TMCBLOG.com – Artikel ini mencoba mengupas apa yang sudah sempat ditulis Oleh akun twitter @F1DataAnalysis dalam sebuah Threat Tweet beberapa hari yang lalu dimana menurut kami menarik untuk dicoba disampaikan Ulang dalam Bahasa Indonesia untuk memperluas pengetahuan geometri Kendaraan ( Khususnya Formula 1) yang bisa membantu Stabilitas dan Efesiensi Aerodinamika saat Pengereman (Under Braking )

Under-braking sendiri menjelaskan bagaimana hadirnya transfer ( perpindahan) Bobot beban yang terjadi dari ban belakang ke ban depan kendaraan sehingga Ban depan menopang jauh lebih banyak Bobot. Nah setiap kendaraan baik itu Motor maupun Mobil memiliki Titik Pusat Massa ( CoG ) Yang lebih tinggi dari permukaan Tanah sehingga kehadiran Transfer Bobot dari belakang ke Depan akan cenderung membuat kendaraan berada dalam Kondisi kalau dalam Kasus ekstrim MotoGP adalah Stoppie. Fenomena ini dalam dinamika Kendaraan disebut menghasilkan ‘sudut pitch’ atau bahasa kita enaknya apa ya? Sudut Nungging ?

 

Nah Biasanya kasus di Mobil mobil Formula 1 itu tidak seekstrim Motor MotoGP. Mobil memiliki jarak sumbu roda yang lebih panjang dan Pusat Massa yang lebih rendah. Dua variabel ini akan membuat ban belakang tetap bersentuhan dengan tanah walau terjadi transfer Bobot dari belakang ke depan.

Nah Mobil Mobil Formula 1 saat ini memiliki Tunnel Tunnel ( diffuser) di Kolongnya untuk menghasilkan Ground Effect yang secara umum fungsinya mirip seperti fairing berceruk ala Aprilia RS-GP atau Down-wash Duct ala Ducati Desmosedici . . menghasilkan Downforce. Nah Downforce yang dihasilkan oleh Ground Effect Floor dari Mobil F1 umumnya diposisikan lebih ke belakang dari Titik Pusat massa (CoG) dari Mobil. Dan Bersama dengan faktor Downforce lain seperti Wing belakang Mobil, hal ini akan membuat mobil bisa stabil pada kecepatan tinggi, saat pengereman dan saat melibas tikungan cepat.

Jika sudut Pitch lebar, Saat pengereman, perubahan pitch menggeser titik penerapan downforce ke depan: sayap depan semakin dekat ke tanah, menghasilkan lebih banyak downforce; diffuser ground effect Lantai Mobil malah berkurang downforce. Akibatnya? mobil bisa menjadi tidak stabil saat melakukan Hard Braking alias Godek Godek.

NAAHH, Di sinilah Setup geometeri anti-dive ‘ekstrim’ RedBull berperan: pada Desain Mobil Red Bul RB19 Kemiringan Perpanjangan dari dua batang wishbone suspensi depan khas berpotongan tepat di bawah CoG . . atau Jaraknya tidak jauh dari CoG. Dengan cara ini, hanya sebagian dari transfer beban yang menghasilkan pitch ( sudut Nungging ke depan ) . . . atau bisa dibilang Pitch akan kecil.  Yang terlihat Oleh Kita dari samping secara fisik, Mobil tetap hampir ‘datar’ saat hard Brake yang akhirnnya membuat Downforce aerodinamika yang dibentuk oleh Diffuser lantai Mobil Tetap Efektif dan efesien.

Taufik of BuitenZorg | @tmcblog

28 COMMENTS

  1. rb19 beneran monster sih
    statusnya sudah bisa menyamai mercedes W11
    pakde newey memang dah bisa lihat angin pakai mata doang
    dan pak de james allison di merc sampai turun gunung dan mercedes di australia kemarin pace nya bisa dibwah redbull lagi

  2. Jauh wak kalau ngomongin F1..

    Gak cuma itu. Aeronya kompleks.. Tidak sekedar CoG aja.
    CoG dapat tapi tanpa mangent angin hasil the Last Dinosaurs juga gak efektif..

    Walaupun nungging juga gak bisa dapat balancenya jika tidak disertai sidepod yg bagus guna mengarahkan angin ke sayap belakang yg baik.. btw RB19 ini kllau di peehatikan dari sayap bem belakang dan difusee.. lebih cakep daripada sekedar CoG sebagai kontribusi penyeimbang keseluruhan

  3. entah apa yg dipikirkan para teknisi alpha tauri bukannya contoh desain RB malah mempersulit diri sendiri dgn sidepot ala Ferarri lah,ini lah,itu lah

  4. Di channel F1 disebut kalau centre of pressure di mobil RB19 udah bagus…makanya saat mengerem dan akselerasi mobil bisa anteng…tidak seperti jungkat jungkit…

    • Nah bener nih center of pressure mobil F1 itu pengaruh untuk kestabilan mobil saat masuk tikungan, di dalam tikugan (driver bisa ngatur dan ngerasain slip angle scara natural) dan saat mobil keluar tikungan.
      RB19 secara desain total memang hampir sempurna untuk kedua gaya balap pembalapnya yg berbeda. Karakter mobil memang cenderung ke gaya balap Max tapi Checo masih bisa ngimbangin bawa mobil dengan gayanya sendiri. Setup balance mobil RB19 juga paling bagus, dikasih setup ini itu sesuai kebutuhan dari karakter sirkuit pun tetep bisa diajak ngacir, meskipun bukan berarti gak ada kekurangan sama sekali ya. Wajar banget ya kalo Russell akhir2 ini berasumsi RBR terus2an sandbagging saat race day supaya FIA gak turun tangan ubah rules.

  5. Hmmm, gitu ternyata, berarti secara gak langsung di Dunia MotoGP mencoba menghadirkan Sudut Pitch sekecil mungkin dengan cara merubah aerodinamika di bagian belakang motor. Gak salah juga kenapa Aprilia sempet ngetest Rear Wing Kecil, Atau Yamaha dan KTM yang nyoba pengen menghasilkan downforce 3 daerah sekaligus yaitu ketika ngerem atau ketika mau masuk tikungan, ketika nikung ke kanan, atau ketika nikung ke kiri. Sekali lagi tujuannya untuk menyelaraskan downforce agar gak cuma depan aja yang terbebani. Memang tetap ada efek sampignya, sih, yaitu motor pastinya jadi lebih berat, tapi sisi baiknya adalah ketika berada di sirkuit yang banyak tikungan panjangnya kayak Sachsenring, Jerez, Termas De Rio Hondo, atau Phillip Island.

  6. F1 lebih seru dibandingkan MotoGP (kalau yang menang bukan redbull)
    MotoGP lebih seru dibandingkan F1 kalau banyak aksi overtake dan yang menang bukan 4L (Lo lagi lo lagi)

  7. Wak, editing konten motoGP di youtube dibikin kek F1Speed itu dong 😁. Saya yakin, kalo soal kedalaman materi + penyampaian, wak taufik juga jago.

Leave a Reply to STAN LOOΠΔ/ Cancel reply

Please enter your comment!
Please enter your name here