TMCBLOG.com – Dua Keadaan yang dialami Fabio Quartararo dalam Sprint race MotoGP CoTA Amerika 2023 yakni sebelum Crash dan Sesudah Crash membuatnya menginginkan Yamaha M1 harus melakukan perubahan radikal ke depan Jika ingin kompetitif terutama saat berjibaku dengan Motor Barikan lain yang menurutnya Bukan lagi sepeda motor, tapi sebuah Roket !

“Sungguh bikin frustrasi, karena saat saya sendirian, saya merasa jauh lebih mudah dan lebih cepat,” kata Quartararo. “Saya berada di belakang beberapa pembalap di awal balapan sehingga saya tidak bisa menyalip. Saya bahkan tidak bisa mencoba untuk melawan mereka. Dan setelah kecelakaan saya membuat waktu putaran terbaik saya meskipun saya tidak benar-benar mencapai batas dan saat Anda ( berada di posisi ) terakhir motivasinya nggak sama. “

Selama empat tahun, saya tidak merasakan peningkatan besar pada motor. Sekarang saya mulai memiliki cukup banyak pengalaman di motor, tapi saya tidak melihat peningkatan yang besar. Hal yang harus kami ubah jauh lebih besar daripada knalpot atau satu hal kecil di motor.

Bagi saya itu pasti perubahan besar dan juga membuat perubahan besar itu sulit. Tetapi jika kami dapat menjamin peningkatan, saya pikir kami harus melakukannya. Namun saat ini bahkan kecepatan tertinggi hari ini tidak [sebagus] balapan pertama, jadi kami harus mencari tahu mengapa dan melihat apakah kami dapat menemukan solusinya.”

Kembali ke ‘perubahan radikal’ , Ketika dicecar kembali untuk menjelaskan apakah yang ia maksud dengan perubahan radikal itu adalah perubahan platform mesin M1 ke V4, Fabio Quartararo merespon. “Saya tidak pernah mengendarai V4. Saya selalu mengendarai Yamaha dan saya tidak ingin meminta sesuatu yang belum pernah saya coba. Tapi pada akhirnya, semua yang lain menggunakan ini. Namun, saya pikir jika kita mulai dengan [V4] ini – dan saya pikir rencana untuk tahun depan bukan [V4] ini – kita akan mulai lagi dari jauh.”

” Sepeda Motor [lainnya] ini bahkan tidak terlihat seperti sepeda Motor. Mereka terlihat seperti roket. Mereka memiliki sayap di atas, bawah, tengah, di belakang. Masalahnya adalah untuk dapat menggunakan jumlah aero [seperti pada Ducati dan Aprilia] Anda harus memiliki mesin yang kuat. [Mesin M1] sedikit lebih baik [tahun ini], tapi kami tidak bisa menggunakan ini “

“Jadi jika Anda ingin menggunakannya ( Winget yang bervariasi ), Anda harus memiliki banyak tenaga dan menggunakannya dengan cara yang akan membawa Anda ke downforce dalam akselerasi, tetapi juga membantu Anda berbelok dan saya pikir kami sudah bertahun-tahun kembali ke area ini.”

Ya Menarik nih, ada semacam hubungan sebab akibat dala hal penggunaan Winglet Aerodinamika. Downforce yang dibutuhkan hanya bisa hadir saat Motor berlari di kecepatan (kencang) tertentu. Nah kalau Kecepatan (speed) nya saja ‘tidak sampai’ maka Tidak akan memperoleh efek Downforce yang dibutuhkan. Yang bisa ditangkap dari Fabio adalah, Yamaha Sebenarnya bisa menghadirkan banyak solusi winglet aerodinamika, namun apa daya syarat untuk bisa mengefektifkan Winglet tersebut belum hadir dibalik fairing utama M1.

Taufik of BuitenZorg | @tmcblog

32 COMMENTS

  1. Dahlah kasih aja dia mesin screamer kalo masih kurang tambahin Genesis 7klep per silinder,soal tenaga biarkan dia yg atur seperti katanya

    • Simpel sebenernya M1 butuh ecu stelan inhouse tanpa singlet2.. setelah era ecu petruk pirelli dan aero2 melanda,semua ktergantungan di motor,skill era rossi,stoner,sete gibernau udah terkikis..

