TMCBLOG.com – Pada publikasi Slick Magazine, Davide Brivio yang terakhir kali berada  di MotoGP sukses membawa Suzuki meraih gelar juara dunia MotoGP, memberikan secara panjang lebar segala opininya yang secara umum lumayan nge-roasting bagaimana cara dan filosofi kerja dari pabrikan pabrikan Jepang terutama Honda yang baginya sudah cukup old school dan tak lagi relevan untuk mengejar ketertinggalan akselerasi kinerja lapangan tim pabrikan Eropa di era MotoGP ‘zaman now’ dimana pabrikan pabrikan Eropa terbukti lebih agresif dalam pendekatan balapan mereka Eropa lebih agresif dalam pendekatan mereka terhadap balapan, mereka telah menetapkan cara baru dalam melakukan balapan. Dan Yamaha dan Honda juga harus beradaptasi.”

Davide Brivio sebelum ini dikenal dengan pengalamannya bekerja selama dua puluh tahun di Yamaha. Dimulai bersama Valentino Rossi di era legendaris Masao Furusawa, kemudian ia membangun dan mengembangkan tim Suzuki Ecstar yang meraih gelar juara di tahun 2020 sampai saat ini kemudian kini ia aktif di Formula 1 dengan Tim Alpine (ex Renault). Menurutnya pabrikan Eropa seperti Ducati dan Aprilia saat ini tidak terlalu memikirkan permasalahan bisnis dalam mengembangkan teknologi mereka dan ini bisa dibilang hampir mirip dengan filosofi dan mental kerja pabrikan Formula 1.

“Mungkin perusahaan Italia terinspirasi oleh itu (Formula 1), mereka mengambil ide tentang bagaimana mengatur diri mereka sendiri namun dengan pendekatan yang berbeda: Menghadapi balapan dengan melakukan segala yang mungkin untuk memiliki sepeda motor yang lebih berkinerja, meninggalkan kebutuhan bisnis yang terlewat dan terus berusaha untuk meningkatkan, terus memikirkan solusi baru.”

“Dalam beberapa tahun terakhir pabrikan Italia telah lebih agresif dalam penelitian teknologi dan pengembangan metode, sedangkan pabrikan Jepang terlalu mempertimbangkan lebih dari apa pun yang disebut ‘standar bisnis’ seperti yang selalu dilakukan secara historis: membuat frame yang bagus, mesin yang bagus, mengerjakan elektronik; begitu handling, pengereman, akselerasi. Sebaliknya pabrikan yang lain, Ducati yang memimpin, melangkah lebih jauh.”


Potong dulu sebentar, pernyataan Davide di atas sepertinya ada benarnya . . hal ini TMCBlog peroleh ketika jurnalis kawakan -Mat Oxley- sempat bertanya dalam sebuah interview dengan Manager Teknis Repsol Honda Team yaitu Takeo Yokoyama soal pendekatan Honda yang terlihat agak enggan mengikuti arah pengembangan teknis Aprilia dan Ducati soal ground effect fairing.

“Satu alasan yang jelas mengapa Honda ada di sini adalah untuk membuat orang bahagia di seluruh dunia, tidak hanya di balap, tidak hanya pengendara MotoGP, tetapi semua orang, dengan menjual street bike yang bagus. Jadi jika kita terpaksa melakukan sesuatu yang tidak mungkin dialihkan ke sepeda motor jalanan kami maka kami tidak terlalu senang melakukannya.” Mungkin ungkapan Yokoyama sebagai salah satu contoh mengenai perselingkuhan antara ‘kebutuhan balapan’ dengan ‘kebutuhan bisnis’.


Bahkan Davide pun memberanikan diri membuat kesimpulan sementara bahwa kondisi MotoGP saat ini tuh bukan karena Ducati atau Aprilia yang lebih menguasai teknologi seperti aerodinamika karena semua ini sebenarnya bisa dikejar oleh pabrikan Jepang. Namun yaa itu dia perbedaan pendekatan mereka dalam pendekatan pengembangan teknologi balap.

“Agak sepele untuk berhenti pada fakta bahwa Ducati memiliki keunggulan dalam aerodinamika atau dalam sistem variasi setup: ini hanya hasil dari perbedaan dalam pendekatan dan dalam metode. Artinya, cara Anda harus mendekati balapan secara umum.”

“Perusahaan Italia tidak pernah merasa puas dan senang, mereka terus melakukan penelitian, mencari ide-ide baru, bereksperimen, untuk memahami di mana sepersepuluh detik pun dapat ditemukan. Terkadang Anda mengambil risiko tetapi setiap sepersepuluh detik per lap itu penting, pikirkan tentang jarak balapan! Dan inilah mentalitas Formula 1, di mana mereka belajar dan berinvestasi bahkan untuk mendapatkan setengah persepuluh, untuk menghemat beberapa puluh gram! “

Dan akhirnya Davide pun memberikan gambaran besar mengenai kesalahan pendekatan pabrikan Jepang menghadapi MotoGP. “Faktanya, masalah dengan pabrikan Jepang adalah mereka belum sepenuhnya memahami bahwa MotoGP ini tidak ada hubungannya dengan MotoGP dua puluh tahun yang lalu.”

