Home MotoGP Stefan Bradl kadang merasa ‘Kapok’ sama repotnya mengendalikan MotoGP di Trek

Stefan Bradl kadang merasa ‘Kapok’ sama repotnya mengendalikan MotoGP di Trek

40

TMCBLOG.com – MotoGP saat ini bukan hanya perkara Strategi Pembalap Untuk ngegas, memainkan Kopling dan Ngerem saja saat balapan di Trek. Upaya Dorna untuk mengurangi kemampuan Intelegensia dari Sistem elektronik Motor dengan keharusan penggunaan Sistem Dari magneti marelli yang melompat Mundur Sampai satu dekade ke belakang semenjak Pertama Kali regulasi tersebut diluncurkan tidak membuat Pembalap Makin mudah dalam pengoperasionalan Motor. Mungkin awalnya disangka Sistem elektronik makin sederhana, Namun Penemuan beberapa Part mekanis yang mengunakan sistem Mekanis-Hidrolis dengan Tuas tuas  dan tombol ternyata juga semakin bikin Pembalap repot. Yes Serepot yang sempat diceritakan Oleh Stefan Bradl – test Rider HRC berikut ini.

Secara umum siapapun yang tidak terbiasa akan kewalahan di MotoGP karena aerodinamika, sistem elektronik yang luas (Kontrol Wheelie, Kontrol Peluncuran, Kontrol Traksi Sudut demi Sudut), sistem mekanis seperti Perangkat Holeshot dan Rear-Ride Height Device, rem karbon dan Seamless gearbox yang memungkinkan pemindahan gigi tanpa kopling. Dan untuk mengoperasikannya, berikut menrut Bradl . .

“Saya bisa kasih contoh terang-terangan dari tes IRTA di Portimão pada pertengahan Maret,” kata Stefan Bradl. “Saat keluar dari tikungan terakhir, Anda harus bergeser secara normal, itu sudah pasti. Setelah itu Anda harus memastikan bahwa Anda menggunakan Rear-ride Height device pada waktu yang tepat.

Tapi masalahnya, ada tanjakan di Straight dan tanjakan ini hadir di mana motornya masih cenderung wheelie, jadi Anda harus mengatifkan Ride height Device , sekaligus harus memasang rem belakang karena Anda harus berusaha menghindari wheelie. “

“Sungguh brutal apa yang terjadi di kepala Anda dan apa yang harus Anda perhitungkan. Anda memiliki sekitar selusin tombol di dasbor dan Anda harus mengatur semuanya dalam waktu singkat saat mengemudi pada batasnya.”

” Anda mungkin juga ingin mengubah ‘ Mapping mesin ‘ pada Straight. ‘Mapping kontrol traksi ‘ atau sistem untuk ‘ engine Brake’ . Anda harus menyesuaikan semuanya, tetapi Anda tidak boleh melepaskan tuas Ride height Device , jika tidak, sepeda motor akan wheelie kembali. Ini benar-benar buruk. Pada titik tertentu, saya pikir sekali sudah cukup. Karena MotoGP juga tidak semakin lambat. Di Portimão kami sudah melaju 350 km/jam di straight. ” . . weh segitu repotnya ya sampai sampai Kadang Selevel Bradl saja sampai Merasa ‘kapok’ . .

Taufik of BuitenZorg | @tmcblog

40 COMMENTS

    • Kode biar mbah darno bebasin ecu..gk repot bnyk aero2 dan tombol lurr wkwkwk
      Kode wak haji jelas ecu magneti mareli by pirelli petruk mundur 1 dekade,yamaha honda cuma butuh kmbalikan stelan inhouse

  1. Pantes,Stoner udah males jajal Ducati lagi walaupun balik jadi brand ambassador nya
    Bisa kambuh penyakitnya walaupun cuma 1 lap

  2. Powernya kayaknya emang perlu dikurangi biar lebih efisien dan aman deh,kalo wingletnya dilucuti pasti pada wheelie gak karuan semua itu motor motogp

  3. hehe..magneti marelli mundur 1 dekade ke belakang…
    membuktikan bahwa ECU Jepun bener2 far superior…entah maksudnya mengurangi ketergantungan sama elektronik, teken biaya, mengasah skill pebalap, menekan kemajuan ECU Jepun, dlsb entah apa jadinya kalo ecu inhouse boleh masuk lagi?
    bener2 bisa All Japanese championship..

  4. Kalau baru “sebatas” Bradl yg ngomong sih masih blm bisa menggambarkan.. karena dia hanya seorang test rider, bukan pembalap aktif full, usianya sudah cukup berumur dan dia datang dari eranya MotoGP konvensional (non-winglet/RHA/Magneti/aero fairing).

    Kalau yg ngomong itu pembalap2 muda era skrg semacam Pecco, Bastianini, Taro, Bezzechi, Miguel sih mungkin bisa menggambarkan, karena mereka dtg ketika MotoGP keadaannya sudah seperti skrg.

