TMCBLOG.com – Jelang gelaran pembuka era baru MotoGP 2023, sirkuit Algarve di Portimao kembali dipertanyakan soal kesiapan perbaikan salah satu insfrastruktur keselamatan mereka yang dianggap tidak berubah semenjak pertama kali disuarakan tahun 2020. Sejak tahun 2020, para pembalap MotoGP mengeluhkan bahwa lapisan kerikil/gravel di Portimao tidak memenuhi peraturan. Juara dunia Pecco Bagnaia sempat merasakan impresi kerikil Portimao pada penampilan pertama MotoGP tahun 2020. Dia kemudian membawa dua genggam batu ke dalam box dan menunjukkannya kepada manajer timnya. Alih-alih kerikil dengan diameter 6 hingga 15 mm, gravel Portimao banyak yang hadir lebih lebar dari itu seperti yang sempat diperlihatkan jurnalis Dazn -Izaskun Ruiz- pada video Twitter di atas sob.

“Sifat lapisan kerikil di Portimao gila, kami mengeluh setiap tahun karena batunya sangat besar,” kata Diggia yang jatuh saat tes Portimao hari Sabtu sore dan kemudian dibawa ke rumah sakit dan akhirnya diyatakan tidak fit untuk ikut sesi hari Ahad. “Jika terbang di atas batu seperti itu, lebih sakit daripada menabrak aspal. Saya meluncur sambil berbaring di landasan tetapi begitu saya mencapai kerikil itu seperti ledakan. Saat kepalaku membentur kerikil, aku menghilang. Ketika Anda melihat helmnya, itu luar biasa. Saya belum pernah melihat yang seperti ini,”.

“Kami sangat memperhatikan riding gears, pengecatan di kerb dan semuanya… Harus ada aturan yang lebih ketat untuk bentangan kerikil juga. Mereka ada, tapi ternyata mereka tidak cukup. Karena itu seperti menabrak tembok. Kami telah meminta kerikil diganti selama bertahun-tahun. Mereka melakukannya di tikungan 1, tapi saya jatuh di tikungan 5,” ujar Diggia menjelaskan.

foto : Izaskun Ruiz

Juga ketika di Portimao test, pasca crash Alex Marquez , Ducati GP22-nya tampak seperti tercabik-cabik seperti tertimpa bebatuan besar tajam di area run-off. Dan hanya dengan melihat setelan wearpack kulitnya dapat membuat kita berpikir dia telah mengalami highside hebat sehingga banyak bagian wearpacknya yang seperti sobek tersayat-sayat.

Mengacu pada aturan Federasi Sepeda Motor Dunia atau FIM, yang menentukan seperti apa seharusnya zona run-off sirkuit Grand Prix. Lapisan kerikil harus terbuat dari rolling stock dengan diameter 6 sampai 15 mm dengan ketebalan dari bentangan setebal 25 cm. Aleix Espargaro pun angkat bicara mengenai hal ini; “Kami sudah mengeluhkan hal itu selama empat tahun, tapi tidak ada yang berubah. Adalah salah untuk tidak mengatakan apa-apa tentang itu, tapi bukan begitu. Kami terus mengeluh tetapi mereka tidak mendengarkan kami. Apa lagi yang harus kita lakukan?” kesal Aleix.

Autodromo Internacional do Algarve telah menyetujui dan memastikan kondisi yang sempat dikeluhkan pembalap mengenai gravel akan diubah dan siap untuk pembukaan Kejuaraan Dunia pada akhir pekan tanggal 24-26 Maret 2023 atau kurang dari dua minggu mendatang. Sekarang kita hanya bisa melihat apa yang akan berubah ketika FP1 dimulai.

Taufik of BuitenZorg | @tmcblog

20 COMMENTS

  1. Bosen amat komen beginian, dimana-mana 😏

    Padahal netizen Indonesia gak begitu amat, hanya segelintir orang primitif dengan sumbunya terpendek hingga terpancik. Mau itu Mandalika atau Formula E

    Lagian orang biasa molitik ikutan nonton Motorsport yaa udik. Moto3 FP diteriaki rossii…lah…Moto2 lewat diteriaki Marquez…

  2. Dari 2020 gak terlalu suka layout portimao walaupun kayak roller coaster tapi kurang bisa menyuguhkan aksi overtake yg menegangkan,mending balik ke Brno aja,lebih punya banyak sejarah duel dogfight disana

  3. Kayaknya 3 sampe 3 x lebih besar krikil mandalika. Ada videonya dichl sy saat motor bautista dibersihkan dipaddock.

  4. Kalo teksturnya membulay kaya batu alor yg buat carport sih wearpack sembalap nggak bakal sampe tercabik2 kayaknya. Paling memar2 🤣 lah ini kaya batu buat aspal siram jalanan kampung

  5. Saya bingung sama mentalitas orang Indonesia. Kalau kritik mandalika dikit dibilang gak cinta tanah air-lah, gak bangga-lah, oposisi-lah, dsb. Padahal kritik dan segala bentuk masukan itu penting supaya kita jadi makin baik, dalam hal ini mandalika jadi makin baik. Mengkritik bukan berarti membenci, justru karena kita sayang dan peduli sama sirkuit dalam negeri dan kita ingin mandalika juga bisa dicintai juga oleh pembalap luar negeri bukan hanya dari pemandangan nusa tenggara yang menakjubkan tetapi juga dari segi fasilitas, keamanan, keselamatan, atmosfer dukungan penonton dsb.
    Jadi stop deh ngatain/menghina orang yang memberikan kritik dan masukan dalam bentuk apapun… kalau bisa malah kita harusnya bersama-sama membuka kekurangan-kekurangan yang ada dan sama-sama mengawal agar terjadi perbaikan 👍

  6. Kalo di Mandalika tambah parah lagi, belum masuk gravel trap aja wearpack udh terkelupas parah krn bergesekan dgn permukaan aspal yg super panas (krn cuaca),

Leave a Reply to Kesi Cancel reply

Please enter your comment!
Please enter your name here