“Pengembangan sepeda motor dilakukan sesuai dengan aturan perusahaan Jepang: perencanaan yang panjang, pekerjaan yang tersebar selama berbulan-bulan. Itu sebabnya berita selalu datang lambat. Apakah Anda membutuhkan frame baru? Butuh waktu tiga bulan. Apakah Anda membutuhkan mesin yang berbeda? Kami membicarakannya untuk tahun berikutnya.”

“Saya akan berbicara tentang pabrikan Eropa, bukan hanya pabrikan Italia: mereka selalu sangat agresif, walaupun menurut saya pada tahun-tahun tertentu mereka juga membuat kekacauan: dalam artian terkadang terlalu banyak inovasi yang tidak diuji secara memadai. Kadang-kadang mereka salah jalan, atau mereka tersesat, tetapi mereka selalu mempertahankan semangat agresif ini.”

“Dan begitu mereka menyelesaikan masalah, semangat itu tetap melekat pada mereka. Dan inilah mentalitas pemenang: terus-menerus memperkenalkan hal-hal baru, bahkan hal-hal kecil, untuk terus meningkatkan motor. Dan berkat agresivitas inilah mereka berhasil mengacaukan keseimbangan.”

“Orang Jepang selalu memiliki pendekatan konservatif, dan itu konsisten dilakukan : yaitu, Anda menguji semuanya dengan baik dan jika tidak memberi Anda manfaat apa pun, Anda tidak menggunakannya, jika tim penguji belum menguji part, pengendara resmi tidak pernah melihatnya. Bagi mereka, hari ini seperti kemarin: sekali sepeda motor dibuat, itu membuat evolusi kecil dan kemudian mereka menempatkan sisanya pada sepeda motor tahun depan. Mereka selalu melakukan itu.”

“Juga karena di tahun-tahun emas – dari Doohan, Rossi ke Marquez  – Jadi merasa motor itu sudah cukup untuk menang: Sehingga tidak perlu membuat evolusi yang tergesa-gesa. Jadi ketika ide baru datang, mereka memakainya di tahun berikutnya. Namun sekarang pendekatan balapan membutuhkan pengembangan berkelanjutan dan evolusi konstan.”

Selain perubahan pendekatan pengembangan mesin balap, Davide Brivio juga menyoroti mengenai perubahan penanganan data di MotoGP zaman sekarang yang menurutnya sudah sangat berbeda dibandingkan dengan era awal MotoGP dulu. “Beberapa tahun yang lalu tidak ada data dalam jumlah besar seperti sekarang, sistem analisis data yang canggih, insinyur yang berdedikasi untuk mengidentifikasi masalah dengan ketelitian ilmiah dan kemudian mencari solusinya.”

“Para Teknisi lama akan merasa sulit untuk mengikuti evolusi ini, dan itulah mengapa dibutuhkan banyak insinyur. Dan akan lebih baik jika mereka masih muda. Karena sekarang diperlukan banyak analisis data mulai dari akhir pekan di lintasan untuk memahami dengan tepat apa yang terjadi di motor. Dan itu adalah sesuatu yang tidak biasa mereka lakukan di Jepang.”

“Ducati, dan juga Aprilia serta KTM, mulai melakukan analisis data yang semakin canggih, sementara perusahaan Jepang di trek masih bekerja seperti yang mereka lakukan 15 tahun yang lalu. Dan jika Anda melakukan ini, informasi yang diterima di markas dari trek tidak cukup jelas dan lengkap. Jika Anda tidak memiliki insinyur dengan level yang sama dengan yang ada di pabrik di Jepang, tingkat informasi yang masuk akan menguras effort untuk memahami di mana letak masalah atau titik lemahnya. Pekerjaan di trek harus berjalan seiring dengan pekerjaan di pabrik.”

“Pabrikan Eropa memiliki hubungan langsung dan konstan antara lintasan dan pabrik, dan karena di lintasan mereka melakukan analisis data yang sangat cermat, berkat perangkat lunak yang canggih, tim dapat memberikan informasi yang sangat akurat kepada pabrik tentang bagaimana memecahkan masalah dan bagaimana meningkatkan performa motor.”

“Masih seperti ini di Jepang: tim yang berada di trek tidak memberikan data yang cukup akurat dan lebih detail kepada mereka yang ada di Jepang. Yamaha dan Honda membayar batas ini sekarang. Bagi pabrikan Jepang, pihak pabrik harus memahami masalah dan memikirkan cara menyelesaikannya, kemudian di lintasan ada tim yang melakukan bagian terakhir dari pengaturan untuk mencoba memenangkan balapan. Tapi itu tidak bekerja seperti itu lagi.”

