TMCBLOG.com – Pecco Bagnaia masing bingung atas penyebab crash dirinya di balapan GP Amerika di CoTA yang merupakan GP seri ke-3 akhir pekan lalu. Jika di Termas akhirnya Pecco mengakui dirinya melewati limit, maka di Amerika ia bersikukuh 100% tidak merasa tertekan dan tidak melakukan kesalahan dan bahkan di artikel sebelumnya sobat bisa melihat betapa Pecco curiga kestabilan dan kehebatan Ducati malah yang ‘menutupi’ kemampuan sensitifitas dalam merasakan limit. Ya, itu pendapat Pecco. Gimana pendapat dari sudut pandang orang lain? Salah satunya adalah rekan berlatih Pecco di padepokan VR46 Academy di Tavulia – Luca Marini.

“Kecelakaan Pecco semakin membuat saya terkesan karena itu terjadi pada Pecco,” Marini, yang sebagai rekan satu keluarga Ducati memiliki akses ke data Ducati dan mencoba mengidentifikasi kemungkinan penyebab jatuhnya Pecco: “Saya melihat line Pecco, yang sangat sempit. Sepanjang akhir pekan dia mengambil tikungan 2 lebih cepat daripada pembalap Ducati lainnya. Mungkin angin juga ikut bermain, dia mendekati tikungan sedikit tajam dan menempuhnya sekitar 10 km/jam lebih cepat dari kami. Mungkin dia memberi terlalu banyak tekanan pada ban depan, tapi saya tidak tahu, anda harus menanyakan itu padanya.”

Untuk menjelaskan apa yang disampaikan Marini, secara umum load lebih besar ke ban depan akan membuat tekanan ban akan meningkat dan membuat contact path karet ban dan aspal semakin kecil dan ujung ujungnya berpotensi membuat limit grip semakin tipis. So, kesalahan sedikit saja bisa berakibat fatal. Begitu mungkin penjelasan singkatnya.

Namun begitu, ada satu lagi analisa menarik yang kali ini dituliskan oleh GPOne. Menurut GPOne via video telemetri, dan terutama rekaman video dari udara cukup memperjelas bahwa saat berada di kejadian crash, Pecco berada sekitar 30 cm lebih jauh dari racing line ideal. Kondisi karkas ban yang menempel pada permukaan aspal kurang sehingga gripnya memang akan lebih rendah. Analisa kedua adalah hadirnya angin yang lebih kencang dari biasanya di tikungan 2.

Sangat mudah untuk menyalahkan apapun setelah kedajian, tapi begitulah balapan, dan bagaimanapun juga, konsistensi meletakkan roda di posisi racing line yang sama sepanjang waktu balapan adalah salah satu kualitas yang paling dihargai di era modern seperti saat ini.

Taufik of BuitenZorg | @tmcblog

 

38 COMMENTS

  1. remember kalau kata aing
    to finish first, first you have to finish.
    dan you will never know until you have tried kalau kata Buku tulis Sidu.

    jadi begitu ya dear kanjeng pembaca sekalian saza

  2. 30cm sepenggaris, kalau di Mandalika percaya sih tapi kalau di COTA? Apalagi sirkuit ini sering dipakai balapan roda 2 dan roda 4 juga

  3. Kalo racing line selalu sama apakah malah tidak miss karena ban semakin habis. Atau harusnya racing line selalu menyesuaikan kondisi ban

  4. Lagian terlalu nafsu mau kabur duluan 😁, apa salahnya bermain main teknik dengan lawan 😆
    Liat Rossi, Marquez gak segan menunjukkan Adi teknik skill di lintasan 💪🏼
    Penonton muak, menang gitu doang sekebon dari awal
    Marquez dulu memang sekebon juga gk spesial, sedikit spesial karena usia muda banget dan cepat adaptasi

  5. — secara umum load lebih besar ke ban depan akan membuat tekanan ban akan meningkat dan membuat contact path karet ban dan aspal semakin kecil dan ujung ujungnya berpotensi membuat limit grip semakin tipis —

    Maksud marini itu tekanan angin, atau tekanan fisik motor ke roda depan ya?. Karena kalau tekanan motor, harusnya contact path makin besar kan. Kalau tekanan angin, berarti dari awal race sudah kecil grip nya.

  6. kalau data telemetri bilang pecco lebih cepat 10km/jam dibanding rider lain, kesalahan tetap di pecco. 10km/jam itu perbedaan yang besar , apalagi di tikungan.

  7. Udah dasar grip michelin itu yg jelek terutama ban depannya dari dlu gitu gitu aja ngk ada perubahan signifikan, jembatan batu masih the best lah masalah grip ban…

  8. berulang ulang saya lihat kemungkinan progressive turning pecco saat itu sedang miss:
    Untuk melakukan gaya Progressive Turning, mereka mengunggulkan kecepatan namun sedikit mengabaikan kontrol akurasi…
    typical pecco bakal cocok dengan gaya tempur MM93, sedangkan Rins cocok lawan Jorge Lorenzo..
    ini mah kata saya…

  9. tanpa data telemetripun, rasanya dari replay udah kelihatan #1 wide deh…

    biasanya ciri ciri org under pressure, ketika lakukan kesalahan suka blaming ke hal lain, bikan diri sendiri.

    mgkn di kepala #1 gak terima dikejar motor katanya burik + ride by #42 pula, “gue juara dunia lho masa dibuntuti sama yang gk selevel…”

  10. Ngomongin racing line pecco,
    racing line saya waktu klik kolom komen juga sering miss, kadang terlalu kekiri kadang terlalu kekanan.
    Alhasil kadang bintilli kadang kawaskieu

  11. klo kata si marni terlalu kencang 10km/j
    artinya bagiono dikerjain sma rins di push smpe ritme ilang.
    memang sih rins kmaren itu race pace kencang banget jd wajar bagiono ikutan ngebut jg

  12. Alasannya itu lho…. Brillian sekali
    Memuji untuk mencela.

    Mau nyalahin motor (kayak pak gurunya) tapi takut dijewer ama Tanjidor

Leave a Reply to Areola Cancel reply

Please enter your comment!
Please enter your name here