    • Hanya seorang yg ngetes part d sirkuit ber puluh puluh lap,

      Hanya seorang yg jadi pengganti hampir 1 musim…

    • Badabest adalah komentar terbodoh wkwk.
      Wajar bradl komen seperti itu karena dia adalah salah 1 pembalap tersisa yang merasakan era sebelum dan sesudah ada winglet, ecu dan software MM, RHA, dll. Dimana komen seperti ini pernah diutarakan beberapa pembalap yang merasakan kaya mbah oci, stoner, pedrosa, lorenzo, markus dan dovi

      Sedangkan pembalap era sekarang yg ente sebutin kaya pecco, oliveira, taro dll gak pernah merasakan perbedaan disuruh ngomong dan komen perbedaan sebelum dan sesudah ada winglet, RHA, ecu dan software MM, dll. Wkwkwk koplak

    • Kalau yang ngomong pembalap baru ya mana bisa dipercaya malahan, mereka gak tau rasanya motor tanpa rha dan winglet,

  5. Iya sangat melelahkan, harus fokus terus menerus dalam mengendalikannya, banyak variabel sesuai dengan sikon trek…
    Kita enak, tinggal nonton😁

    • paling parah adalah: teknologi ini tidak bisa diturunkan ke motor masprod. karena gada konsumen mau direpotkan.. sementara kalau riset bikin ECU bagus bisa diturunkan teknologi nya untuk motor jualan

  6. Gentlemen, a short view back to the past. Thirty years ago, Niki Lauda told us ‘take a monkey, place him into the cockpit and he is able to drive the car.’ Thirty years later, Sebastian told us ‘I had to start my car like a computer, it’s very complicated.’ And Nico Rosberg said that during the race – I don’t remember what race – he pressed the wrong button on the wheel. Question for you both: is Formula One driving today too complicated with twenty and more buttons on the wheel, are you too much under effort, under pressure? What are your wishes for the future concerning the technical programme during the race? Less buttons, more? Or less and more communication with your engineers?

    • Seb : I’m sorry i didn’t listen your question. can you repeat again for your question please ?

      bro, siapa nama jurnalis sepuh yang suka buat pertanyaan panjang ini ya? epic sekali klo liat clip videonya..

      • Intinya dia itu bertanya soal tombol di dasboard ,apakah Anda terlalu banyak tenaga , di bawah tekanan? Apa harapan Anda ke depan terkait program teknis selama balapan? Lebih sedikit tombol, lebih banyak? Atau semakin sedikit komunikasi dengan teknisi Anda?

  7. Wah wah mundur 1 dekade toh…
    Kalaupun skrng msh pakai ECU inhouse..mungkin tombol tdk sebanyak saat ini yg sampai selusinan itu
    Hiahiahia

  8. Kalo orang mikir pake otaknya udah pasti Nemu permasalahan ini semua gara gara ECU Pirelli yang ketinggalan zaman 1 dekade untuk menolong Ducati dan Eropa yang kaga bisa biki ECU seperti Honda

    Akhirnya muncul tombol selusin buat menjinakkan motornya,

    Kemunduran dibilang inovasi wkwkwj

    Manggut manggut aja penonton indo pecinta Eropa 🤣🤣🤣

    Padahal orang Eropa sendiri gk setuju MotoGP begini

  9. memang tidak mudah, tapi dengan motor secepat Ducati ada sepersekian detik waktu bagi pembalap untuk berpikir,atau kalo telat berpikir maka akan mudah bagi pembalap Ducati menyalip lawan di straight. Kalo pembalap Y , K , dan H telat mencet tombol ya wes ,mau ngejar di straight tak sanggup.

  10. Kyubi Asimo and motobot lagi disegel terkurung..kalo dibuka segel alamat team eropa kewalahan ,bayangkan kode dari wak haji ecu magneti marelli ketinggalan 1 dekade lurr ,gk butuh aero2 lenong dan banyak tombol2

  11. jadi inget kata lek jarvis bbrp tahun yg lalu, “pemilihan part yg banyak akn membingungkan dan inkonsiten dgn sedikit pilihan akn konsisten”, sy pribadi juga gk suka yg trlalu ribet tombol aka maen dgn stik PS

  12. Bring back inhouse software, power Honda dan Yamaha bisa jinak dengan software inhouse,

    Kalau masih kekeuh pakai MM liat aja 2026 bakalan ada yg cabut satu lagi 😆😆😆

  13. Dan menguraikan prosesnya lebih lama dari fakta dilapangan. Sungguh kompleks dan berat.
    Ga cuma pintar tp harus cerdas. Ga cuma kuat tp harus tangguh.

  14. ECU kasmo emang g ada obat
    Biar fair pabrikan Jepun boleh pake ECU inhouse,dan pabrikan Eropa bebas maenin aerodinamika

    Kita lihat siapa yang paling cepat
    Jepun or Europe

  15. Padahal winglet bikin mengurangi estetika motor…meski balik selera. Apakah tombol tombol diaplikasi ke motor masal…akan merepotkan. Dan tentunya ini yg hamburkan biaya yg katanya mau hemat. Justru ecu inhouse yang perlu ditingkatkan biar bisa diaplikasi ke motor massal. Akan simple kan. Kecuali memang biar membatasi kemajuan ecu itu sendri. cmiiw

  16. Jaman Rossi pindah dr H ke Y aja dia termehek-mehek liat tombol dan panel layar M1 yang bejibun nyusahin, jadilah M1 disulap like RCV

  17. ultra multitasking. kokpit motogp skrg udah kayak pesawat. kebayang sih ruwetnya kontrolnya. memang rider2 ini bukan manusia byasah

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here


Exit mobile version