“Dulu dikatakan: orang Jepang membuat sepeda motor dan orang Eropa membuat motor ini balapan. Nah, hal ini sudah berakhir, jadi perusahaan Jepang harus melakukan seperti perusahaan Eropa: trek dan pabrik harus bekerja sama, dengan mentalitas yang sama dan yang terpenting dengan kompetensi yang sama.”

“Mereka tidak boleh lagi menjadi dua kelompok yang berbeda. Anda harus membangun motor bersama-sama, dan bersama-sama Anda harus membuatnya bekerja di lintasan. Ini adalah konsep yang diperkenalkan oleh Ducati dan Aprilia. Dan KTM juga melakukannya, apalagi sekarang telah mengambil beberapa insinyur penting dari Ducati.” – @tmcblog

98 COMMENTS

  1. Kalo ECU inhouse dibolehin lagi. Silahkanlah para pabrikan eropa pake sayap airbus a380 pun boleh. Tapi duca, april, katiem, yakinlah ketinggalan.

    • Gw gak yakin….

      Masa ECU in-house udah kelamaan. Pabrikan Eropa udah ngejar disisi lain n bikin gap jauh.

      Disaat pabrikan Jepang nyusul, Eropa juga kan juga growing….

      ECU in-house Kan juga berhubungan dgn banyak aspek balapan yang sekarang…. Udah banyak berbeda dari dulu. Seperti ban, aerodinamika, riding style, format balapan dll

      • ecu, processor, dan produk semiconductor yang selangkah maju adalah asia terlebih Samsung. Dulu fakta ECU Honda dan Yamaha sudah mencapai tingkat 256bit, pabrikan yurop masih 128bit dan digunakan sampai sekarang? Pembatasan Ecu membuat pabrikan jepang dua langkah mundur kebelakang. sebenarnya penyeragaman ecu lebih cocok ke wsbk daripada motogp dimana prototype ecu ga bisa disamaratakan dengan racing ecu. dengan ecu inhouse pabrikan jepang bisa lebih cepat mendapatkan data dan menganalisa data. sehingga kehadiran parts2 baru bisa menjadi lebih berguna

        • betul bro tapi namanya berkompetisi mau terjadi kemunduran rules atau mungkin menguntungkan suatu tim itu bukanlah suatu alasan juga untuk ikut mengalami kemunduran atau menyalahkan penyelenggara, jika memang merasa dirugikan ya lebih baik mundur, atau pilihan lainya ya ber revolusi

    • tergantung juga, ECU in house terakhir digunakan 8 tahun lalu, selama 8 tahun kita gak tau tu ECU terus di developt apa nggak,, 8 tahun bukan waktu yang sebentar untuk developtment Elektronik dalam setahun aja bejibun terobosan dalam bidang software apa lagi 8 tahun.

      kalau terus di developt dan “Bang” tiba tiba Dorna menghilangkan Aturan Single ECU ya mampus Pabrikan Eropa, tapi kalo gak di developt, kayak tahu bulat di goreng dadakan ya pasti bakal inferior sama Pabrikan Eropa

      • ECU inhouse pasti terus dikembangkan, dan disimpan jika suatu saat dibutuhkan..
        contoh paling nyata adalah artikel bang Haji dimana Yamaha mencoba alat yg membuat motor berdiri secara mandiri atau saat Honda membuat “otak Asimo” pindah ke motor prototipe mereka, ini adalah sebagian kecil ECU yg dikelola dan terus dikembangkan..
        so,.. in the future, once they release it, the world will be surprised…
        Artikel dalam tulisan bang Haji mengenai “roasting” Davide Brivio ini kalo ane melihat nya adalah persfektif orang eropa berbeda dari cara pandang orang jepang mengenai apa itu balap, apa itu prod mass, dan apa itu future business orientation..

    • maaf. ini mungkin salah satu contoh brivio bilang, terjebak di masa lalu
      betul kata rian, ga jamin
      banyak sisi ketertinggalan pabrikan jepang sekalipun dikompensasi boleh pakai ecu inhouse.
      beda jaman

      • bukan beda zaman bro, apakah ecu inhouse gabakalan berevolusi atau berubah? yang ditekankan brivio adalah teknis kerja, dan ecu juga salah satu yang berpengaruh dalam teknis kerja. tetapi dengan arah motogp sekarang dengan penyeragaman ecu, maka pendekatan pabrikan yurop memang paling baik. karena apa? ya karena tempat atau homebase mereka diyurop dengan mayoritas seri dilakukan diyurop dan ini membuat pabrikan jepang kurang cepat. kalo mengikuti opini Brivio, divisi balap dan pengembangannya harus diyurop juga karena selama ini pabrikan jepang memang harus komunikasi dua arah dalam pengembangan motor mereka