  2. Taro kalo mau icip2 v4 yg instan coba ajak Rins barter. Toh rins alumni inlen barusan bisa podium bawa ersikvi wkwkwk

  3. Sangat mengkhawatirkan kalo kondisinya seperti ini terus.
    Saat Fabio crash/dnf, Frankie ga bisa membantu untuk rebutan podium…
    Bisa2 tahun ini akan berakhir nol podium bagi yamaha dan tahun depan dapat konsensi…

      • Kalo ga salah pernah dibuatkan artikel oleh wak Haji mengenai kemungkinan Honda ditahun 2022 mendapatkan status konsesi dikarenakan pada musim 2021belom pernah meraih 1x podium.
        Hingga kemudian MM pecah telur di Sachsenring…
        Coba cek lagi artikelnya..

  4. Yg jadi pertanyaan akankah Honda & Yamaha masih di MotoGP setelah 2026,atau mungkin bisa sebelum tahun itu( resign)

  5. serba salah,, mau nerusin inline4 kyknya udah mentok, mau pindah ke V4 harus mulai dr nol dan yg pasti membutuhkan waktu development yg ga sebentar, yg ada Fabio keburu pensiun atau amannya pindah pabrikan,,

  6. Pas gp argentina kemarin cukup kaget juga liat taro diserang sama fans kuning gara gara ngeluh motor dan kalah sama morbi. Nah pas gp cota ini 2 pembalap sama sama kesulitan, taro keliatan frustasi dan morbi balik ke stelan pabrik. Malah lebih adem gak ada yg bully lagi 😅

  7. Regulasi yang blunder, Di sisi lain Dorna mau menyeragamkan ECU tapi yang terjadi motor bisa makin kencang dan inovasi gak bisa dihentikan krn para mekanik dan enginer dibayar untuk itu.

    Keinginan Dorna sudah terwujud dsri tahun 2019 lalu dimana dinamika kemenangan sudah mulai terbentuk tapi saat ini pabrikan Eropa dengan resource mereka yang besar bisa mengalahkan dominasi Jepang

    Yang kesannya malah Dorna berpihak pada mereka, sebagai fans yang sudah hampir 15 tahun
    Rasanya musim belakangan ini kerasa kurang greget bahkan sekelas Pecco yang menang teruspun gak bisa membuat saya menjadi fans berat krn Ducati memang seperti di Anak Emaskan dengan 8 motor dalam satu grid

    • 15 tahun yah .. apakabar dulu honda & yamaha grid isinya mereka² aja ..

      Regulasi 8 motor per pabrikan itu bukan ulah dorna tapi emg mengakomodir honda &yamaha dulu

  8. di produk massalnya, Yamaha punya juga mesin V yang beringas, seperti punya V-Max, MT-01, BT1100 Buldog, and dulu YZR500 juga mesin V, ke depan seharusnya bisa gawe

  9. Melempem, waktu tes kmaren cukup menjanjikan raihan top speednya tapi setelah 3 seri ini malah jadi bulan2an, apakah yams bangkit di seri eropa?

    • Bangkitpun kyknya sekelas naik podium. Sangat berat lawan Ducati yg mmg pny mesin jet ditambah bs belok krn dibantu winglet. Sekelas Markes aja udh lempar handuk yg blg tdk bs jurdu musim ini.

  10. Mirip sepeeti f1 2021, saat itu mercedes punya mesin paling kuat, sehingga mereka lebih leluasa dalam hal paket aero, mereka lebih worry free mobil mereka sempoyongan kegedean downforce, hal yang berbeda dialami rbr, karena power yang masih di bawah mercedes saat itu membuat mereka cenderung memasang paket aero yang lebih low downforce dibanding mercedes, contoh : monza 2021, rbr pasang rear wing yang surface dan angle of attack lebih minimalis dibanding merc. Oiya rbr di tahun itu seinget saya ngejar bikin mobil yang kompak dan ringan, kalau ga salah baca mereka sampai lebih milih pake air to air intercooler dibanding water to air intercooler seperti yang dipake mercedes. CMIIW.

  11. Menurut saya maksud fabio bukan karena perlu power untuk aktif. Tapi dngn aero ditikungan dan pengereman ok. Tapi bisa bikin motor lemot ditrek lurus. Nah ducati krn power besar di trek lurus gak terlalu lemot tapi pas ngerem nikung dan berakselerasi kebantu winglet untuk nambah grip . Jadi winglet seperti barbel. Karena tidak aktif

Leave a Reply to Aingmoge Cancel reply

Please enter your comment!
Please enter your name here