang eropa atau Orang Italia saja. Saat ini saya melihat ‘penggambaran’nya menjadi lebih luas. Kami memiliki Hari yang berkebalikan ( Spekular ). Saya bekerja di pagi hari, Kami berkomunikasi di paginya saya dimana saat itu adalah Sore bagi Mereka “

” Sesekali itu sesuatu yang positif karena kami memiliki perbedaan waktu. Kami bisa bekerja sampai malam, mereka bekerja di pagi hari ketika Kami tidur. Namun Terkadang itu juga jadi masalah. dimana kami mempeorleh Semacam ‘delay ‘ dimasing masing kami “

Selesai berbicara mengenai tantangan bekerja dengan Kolega yang berada di belahan dunia dengan perbedaan waktu yang sangat signifikan dan bahkan berkebalikan, Filippo Tosi berbicara mengenai Marc Marquez yang menurutnya adalah Seorang pembalap yang Eksepsional.

” Buat saya Marc adalah sosok yang Luar Biasa. Maksud saya, selain menjadi Pembalap yang cepat, sesekali setelah melakukan Run di Trek saya bisa melihat ia mengambil selembar kertas dan pena dan ia menulis sebuah Telemetri di kertas tersebut. Dan Buat saya segitu saja – dimana ia bisa merasakan banyak hal – sudah merupakan sesuatu yang luar Biasa “

Dan kemudian ketika saya kembali ke Laptop saya dan melakukan Pengecekan terhadap angkanya teryata memang persis sama seperti yang ia Katakan. jadi saya percaya bahwa ini adalah seperti sesuatu yang berasal dari Dunia lain “

Selain itu Tosi pun memberikan Opininya terhdap Kondisi Honda sampai Musim 2022 yang sulit ” Adalah benar Bahwa Honda menghadapi banyak kesuitan tahun ini pasca Banyak sekali tahun tahun kesuksesan. saya percaya ada banyak alasan dibalik semua ini.  Beberapa alasan ada di bawah kendali kami dan beberapa tidak seperti misalnya Cidera Marc.

Saya percaya bahwa Kami akan kembali berada di atas. Sebagai Insinyur Kami harus mengaalisa hal ini dengan cara yang obyektif. Kami harus percaya pada diri sendiri, kepada kekuatan kami, Skill kami dan berusaha untuk meningkatkan (performa) Motor semaksimal mungkin. Kami masih Orang yang sama dengan saat kami menang beruntun dulu, jadi saya yakin bisa keluar dari Situasi ini lagi “

Taufik of BuitenZorg | @tmcblog

Inilah sosok Mekanik Elektronik Yang jadi salah satu penentu Kesuksesan Marc Marquez

Fake Firing Yang jadi BackFire Buat Ducati MotoGP di 2017

 

 

20 COMMENTS

  1. walaupun orang Jepang terkenal bisa bikin software bahkan game2 yg dewa,tapi kalo hardware nya gak memadai memang susah ya

    • Oot. Saat ini memang sedang terjadi stagnasi pada perkembangan SDM Jepang, yg berdampak pada perkembangan produk. Masyarakat Jepang sangat kuat memegang tradisi yg di beberapa hal justru menghambat ngikutin perkembangan dunia. Dari sesederhana keengganan mereka belajar bahasa Inggris aja sudah menghambat konsolidasi dalam satu tim yg berisi orang campuran.
      Semakin diperparah dengan rerata usia penduduk Jepang yg semakin menua, alias anak2 mudanya ga banyak.
      Culture orang Jepang harus mateng, ga bisa trial and error sambil jalan, yg bikin prosesnya lama. Akhirnya ya kalah gesit dengan orang2 Yurop yg kalo kata Tokopedia, “Mulai aja dulu!”
      Ini mungkin hanya sedikit dari banyak alasan.

      • generasi Jepang sekarang emang mindsetnya beda lebih banyak yg cuma pengen main aman gak terlalu banyak ambil resiko kayak kerja kantoran aja udah cukup ,beda dgn generasi pasca perang dan generasi didikannya setelahnya karena mereka tau betapa susahnya hidup setelah Jepang kalah perang,mereka lebih berani trial and error buat menaikkan taraf hidupnya

        ~~
        nsr dulu dicobain apa aja coba,ada yg knalpotnya diliukkan diatas sedangkan tangkinya di Undercowl,dsb

    • Resident Evil, Monster Hunter, Devil May Cry, Street Fighter bikinan Capcom perusahaan Jepang
      Final Fantasy series bikinan Square Enix
      Fatal Frame yg jadi inspirasi game buatan Indo Dreadout juga buatan perusahaan Jepang Koei Tecmo
      Dinasty Warrior buatan Koei Tecmo
      Jangan lupakan Winning Eleven yg jadi langganan rental ps2 itu juga bikinan Konami

  2. iyalah eksepsionis, berjuang mati2an pake motor bapuk. abis surgery bisa podium, single lap bisa p1, ngejar motor sampe limit

  3. Udah ga spesial kaya dulu lagi. Buktinya skrg banyak minta ini itu ke pusat.
    Duluuuu dikasih motor kaya gimana pun marc bisa handle. Sejak cedera, doi tau skrg ada limit yang ga bisa di lawan. Mau ga mau skrg marc butuh motor yg friendly dengan cara ngikutin bikin motor aero2an macem ducati/aprillia.

    • Maaf menurut ane.. gini.
      Bukan gx special, tapi sekarang gap ducati terlalu jauh, seperti dulu pabrikan japan terlalu jauh gap nya dengan ducati, sekarang pabrikan eropa dua langkah lebih maju( ducati ), pabrikan japan stagnan diam di tempat bshkan cenderung mengalami kemunduran..

    • Walau skillnya spesial, motornya beneran kaga ngejer sekarang gara gara aero set. Dulu jaman ducati masih ngeraba raba mah bisa ketutup ama skillnya, walau motornya parah.

    • Kemampuan motor di motoGP saat ini sudah sedemikian meningkat begitu pesat di banding motor-motor yg berlaga di kejuaraan motoGP 2019 lalu, dengan selisih perbedaan yg cukup signifikan.

      Jadi, misalpun MM93 memakai motor Honda yg membawanya juara dunia motoGP 2019, jika digunakan di balapan sekarang sudah jauh tertinggal dan kalah segalanya/ dalam banyak hal.
      Gap perbedaannya terlalu besar…..

      Masalah muncul karena motor Honda tidak cukup berkembang sejak tahun 2020 setelah MM93 cedera berkelanjutan.
      Skill MM93 tidak cukup untuk memangkas selisih / gap perbedaan kemampuan motor dengan Ducati dan motor-motor lainnya, karena gap-nya terlalu jauh.

      MM93 untuk bisa bersaing kompetitif dan berimbang dgn motor-motor pesaing hanya saat kondisi trek basah/ hujan ataupun di sirkuit tipe berlawanan arah jarum jam.

Leave a Reply to Who Han? Cancel reply

Please enter your comment!
Please enter your name here