      • Kayaknya pelan2 pabrikan Jepang mau keluar MotoGP. Liat postingan wak haji sebelumnya, Honda aja udah gak ngembangin knalpot in-house lagi, langsung pake buatan akralingga, sama kayak swingarm HRC yg suruh buatin kalex udah gak inhouse lagi. We’ll see

    • mau ecu europe maupun jepang, tetap aja parts nya mereka masih andalin dari china dn taiwan. terlepas dari itu tinggal pintar2 insinyur ecu nya ngembangin nya dan buat pemyesuaian dan inovasi buat mtr nya. ingatkan kasus mundur nya kawasaki ? ini juga merupakan hal mendasar krn pabrikan jepang itu fokus ke mekanikal peforma mesin dibanding elektronik dari dulu, sampai2 produk massal mereka kyk motor dn mobil, image brand jepang itu selalu peforma mesin. dan lihat pabrikan eropa skrng baik mtr maupun mobil, kinerja produk mereka punya support elektronika yg lebih revolusioner dibanding brand jepang. lihat bagaimana perkembangan kinerja motor skrng, dulu pabrikan erope selalu kalah dgn peforma pabrikan jepang krn inovasi mesin dri mereka, tapi skrng lihat bagaimana perkembangan automotive eropa, kita bisa lihat bagaimana lonjakan performa mesin2 inovasi2 fitur2 engunering yg berkembang pesat. bahkan pabrikan jerman saja yg dahulu juga mengandalkan kemampuan mesin skrng juga pakai support elektronika, bahkan ngembangin kendaraan ev lebih kelihatan di erope. sementara jepang hanya ikut ikutan suasana bisnis yg sdg berjalan dn perkembangan mereka memang lambat krn mereka mengejar kesempurnaan dan kepuasan konsumen, krn image dri jepang itu “klau tidak ada yg rusak ya tidak perlu dikembangkan” inilah filosofi yg membuat mereka stagnan dn lambat. image jepang sebagai negara innovator skrng ini fakta memang sudah menghilang di berbagai bidang. krn kecenderungan tabiat umum org jepang itu gak suka berubah dn gk suka ngikuti negara lain alhasil tertutup

      • bentar² pabrikan jepang dari dulu ngandelin mesin dan ecu inhouse mereka yg lebih superior ketimbang ecu inhouse pabrikan eropa, pabrikan eropa sekarang unggul karena lebih jago main aero ketimbang pabrikan jepang

    • sekarang ini yang paling penting mesin beringas dan aerodinamika jaminan mutu….ECU inhouse ga akan bisa berbuat banyak tanpa ke 2 faktor di atas
      moto GP sekarang beda dengan dulu…Sejago apapun pembalap kalo motor nya ampas akan di belakang

    • Bener juga, hahaha, ECU seragam, Software juga seragam, mana yang dipake buatan italia lagi, ya beda perkara, dong, hahaha. Emang ane juga gak yakin, tapi kayaknya Pabrikan2 jepang daripada mempelajari ECU, mereka lebih milih bajak orang MM buat maksimalin ECU MM. Tapi kayaknya emang Dorna lagi condong ke Pabrikan Eropa :v dari segi regulasi n lain2.

  2. saatnya bikin gedung fasilitas khusus dgn wind tunnel dll untuk pengembangan motor MotoGP di benua biru

    kalo HRC mungkin bisa, sekaligus buat ancang ancang come back di F1,siapa tahu udah gak bareng Redbull mereka udah punya sarananya,

    presiden Honda yg sekarang kayaknya lebih ber passion dalam dunia balap dibanding hachigo kemarin

    • tapi kalo kedepannya seperti itu rencana Dorna untuk menggaet pabrikan baru untuk masuk MotoGP bakal hancur lebur,pabrikan macam MV Agusta yg punya kantong cupet tapi punya niatan balik ya otomatis balik badan

      makin botak dah tuh Ezpeleta

  3. Saat nya Honda & Yamaha melupakan Rivalitas sesaat tujuan saat ini menghentikan dominasi pabrikan Eropa,bisa gak ya kira kira 😅 nanti kalo gap nya udah setara sama pabrikan Eropa baru berkompetisi lagi 😁

  4. jangan jadi sumbu pendek…krn ga dapet apa2……harusnya terima kasih ke brivio yg mengkritik tapi menjelaskan kenapanya…artinya brivio peduli sama pabrikan jepang

  5. Gua yakin brivio ngomong gini ke Suzuki, dan akhirnya bos besar milih mundur aja lah… 😀, bisnis nomor satu, tanpa bisnis balapan gak berjalan. Omong kosong balapan adalah jiwamu! 😂 dapet dana dari bakar duit ghoib, dan kemudahan regulasi baru pecah telor

    • iya,lebih baik daripada maksa ngikuin lifestyle tapi harus jual aset perusahaan yg udah punya legacy dr lama.
      Ducati yg bisa dibilang brand besar aja kalo gak disangga Audi ya ambruk.
      wong dapat keuntungan nya cuma dr jualan motor2 special edition unit terbatas doang 😆

  6. ada dua poin sih,

    yg pertama masalah konservatif selingkuh dengan bisnis menurutku msih perlu terus dijunjung,jgn mau terprovokasi jor2an abisin duit,kecuali ada aturan budget cap. ajang balapan poin besarnya buat ajang riset produksi massal,jgn keterlaluan kek F1. ujung2nya nanti duit habis tinggal cabut dr kejuaraan (lama2 perusahaan dicaplok – lirik mv augusta). duit riset ada karena jualan lancar, gitu aja.

    poin kedua yg lebih setuju,komunikasi tim riset eropa dan tim pabrikan di jepang serta analisis data yg canggih yg perlu untuk ditingkatin. ini tinggal kuat2an aja main rombak regulasi (perlu dibuktikan ecu inhouse masih garang apa ndak kl di komen msh ada yg anggap udah ketinggalan) atau pabrikan jepang bakal cabut dr kejuaraan,karena standar pendekatan balapan yg beda. eropa selalu berusaha nyetir segala bidang (pgn nguasai dunia) aturan main banyak mereka utak atik demi kepentingan mereka karena potensi mereka cuma disitu,ga ada yg lain hehe…ga urusan perang,ga urusan balapan,ga urusan SDA,ga urusan ekspor impor,ga urusan teknologi,semuanya dibabat lewat regulasi.

  7. ECU inhouse sebaiknya di bebaskan kembali..karena dulu di buat sama agar salah satunya agar lbh hemat agar banyak peserta produsen yg ikut..
    Nah saat ini perkembangan motogp modern saya rasa sdh mahal dan ssh tdk hemat lagi karena ada banyak pengeluaran untuk tehnologi dan insinyur serta team yg bekerja di balik layar / di luar di lintasan.
    Dan apalagi sekarang baca ulasan di atas pola pikir balap motogp sdh tdk mementingkan bisnis lagi dan ssh tdk perlu memikirkan tehnologi yg untuk kedepannya di gunakan untuk produk masal nya atau istilahnya juara di hari minggu dan jual di hari senin.
    Jadi ya kenapa Dorna tdk bebaskan saja aturan balap motogp..kalau sdh tdk terlalu penting buat bisnis pabrikan .
    Jadi biarkan kreatifitas masing2 insinyur jepang vs eropa yg bersaing/berkompetisi dalam membuat motor.

  8. Grand design bagaimana membuat pabrikan Eropa menguasai,, karena gelar masih dipegang Jepang sodara sodara 😌 udah gua koar koar dari lama, tapi dibilang gua gile. ini bukan soal Konspirasi, namun sebuah legalisasi yang bersembunyi dibalik fairplay. Yang gua salut, Jepang (yamaha,honda) udah tau demikian tapi di hadapi terus, suzuki doang yang nyerah (lagi).

    motogp 1949-2022
    AJS : 1
    Norton : 1
    Ducati : 2
    Gillera: 6
    Suzuki : 7
    Yamaha : 18
    MV Agustus: 18
    Honda : 21

    ini sejarah yang mereka catat sendiri, mau mereka hapus tapi masih mikir gimana caranya.

    Jangan terlalu lugu liat dengaar ucapan seseorang, kemungkinan ada maksud tujuan yang tersirat, ibarat ada udang dibalik bakwan. Seakan-akan manis peduli, aselinya jauh dari itu.

  9. jalan terbaiknya pabrikan jepang minggat aja di 2026, bikin balapan sendiri, bila perlu gak usah di bawah naungan FIM

    • soal ini gua setuju. orang Jepang pasti bisa. dan kalo paham fans motogp terbesar adalah dari Asia, gw yakin pabrikan2 Jepang kalo mau matiin bisnis ezpelato family dgn bikin ajang tandingan versi sendiri mudah aja. apalagi sejak FIM ga ngurus langsung grandprix, arah grand prix udh bukan kejuaraan dunia tapi udh jadi spanish internasional championship. fyi aje gw sebagai mantan mekanik mgkin telat ngasi tau fakta ini, di yurop sendiri ga semua ajang dibawah naungan FIM. ada yg berdiri sendiri koq. jadi bukan hal baru kalo tetiba ada ajang baru yg ga dinaungin FIM. mereka bakal ngegertak kalo bisnis udh terganggu, tapi kalo sedari awal mereka kalah jumlah dan kalah telak soal pangsa pasar, gw yakin mereka yg malah bae2in ajang baru wkwkwk

    • iya setuju sih..secara kasat mata..tim Jepang dengan dana unlimited pun kayanya males2an ya..mulai dari sasis aja kmaren pake kalex..biasanya Honhon itu paling sebel kalo ditelikung..apa liat Yahaha juga lagi memble ,,makanya males juga…
      kayanya bakalan cabut tuh Yahaha dan Honhon

    • enoanderson imho (no offense) emg blogger non ex-rider terbaik di Indonesia. kontennya selalu out of the box, ga ngasal copas berita dari media luar yg penting update doang. nulis pun kerasa banget passion dia disono dan risetnya dalem ga ada aroma kejar tayang. begitu bikin vlog udh deh kuping pendengar pasti kenyang. sayangnya orang modelan Eno malah penggemarnya dikit, krn dia jarang mancing bebakaran antar fans kaya vlogger ecek2.

      • saya termasuk penggemarnya, sedih blog sebagus itu vakum.
        disana baca informasi atau histori motor serasa baca dongeng atau karya sastra.

      • Betul om, pulang dari kuliah umum di kelasnya Mang Eno auto kenyang sama wawasan baru.

        Apakah akan ada gebrakan “piston oval” lagi dari pabrikan Jepang? time will see..

    • Btw web eno dulu ilang gara² gak bisa restore tuh hosting nya, akhirnya mulai dari awal di utube dan pendekatannya gak berubah dari blognya,

    • Ga youtube dan blognya kang eno mmng daging semua klo bahasa sekarang, saya ngikutin mulai 2014. Dan ga nyangka banget meskipun umurnya muda ternyata pengetahuan historical bikenya mumpuni banget, sumber yg diambil dari media luar yg bahasa asing itu mampu disadur apik dengan gaya bahasanya dia dengan sedikit humor sarkas kekinian, emang jarang posting di youtube. Tapi sekalinya posting puas banget dengan penyampaiannya

  10. Pendekatan ketinggalan zaman atau pendekatan ditinggal regulasi ?

    Mending merk Jepang bikin balapan sendiri aja, Amerika yg dalam berapa bidang cuma punya sedikit bahan aja berani kok bikin brandingan sendiri persetan sama yg katanya “world championship” ala Eropa

    Toh sirkuit di Asia udah mulai nongol 1 per 1

      • Bisa sih harusnya, ntar kalo sukses jatuhnya jadi kek Super GT di jepang, atau V8 Supercars di Australia. Meski itu ajang balap mobil, tapi cukup punya ciri khas dan tentunya bukan hanya dihuni pembalap lokal. Kalo di Amerika sih menurutku ya AMASupercross di mana bener2 kek kiblatnya balap Supercross, bahkan pembalap luar negerinya juga banyak.

      • Ajang dengan idealisme Asia aja. Pembalap mah bebas dari mana aja asal ya memang kompeten. Kan yg jadi keresahan kita bersama adalah kejuaraan yg secara regulasi lebih ke lawakan regulasi motor

        Barand motor ada Kawak, Juki, Yama, Honhon. Brand ban ada Jembatan batu

    • Klo race kan gak mesti di yurop ya.. bisa di Afrika atau Amerika, klo rider mah asal ada duit.. mah semua orang rider jg dgn sendiri dtng sendiri. Bikin shock terapi wat si darno.. yg bikin regulasi kadang suka gak jelas & semuanya sendiri. Klo salah satu gak boleh.. hrs’y salah satu entah ban atau ecu inhouse boleh lebih dari satu merk

      • Iyes bener, lebih keliatan lagi di wsbk, udah balapannya dikit, Eropa semua wkwkkw

        sirkuit non Eropa kasarnya cuma sirkuit buat healing

        Tinggal balapan di Asia, Eropa, Amerika, bikin aja back to back sama jarak race di negara A ke negara B dibikin per dua minggu, ga padat mampus kaya motogp sekarang, udah ke isi itu kalender setahun mah

  11. kalo dari kondisi yang udah2, HRC perlu rombak management yang in charge di MotoGP, kaya jaman honda paceklik gelar, setelah Shuhei balik dari F1 perubahan honda signfikan, mungkin itu yang dimaksud brivio mentalitas yang dibawa Shuhei dari F1 ke HRC punya efek gede
    Salah satu project leader honda F1 bisa di rotasi buat ke tim MotoGP buat jadi project leader/direktur/tim prinsipal harusnya bisa lebih gampang karna skarang project honda F1 udah dibawah naungan HRC dan terbukti engine honda F1 juara dunia, mereka juga bisa kerjasama buat aerodinamika karna transfer teknologi dari Redbull F1 walopun KTM juga kerjasama sama redbul karna sesama pabrikan austria (redbul konstruktor sasis & aero di F1, engine masih ngandalin supplyer)

  12. Yurop adalah taman. Pabrikan Yurop telah membangun sebuah taman. Semuanya berfungsi. Ini adalah kombinasi terbaik dari kebebasan pengembangan, kemakmuran tim, dan kohesi kompetisi yang telah dibangun oleh DORNA. Seluruh dunia, bukanlah taman. Sebagian besar bagian dunia lainnya adalah hutan dan hutan ini bisa menyerang taman.

    • yurop itu emang gitu arogansinya diatas rata rata,,selain kasus memaksakan pelangi di negeri orang

      mereka sendiri yg kasih kasih sanksi,tapi pas energi gas di stop mamang Masukin Kedalam (aka put in) mereka kelabakan sendiri

      yg dulunya katanya Batu bara energi kotor ga akan dipakai lagi,eh sekarang jadi ngemis2 ke negara lain

      tapi giliran kita pengen mengolah nikel milik kita sendiri gak dibolehin,emang b@b1!

  13. Jepang silahkan keluar dari kompetisi motoGP. lalu buat kompetisi baru dengan memperbolehkan ecu inhouse dan rider dari luar jepang. lalu buang sayap sayap ga jelas. gua yakin bakal banyak penonton. penonton motogp sekarang sudah mulai berkurang.

    • karena lagi pas aja bang jokinya mr baubau. tp teknologi yg dibawa panigale udah agak nyimpang dr urusan bisnis,jadi mahal kali itu motor nanti semua teknologi dibenamin, konsep jualannya motor mobil eropah jg agak beda sih,performance yak yg digaungin,mahalnya brapapun ada aja yg beli,sedangkan pabrikan jepang bberapa masih balancing tuh antara performance vs ekonomis.

      • Ya kalau budget ala motor eropa dibenamin ke produk bikinan jepang, pasti lebih bagus develop-an Jepang sih imho wkwk

    • Gimana gak gagal, Kawak tuh di Nerf parah sejak 2018, tapi baru berhasil hentikan dominasi Kawak di 2021, hehehe, itupun yang menang Yamaha. Keculai WSBK dibiarin jorjoran kek dulu, ya bisa aja ntar juga dominasi lagi pabrikan jepang, hehehe. Ingat Ducati paling banyak berkoar di WSBK :v (dalam artian sering menyimpang dari regulasi, atau rubah2 regulasi).

      • bukannya sudah biasa hal kayak gitu dilakukan demi ‘balance of performance’ di seri balapan yang berbasis produksi massal? jangan lupa dulu di awal 2000 sampe 2010 an jaman ducati dominasi mereka dikasih aturan mesti pake restrictor di throttle body loh, dalam upaya membatasi dominasi mereka.

  14. Masalahnya di era single ECU(Ducati inhouse magneti mirelli) Hampir selalu inovasi dari pabrikan jepang ditolak n dilarang oleh Dorna.. Sedangkan inovasi dari Pabrikan eropa terutama Ducati hampir selalu diterima.. Padahal inovasix sama contoh sekop kecil mirip sayap dibawah fairing..motogp sekarang itu seperti menganak emaskan pabrikan eropa..

  15. IMHO, omongannya om Brivio kalau ane cerna kurang lebih gini : “intinya jalanin aja dulu, jangan nunggu perfect, kelamaan Bro”

    gitu.

    sekarang zaman serba cepet, kalo kelamaan ya ketinggalan. Ada benernya sih omongan om Brivio.

  16. Bukan kali pertama Jepang kena disrupsi, contoh paling terkenal ya Kodak. Ubahan aturan seperti apapun tidak bisa dijadikan kambing hitam pabrikan Jepang tertinggal. Brivio menekankan ini persoalan mental, Jepang sangat bisa mengikuti cara pabrikan Eropa menaklukkan regulasi. Dan orang yang layak bgt IMO disebut disruptor penentu arah pengembangan teknis Motogp modern tidak lain tidak bukan ya simbah Gigi Dal’igna. Kalo tim Jepang mau, tinggal ikuti aja gerak gerik simbah.
    Yamaha cukup cerdik membuat tim riset yg berbasis di Eropa. Sayangnya jarak pabrikan masih terlalu jauh untuk sekedar membuat printilan part kecil2 untuk bisa dicoba di trek Eropa sesegera mungkin.

    Tapi ya balik lagi, terutama untuk Honda sy sih mencium gelagat emang dasar Honda-nya sendiri yg emg sudah seperti tidak 100% fokus ke proyek balap ICE nya. Di saat Yamaha mungkin punya batasan sumber daya sejak dulu, dan Suzuki realistis milih cabut.

  17. duwar duwir duwat duwit. liat aja itu pabrikan ngeropah di motogp udah berapa kali jadi korban jual beli antar perusahaan wkwwk

  18. Melihat track record Brivio, tentu yg dikatakannya bukan asal njeplak. Pabrikan Jepang harus mengubah cara kerja mereka. Bekerja dengan cara yang sama, tapi berharap hasilnya berbeda adalah omong kosong. Berharap ECU inhouse diperbolehkan lagi? Itu kayaknya sulit, karena memang tujuan single ECU adalah “mengebiri” kemampuan pabrikan Jepang dalam hal elektronik. So, pilihan buat pabrikan Jepang saat ini cuma 2: mengikuti cara kerja mereka, atau out dari Motogp.

  19. dalam sejarah motorsport kalo ada pabrikan Jepang kompetitif tetiba out, itu ajang jadi semacam B class. Subaru out dari wrc, itu ajang jadi semacam F2 tapi main dihutan aja. gitu jg wss ketika pabrikan2 Jepang males bikin supersport baru, alhasil tim2 cuma make motor2 bekas yg direbuild berkali2. kalo ga Dorna yg masukin superbike lite dan motor naked ke wss, udh jadi omr R6 itu skrg. coba aja kalo Yamaha ama Honda keluar dari gp dan wsbk, Kawasaki jg keluar dari wsbk. mau itu gp ato wsbk bakal merosot jauh gaungnya. apalagi kalo pabrikan Jepang usil bikin ajang tandingan, di amrik bikin ajang tandingan ga ngaruh bagi motogp ama wsbk krn fans Amrik sendiri di motorsport minim, laen kata kalo Asia.

    • mereka lebih suka yang bagi sebagian orang ngebosenin. balapan muter-muter aja, beloknya searah semua misalnya. atau lempar-lempar bola sampai skor 100 poin gitu. 😂

    • Yha pabrikan Jepang juga mager bikin supersport baru ya ga lain ga bukan karna regulasu Yurop juga kan yg pret si paling cinta lingkungan padahal mah intinya bisnis konspirasi aja wwkwk

  20. Memang betul.. sy kebetulan bekerja dg orang jepang, mereka susah sekali menerima ide-ide baru..mereka dlm penyelesaian masalah seperti memakai kacamata kuda.. klau ada masalah ini penyelesaian ya pake ini. titik.. tidk mau memperhitungkan kondisi setempat. makanya ga heran klu budaya susah berubah kebawa ke motogp.

  21. kalo sepeda motor, bentuk antara motor prototype dan motor produksi massal, hampir sama, riding position juga mirip2, jadi kalo para Jepang berpikir, harus ada korelasi dan teknologi yg bisa diturunkan utk motor produksi massal nya, ya masuk akal, untuk apa susah payah riset di balap, kalo tujuannya hanya untuk menang, dan menghamburkan uang, tanpa ada ide2 baru untuk kemajuan teknologi motor, sebagian (besar?) biaya balap juga bersumber dari penjualan, apalagi pabrikan Jepang yang rata2 menjual dalam volume besar

  22. Jelas ketinggalan lah,ecu malah pke marelli bukannya inhouse..katanya biar irit….eh duc dikasi buat aero sebebasnya dan device sebebasnya. ya seh biar gak 4L

  23. yaelah follower juga karena terpaksa, coba semuanya dibebasin bakal gila²an pabrikan jepang bikin motor prototipnya.
    fokus ke balap tapi lupa dipenjualan jatuhnya buang² duit yg akhirnya tau kan pabrikan eropa sering pindah tangan…wkwkkwkw

    • dengan Marques 2013 kalo fight saat ini pun ga akan bisa berbuat banyak bro….ini masalah nya ada di motor Honda yg sangat parah,seperti yang Alex Marques katakan..motor Honda sangat buruk..

  24. lah ini kan gara marc patah lengan aja dan ducati kan mengejar ketinggalan dari honda selama lebih dari 10 tahun! ducati baru juara dunia lagi tahun 2022, sebelumnya yamaha dan suzuki! kenapa jadi pabrikan jepang yg ketinggalan? hahahaha

  25. Rossi pernah bilang ECU sekarang bikin MotoGP mundur 10 thn, kalo unified ecu masih umurnya 8 thn berarti masih bejaban walopun pakai versi jadul

  26. mgkn maksudnya di pabrikan jepang banyak birokrasi ya di pabrikan/kantor pusatnya? Dmana pabrikan pasti jg melihat dari sisi bisnis

    sedangkan kalo tim yg bekerja di lapangan (tim balap) pasti lebih aktual dan ga birokratis

    Mgkn tergantung dari pimpinan perusahaan pabrikannya juga deh,
    di film ford vs ferrarri , enzo ferrarri terlibat lgsg di development mobil balapnya lho..
    dan mgkn pimpinan di pabrikan jepang berasal dari marketing/finance

Leave a Reply to DurnoGP Cancel reply

Please enter your comment!
Please enter your name here